Maaf

1.1K 107 89
                                    

📌 7 Juni 2020

© dhayucaristasy

~

Panggung itu tampak berdiri di tengah lapangan upacara sekolah dengan guest star dan anak-anak SMP. Ini adalah hari diadakannya Try Out, kini acara itu sudah hampir berada di puncak acara. Yaitu berbagai hiburan.

Pritha menatap keramaian di depan sambil bersidekap. Sebenernya dia nggak ada kewajiban buat ngurus acara ini. Cuma beberapa adik kelas minta dia buat main ke sekolah sama Dila.

"Kangen ya, Dil. Tahun lalu gue ikut jadi panitia beginian," curhat Pritha tiba-tiba.

Dila yang mendengar curhatan Pritha hanya tersenyum kecil, "Iya. Waktu itu sampe nginep di sekolah, haha," balas Dila.

Tiba-tiba saja, Pritha memanyunkan bibir sambil menoleh penuh ke arah Dila.

"Kenapa?"

"Laper. McD yok!" ajak Pritha.

"Yakin?" Dila mencoba memastikan.

Pritha mendadak lesu, kepalanya menggeleng perlahan. Jika saja ia tak ingat pernah ada apa di McD dua tahun lalu, pasti saat ini dia sudah melajukan motornya ke McD terdekat.

"Mbak Pritha!"

Pritha menoleh ke arah seseorang yang baru saja memanggilnya. Ia menemukan Selly yang tengah melambaikan tangan. Tiba-tiba saja ia jadi ingat, ketika dua minggu lalu membaca proposal buatan Selly.

"Woy," balas Pritha.

"Hehe, beneran dateng ternyata," ujar Selly.

Pritha hanya tersenyum kecil.

"Eh, Sel!" panggil Dila ke Selly.

"Iya, Mbak?"

"PHBI bentar lagi kan?" tanya Dila.

"Iya, tiga hari lagi," jawab Selly.

"Pembicaranya siapa?" tanya Dila.

Mendengar pertanyaan Dila, Pritha melebarkan mata. Kemudian segera keluar menuju lobi. Meninggalkan Dila yang masih mengobrol dengan Selly.

Ia tahu kok, tidak sopan meninggalkan orang yang lagi ngajak ngobrol. Tapi dia cuma nggak mau keinget lagi. Siapa tahu nanti Selly nyebut namanya.

* * *

"Pit, kata Selly besok pemb—bwahh!"

Pritha cepat-cepat membekap mulut Dila yang akan menyebut nama itu. Padahal keduanya kini tengah dalam perjalanan cari makan. Bayangin aja coba.

"Jangan sebut nama itu!" ujar Pritha dramatis.

"Kan, lebay," balas Dila, bola matanya berputar jengah.

Pritha memukul helm Dila dari belakang. Mukanya ditekuk dan bibirnya manyun kesal, "Bukan lebay. Nanti inget lagi!" protes Pritha.

"Orang belum jadi di sebut namanya juga tetep inget," ujar Dila.

"Dih, iya inget tapi kan seenggaknya bisa kurang kalau nggak nyebut namanya!" balas Pritha ngegas.

"Lagian, ya. Lo suka sama yang udah jadi punya orang. Sakit kan."

"Ya mana Pita tau Kak Fathur udah punya orang! HIH, DILA SIH! PITA JADI NYEBUT NAMANYA LAGI KAN!" pekik Pritha gemas sambil memukul-mukul helm Dila.

Menolak LupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang