" Disini, aku yang terlalu percaya diri,
atau engkau yang tak mau mengakui?Sebentar, aku ingin berhenti.
Aku letih.
Padahal aku sudah tahu apa yang akan terjadi,
Begini sialnya punya ekspetasi yang terlalu tinggi.
Menyebabkan aku terbang, lalu jatuh ke lubang sama untuk yang ke sekian kali.
Lagi. "• • •
HAPPY READING!
Entah ada apa dengan Tara, saat ini ia sedang berada di depan rumah sakit yang diberitahu Putri tadi di kantin. Ia tak peduli padahal seharusnya hari ini adalah jadwalnya untuk latihan futsal, apalagi Tara yang statusnya adalah kapten futsal di SMA Kertajaya.
Perlahan, ia masuk melangkahkan kakinya ke meja resepsionis. Pelayannya tersenyum ramah ke arah Tara.
"Cari pasien atas nama siapa kak?" tanya pelayan itu.
"Puan Putri Senjani" jawabnya singkat.
Pelayan itu pun memberi tahu lalu dengan cepat Tara mencari kamar inap yang diberitahu tadi. Sesampainya Tara di depan pintu, ia menarik napas lalu perlahan membuka knop pintu.
Tara mengucapkan salam sebelum memasuki ruang inap Senjani. Tara terkejut karena di dalam ada Putra, Banyu, Bianca, dan Putri. Mereka juga tak kalah kaget dengan tingkah es yang satu ini.
"Waalaikumsalam," jawab Putra dan Banyu serempak.
Tawa antara Bianca, Putri, Senjani juga mereda kala melihat seseorang di ambang pintu.
"Waalaikumsalam, m-masuk Ra" jawab Senjani sembari mengerjapkan matanya tak percaya.
Tara pun melangkah masuk dan menaruh barang yang dibawanya untuk Senjani ke atas meja putih yang ada di sudut ruangan.
"Nyu, ayo nangkep cicak," bual Putra untuk meninggalkan Senjani berdua saja dengan Tara.
"Eh Putri, ayo kita foto dulu diluar lagi bagus tuh" Kata Bianca menimpali sambil menarik lengan Putri.
"Senjani gak diajak?" tanya Senjani dengan polosnya.
"Nanti aja ya, lo kan lagi sakit" jawab Putri yang diiringi dengan anggukan kepala Bianca.
Tersisalah disana hanya ada Senjani dan Tara. Ibu Senjani sedang keluar untuk mengurus adiknya, berpesan ia akan datang nanti malam. Dan ayahnya masih ada di luar kota.
Senjani sudah diperbolehkan pulang, dan niatnya dia akan pulang nanti malam bersama ibunya. Tapi karena ada hal ini, ia memutuskan untuk memberitahu ibunya bahwa ia akan pulang sendiri.
Hening menyelimuti keadaan saat ini. Hembusan nafas dan detik jarum jam terdengar di telinga. Keduanya masih sibuk bergelut dengan argumennya masing-masing. Sampai akhirnya kali ini Tara mengalah dan membuka suara.
"Sakit?"
"Tadinya sakit, tapi sekarang udah mendingan" jawab Senjani sambil tersenyum membuat bolongan di pipinya semakin mendalam.
Tara mengangguk paham lalu beralih mengambil bingkisan yang tadi dibawanya. Ia memberikannya pada Senjani.
"Boleh Senjani buka?" Tanya Senjani lalu ia mendapatkan anggukan sebagai jawaban.
Senjani penasaran dengan isi di dalamnya dan betapa terkejutnya dia karena isinya adalah novel yang selama ini di carinya.
"Ini serius buat Senjani?" tanyanya tak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SETARA [Senjani-Tara]
Teen FictionKamu, alasan saya selalu menulis. Alasan saya masuk ke dalam dunia sastra. Alasan saya menyukai kata-kata indah yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Alasan saya menyukai sepak bola, Itupun karena kamu yang memainkannya. Alasan saya selalu ceria s...