📌 4 Mei 2020
© dhayucaristasy
~
Pritha mendongak, menatap bangunan bercat hijau putih di depannya takut-takut. Klinik Peri Gigi, ya, dia dan Fathur baru saja sampai di klinik gigi yang sudah membuat janji dengannya.
Ia menggigit bibir bawah cemas sambil memegangi pipi. Sumpah, Pritha takut banget. Pengen pulang aja deh.
"Yuk, masuk," ucap Fathur seraya menyimpan kunci mobilnya di saku celana, kemudian berjalan mendahului Pritha.
Pritha masih diam di tempat. Memikirkan segala sesuatu yang bisa saja terjadi ketika nanti dokter memeriksa giginya. Bisa jadi nanti kalau ia harus cabut gigi, tiba-tiba semua giginya ikut copot?! Gimana?! Ngawur emang imajinasi dia.
Pritha menatap Fathur yang berhenti melangkah di depannya. Fathur tampak tersenyum tipis.
"Dek," panggil Fathur.
Pritha menatap Fathur memelas, "Pulang aja yuk, Kak," pinta Pritha.
"Masuk dulu," ujar Fathur.
"Pulang aja."
"Nanti gigi kamu makin sakit kalau nggak ketemu dokter," kata Fathur.
"Gigi Pita kayanya udah sembuh deh," Pritha mencoba mencari alasan.
"Yang bener?" tanya Fathur sambil berjalan mendekat.
"Iya nih!" jawab Pritha nyengir sambil melepaskan tangannya yang dari tadi memegangi pipi.
"Aduh sakit!!!"
Pritha berteriak ketika Fathur menekan pipinya pelan dengan tangannya. Pelan loh, pelan.
Terus Pritha nangis lagi kaya kemaren sore. Pipinya dipegangin udah kek orang ketakutan pipinya mau ilang aja.
"Tadi katanya udah sembuh," cibir Fathur.
"Hiks, sakit..." tangis Pritha.
Fathur mengusap puncak kepala Pritha pelan. Kemudian tersenyum meledek ke arah Pritha, "Maaf, ayo masuk, biar sakitnya hilang," ujar Fathur tanpa melepaskan tangannya dari kepala Pritha.
Pritha bukannya jawab malah nangis makin kenceng. Nangisin pipi sama kepalanya yang masih diusap tangan Fathur. Pritha ngerasa Fathur tuh nggak pernah kasihan sama kesehatan jantungnya.
Nggak lucu kalo dia mau cabut gigi malah jantungnya ikut ke cabut habis ini.
"Masuk ya?"
Pritha masih nangis, tapi kepalanya ngangguk sambil tangannya megangin pipi. Fathur jadi gemes sendiri. Udah nangis kaya anakonda masih keliatan lucu, hehe.
* * *
"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu, Kak?"
Seorang perempuan di bagian pendaftaran dengan rambut diikat satu tampak tersenyum ketika Pritha dan Fathur mendekat.
"Janji atas nama Pritha, Mbak?" tanya Fathur sambil melirik Pritha yang masih memegangi pipi.
Perempuan dengan name tag April itu menaikkan kedua alis, kemudian melirik Pritha sejenak, lalu tersenyum kecil.
"Sebentar ya, Kak. Saya cek dulu. Atas nama Mbak Pritha ya?"
"Iya," ujar Fathur.
"Mbak Anindya Pritha ya? Kemarin sore kakaknya bikin janji dengan dokter konservasi gigi. Nanti bersama dengan Dokter Meliana," ujar April sambil tersenyum kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menolak Lupa
Fanfiction[COMPLETE] Semua yang terlihat pada mata dan telinga, hanya bagian kecil dari sebuah kesalahan sebagaimana manusia kecewa. Mereka tidak benar-benar sesakit itu. Sebab semua manis dari manusia penuh cinta seperti mereka selalu tertinggal di setiap su...