Sebelum Patah

1.2K 81 31
                                    

📌 1 Juni 2020

© dhayucaristasy

~

Pritha menatap deretan kursi di depannya. Tangannya memegang benda persegi berwarna cokelat pemberian Fathur sedangkan giginya sibuk mengunyah.

Keduanya sudah sampai di Taman Budaya Yogyakarta sejak sepuluh menit yang lalu. Kini mereka masih menunggu teater mulai.

"Kak."

Fathur menolehkan kepala ke samping kanannya. Menatap Pritha yang saat ini tengah sibuk memakan cokelat. Biasanya Pritha kalau udah ketemu cokelat pindah ke dunia lain. Ini tumben inget ada manusia di sebelah.

"Hmm?"

"Kok tau hari ini Pita ulang tahun?" tanya Pritha.

Fathur tersenyum kecil, "Dari Diva."

"Kak Bantet ngasih tau?" tanya Pritha kepo.

"Enggak."

"Terus?" tanya Pritha sambil menggigit bibir gemas setelah berhasil menggigit cokelat.

"Lucu," ujar Fathur sembari tersenyum tipis.

"Ih, kok jadi lucu!" dengan sebal Pritha bergerak untuk mendorong pelan lengan kanan Fathur.

"Ehh, itu tangan ada cokelatnya!" ujar Fathur sambil menahan tangan Pritha.

"Ih, enggak, tangan Pita nggak ada cokelatnya!" protesnya.

"Ada itu," ujar Fathur.

"Enggak, Kak! Nih, liat nih!" balas Pritha sambil memajukan telapak tangannya ke arah Fathur.

"Ini loh, Dek! Ada," ujar Fathur gemas.

"Enggak ada! Bersih ini!!"

"Nih, lihat, ada ini!"

"Enggak ada, mana coba?!"

"Bentar," ucap Fathur.

Tangan kirinya masih menahan tangan Pritha, sedangkan yang kanan sibuk mengambil tisu di saku jaket. Pritha menaikkan kedua alis sambil menggigit bibir bawah, membuatnya terlihat begitu lucu dan menggemaskan. Nggak nyangka Fathur udah bawa tisu buat jaga-jaga kalau makannya belepotan.

Niat banget emang temen kakaknya ini. Jadi sayang, eh, gemes!

"Sini tangannya," pinta Fathur.

Dengan cepat Pritha mengulurkan tangan kirinya. Bentar, tangan kiri? Pritha makan pake tangan kanan, tapi belepotan nya sampe tangan kiri. Bisa?

Bisa aja udah, anak ajaib nggak ada yang tau.

Senyum kecil terukir begitu saja ketika dengan lembut Fathur mengusapkan tisu di telapak tangannya.

"Satunya," pinta Fathur.

"Masih pegang cokelat," ujar Pritha lucu sambil menunjukkan cokelat di tangan kanannya.

"Ya udah."

"Ya udah apa?" tanya Pritha.

"Dihabisin dulu."

"Hah?"

"Dihabisin, Dek."

"Apanya?" tanya Pritha dengan binar mata polos.

"Cokelatnya," jawab Fathur.

"Hah?"

"Cokelatnya,"Fathur mengulangi ucapannya.

"Cokelatnya kenapa?" tanya Pritha.

Pritha terkikik kecil ketika Fathur menarik napas dalam-dalam. Kemudian meliriknya sambil menggelengkan kepala.

Menolak LupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang