📌 29 Februari 2020
© dhayucaristasy
~
Pritha mengintip dari balik tangga yang berada tepat di samping kanan kamar. Mencoba mencuri dengar apa yang sedang dirapatkan oleh kakaknya dengan teman-temannya.
Omong-omong, tadi Pritha benar-benar pulang bersama Fathur dan meninggalkan motor ayahnya di sekolah. Bodo amat sama motor ayah, yang penting dia pulang hehe.
"Kak Bantet rapat apa sih sama Kak Fathur?" gumam Pritha sambil memanyunkan bibirnya.
"Pita? Kamu ngapain?"
Mendapat sebuah tepukan di bahu dan mendengar suara ibunya, Pritha refleks menoleh sambil mengelus dada.
"Mama, Pita kaget nih!" ujar Pritha.
"Ya habis, kamu ngapain ngintip-ngintip gitu?" tanya Mama Pritha.
"Enggak ih! Kata siapa Pita ngintip-ngintip?!" balas Pritha ngegas.
"Heh, ngomong sama mamanya kok ngegas?!" ujar Mama Pritha sambil menjewer telinga kiri perempuan itu.
Pritha spontan menjerit kesakitan.
"Bocil! Jangan berisik bisa nggak sih?!"
Seruan kakaknya membuat Pritha menaikkan alisnya. Kemudian menengok ke arah bawah tepat dimana kakaknya dan teman-temannya rapat.
"Pita nggak berisik kok!" kilah Pritha sambil memajukan bibirnya.
"Ya terus tadi ngapain jejeritan nggak jelas?!"
"Enggak! Pita nggak jejeritan!" elak Pritha.
"Terus?"
"Teriak dikit, hehe." Melihat kakaknya melotot sebal, Pritha justru terkikik kecil. Senang sekali menggoda kakaknya ini.
Pritha membulatkan matanya ketika melihat Diva bersiap untuk berlari ke atas menuju ke arahnya. Dengan segera ia pamit pada mamanya dan masuk ke dalam kamar. Sebelum iblis macam Kak Bantet menjemput katanya.
* * *
Brughh!
Pritha meringis ketika bahunya tak sengaja ditabrak untuk yang kedua kalinya dalam sehari ini. Untung saja kali ini Pritha jatuhnya elit.
"Eh, kamu nggak papa? Maaf ya, saya nabrak kamu lagi."
Pritha mendongak kemudian memajukan bibirnya sebal. Jujur saja, ia merasa jantungnya kembali tidak sehat, namun ia tepis dengan bersikap wajar seperti biasanya.
"Ck, Kak Fathur kenapa nabrak Pita terus si?!" omel Pritha sambil berdiri dengan bantuan tangan Fathur.
"Soalnya kamu nggak keliatan sih," ujar Fathur enteng.
"Dih, emang Pita sekecil apa sampe nggak keliatan?!" protes Pritha tidak terima.
"Nggak kecil, cuma... Kurang tinggi," ujar Fathur sambil tersenyum kecil.
"Ih, maksudnya Pita pendek gitu?! Iya?!" balas Pritha tidak terima.
"Loh, saya nggak bilang gitu. Tapi kalo kamu ngerasa, yaudah."
"Yaudah apa?" tanya Pritha.
"Yaudah bagus, haha," jawab Fathur diakhiri tawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menolak Lupa
Fanfiction[COMPLETE] Semua yang terlihat pada mata dan telinga, hanya bagian kecil dari sebuah kesalahan sebagaimana manusia kecewa. Mereka tidak benar-benar sesakit itu. Sebab semua manis dari manusia penuh cinta seperti mereka selalu tertinggal di setiap su...