Luka

166 6 3
                                    

Luka yang mengendap tak pernah usai,tak pernah pupus, bahkan beberapa kali aku tiup tak jua mengering.

Basah dan lembap seperti hujan yang menyisakan itu pada tanah, seperti hujan menyisakan tetes demi tetes nya di daun talas.

Tak ada senja ataupun semburat jingga di upuk sana, namun langit yang masih mendung menyisakan dingin yang menemani malam.
Secangkir kopi masih mengepul seolah olah merayu untuk segera di teguk oleh kerongkonganku.

Rasa pahit dan manisnya kini telah aku rasakan menerobos kecap rasaku, namun tak juga menghilangkan luka yang susah payah ku sembuhkan.

Luka yang telah kujahit serapih mungkin kadangkala kusut dan putus ujung talinya dan kembali aku sambungkan agar luka tidak terlalu menganga.

Malam yang sunyi hanya ada suara hujan yang kembali turun kebumi, apakah aku harus titipkan luka pada sunyi malam ini? Untuk malam ini saja biarkan aku terlelap tenang tanpa luka yang tak berkesudahan.

Rabu 26 feb 2020

💦💦💦💦

Enjoy🌼

Monolog HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang