Selamat Tinggal

1.2K 99 110
                                    

"Udah ketemu?"

Kepala seorang perempuan yang satu jam lalu berada di Timezone itu tampak menoleh ke sumber suara. Tangannya mengangkat sebuah buku kumpulan soal sembari mengangguk sebagai jawaban.

Kini Fathur dan juga Pritha tengah berada di Gramedia Amplaz. Tadi memang Pritha berencana mencari buku kumpulan soal sebagai persiapannya menuju Ujian Nasional, dan Fathur tanpa diminta menemaninya secara sukarela.

Talya? Anak itu ikut kok. Tadi sama Fathur lihat-lihat buku cerita. Beruntungnya ponakan Pritha itu tidak rewel diajak ke sini.

"Sini, saya yang bayar," pinta Fathur.

"Nggak usah," tolak Pritha tidak enak.

Selama ini kan, Fathur sudah banyak membayar apapun yang ia inginkan. Bahkan tiap pergi dan berakhir di sebuah rumah makan, Fathur juga yang bayar. Prithakan jadi nggak enak sama Fathur. Belum lagi tadi mereka baru saja sama-sama berdamai dengan keadaan.

"Sekalian sama punya Talya, Dek," ujar Fathur sambil tersenyum kecil.

"Eh, Pita aja yang bayar punya Talya!" balas Pritha.

"Nggak usah. Sini, saya aja."

"Enggak, Pita aja," tolak Pritha.

Fathur meraih paksa buku di tangan Pritha. Membuat perempuan itu mendengus.

"Jangan ngeyel, saya aja yang bayar. Besok kan saya juga yang tanggung semua kehidupan kamu," ujar Fathur sambil tersenyum kecil.

Kedua pipi Pritha terasa menghangat. Bahkan senyum kecilnya hampir saja lepas meskipun sudah berusaha ia tahan.

Senyumannya benar-benar lepas setelah Fathur beranjak menuju kasir. Pritha dengan segera menggandeng tangan Talya, kemudian menyusul Fathur.

"Om!" panggil Talya tiba-tiba.

Fathur dan Pritha refleks menoleh ke arah Talya.

"Taya mau permennya!" ujar Talya sambil menunjuk permen di meja kasir.

"Nanti sakit gigi, nggak usah," balas Fathur.

Mendengar ucapan Talya, refleks Pritha menatap permen loli warna-warni tadi. Ia menggigit bibir bawahnya gemas. Duh, jiwa-jiwa makan manisnya bangkit.

Pritha melirik Fathur sejenak. Merasa diperhatikan, Fathur balik melirik Pritha. Dengan cepat Pritha melirik ke arah lain, membuat Fathur menghela napas kemudian tersenyum tipis.

"Mau?" tanya Fathur.

"Hah?"

"Mau?" ulang Fathur.

"Mau apa?" tanya Pritha pura-pura tidak tahu.

"Permennya, Dek."

"Boleh?" tanya Pritha.

"Iya kalau kamu mau nggak papa," ujar Fathur.

"Serius?!"

"Iya," ujar Fathur.

"Ihhh, kok Onty boleh! Tadi Taya nggak boleh!!" protes Talya lucu.

"Anak kecil nggak boleh makan permen banyak-banyak!" ujar Pritha sambil memeletkan lidah.

Talya mengerucutkan bibir. Namun sedetik kemudian kembali memamerkan barisan giginya karena mendapat permen dari Fathur.

"Kok Talya dikasih?! Tadi katanya nggak boleh!" protes Pritha.

"Wlekk, Talya juga dapet!" ledek Talya.

"Kasihan, Dek."

Pritha mendengus pelan. Kemudian berjalan lebih dulu meninggalkan Fathur dan Talya yang masih terkekeh. Lucu. Kaya anak tuyul kalau lagi ngambek, hehe.

Menolak LupaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang