SEPULUH

117 53 1
                                    

Happy reading❣

Semenjak perbincangan terakhirnya dengan Veerlanda di Yogyakarta. Syaqilla dibuat semakin gelisah dan terus menerus di hantui rasa bersalah. Entah itu rasa bersalah tentang apa?.

Rasa bersalah yang membuat Syaqilla bahkan merasa takut memandang Veerlanda.

"Lo kenapa sih?" Tanya Ardinda. Syaqilla tidak menggubris dan terus memandang kosong kedepan.

"Syaqilla." Panggil Ardinda sambil memperhatikan wajah Syaqilla yang masih terdiam.

Alih-alih menggubris Ardinda. Syaqilla malah bergumam sendiri yang membuat Ardinda merasa heran dibuatnya.

"Gue minta maaf."gumam Syaqilla dengan mata yang berkaca-kaca.

"Gue salah apa si?!" Kali ini buliran air matanya mulai menetes. Ardinda yang menyadari sahabatnya menangis semakin dibuat tidak mengerti.

"SYAQILLA!" Panggil Ardinda lagi dengan nada yang sedikit keras membuat Syaqilla sontak menoleh kearahnya lalu mengusap air matanya cepat.

"Hum? Kenapa Din?." Tanya Syaqilla.

"Masih mikirin Veer?" Syaqilla mengalihkan pandangan kearah lain. Beberapa detik kemudian Syaqilla langsung memeluk Ardinda erat dan menangis dengan terisak.

"Gue salah apa din?!" Ucap Syaqilla terisak. Ardinda bingung harus bagaimana sekarang.

"Jangan nangis Qill." Ucap Ardinda menenangkan sambil mengusap pelan punggung Syaqilla.

"Gue gak tau! Gue salah apa si?! Gue udah minta maaf sama dia hiks." Ucap Syaqilla tubuhnya semakin bergetar menahan isakan.

Ardinda merasa benar-benar kasihan melihat keadaan Syaqilla. Belum lama Zanuar meninggalkanya karena wanita lain dan sekarang harus dihadapi oleh akibat dari kesalahanya di masalalu.

"Gue ngerti apa yang lo rasain Qil,,lo jangan nangis gini! Buktikan kalau lo itu perempuan hebat." Ucap Ardinda sambil melepas pelukan Syaqilla dan berbicara dengan menatap dalam kearah Syaqilla.

"Gue tau lo pasti bener-bener hancur saat ini. Setelah Zanuar pergi dan sekarang Veer yang udah benci sama lo." Ucap Ardinda lagi. Syaqilla menatap Ardinda dalam.

Tangisan Syaqilla perlahan mereda membuat Ardinda sedikit tenang.

"Syaqilla. Denger gue ya,sebesar apapun masalah lo pasti ada jalan keluarnya." Syaqilla mengangguk sambil membersihkan sisa bercak air matanya.

"Apa semuanya bakal kembali baik-baik lagi kayak dulu Din?." Tanya Syaqilla mengalihkan pandangan kearah lain.

"Kita tinggal tunggu waktu aja. Dimana Veer bisa maafin lo sepenuhnya." Ucap Ardinda sambil tersenyum seraya merangkul bahu sahabatnya itu.

"Gue kangen sama dia." Ujar Syaqilla dan air matanya kembali meneteskan air mata namun segera ia hapus.

"Din!" Panggil Syaqilla sambil merubah posisi duduknya menghadap Syaqilla.

"Kenapa? Jangan nangis lagi!" Syaqilla tersenyum sambil menggeleng.

"Enggak kok... Gua cuma mau lo jadi saksi." Ucap Syaqilla bersemangat. Ardinda mengerutkan keningnya bingung.

"Saksi?" Syaqilla mengangguk semangat.

"Saksi apa?" Tanya Ardinda lagi. Syaqilla menampilkan senyum lebarnya dan meraih kelingking Ardinda. Ardinda hanya menurut saja apa yang di lakukan gadis itu.

"Kelingking ini dan lo jadi saksi. Kalau gue Syaqilla Salsabilla berjanji kalau Veerlanda Prasca maafin gue,gue gak bakal kecewain dia lagi dan gue bakal merubah sikap jelek gue sekaligus memperbaiki kesalahan gue di masalalu. " Ucap Syaqilla panjang lebar sambil mengangkat kelingkingnya yang sudah di tautkan dengan kelingking Ardinda.

"Gue percaya lo bakal tepatin janji itu Qill!" Ucap Ardinda dan langsung memeluk Syaqilla.

"Gue sukanya Spongebob bukan Teletubbies jadi jangan pelukan mulu." Ucap Syaqilla sambil terkekeh pelan dan melepas pelukan Ardinda.

_____

Di lain tempat seorang laki-laki remaja dan seorang laki-laki paruh baya sedang berbincang di ruang tamu.

"Ayah udah pernah bilang ini sama kamu Veer dan sekarang papah tepatin kata-kata ayah" Veer mendengus kasar tanpa menggubris perkataan Ayahnya.

"Veer Ayah gak nerima penolakan!" Ucap Ayahnya lagi.

"Terserah Ayah!" Ucap Veer lalu meninggalkan Ayahnya sendiri di ruang tamu.

Ayah Veer tersenyum. Ia menganggap kata terserah dari anaknya adalah sebuah persetujuan.

Ayah Veer segera mengambil ponselnya di saku dan langsung menghubungi seseorang.

"Halo bram gimana?" Tanya Ayah Veer pada orang di sebrang sana.

"Oke.. biar saya yang siapkan pertemuanya." Ucap Ayah Veer dan langsung mematikan panggilanya.

Pendek hm:)

Maaf atas Typo yang bertebaran:)

Mohon kritik dan saran kawan-kawan:)

Terimakasih untuk pembaca dan dukunganya🤗

Jangan lupa vote&comment😘

See you next part❣



VEERLANDA [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang