14. SETARA

7 1 0
                                    

"Dengan ikatan yang beralaskan cinta.
Dapatkah sehalus kain sutra?
Rasanya, kelu sekali bibir ini padahal belum semu.
Hanya takut terjatuh ke lumpur,
padahal sudah berkali-kali tempur.
Hanya takut menerjang,
padahal sudah seringkali lebam.
Ini sudah tengah perjalanan.
Masa harus kembali pulang?
Jangan jadi pecundang!
Yang mundur sebelum perang.
Yang kalah sebelum marah.
Yang pergi karena takut lagi.
Sekarang,
mari kita selesaikan rumus keluar dari zona aman.
Hitungannya harus selaras berjalan.
Waktunya perang, kawan!"

• • •

HAPPY READING!

Tara menatap langit-langit kamar lelah. Pikirannya masih saja dihantui tentang perjodohannya dengan Riri. Dan ia merasa bersalah karena bersikap sedikit kasar pada Senjani. Tara membayangkan raut sedih Senjani karena ia sudah lelah membuat kue, tapi dengan mudahnya Tara tolak. Sayangnya dengan keadaan seperti ini Tara tak bisa melakukan apapun.

Tara menuju meja belajarnya, ingin menulis sesuatu. Mungkin dengan menulis, amarahnya akan sedikit redam.

Saat ia mencari pulpen, tiba-tiba matanya menangkap sebuah kartu. Tara mengambilnya dengan hati penasaran. Kartu Queen heart yang Tara temukan di atas jok motornya waktu itu.

Tara membolak-balikan kartunya berusaha mencari tahu apa makna tersirat di dalamnya.

Tara menuliskan dalam bukunya apa saja yang ia temukan dalam kartu itu. Tak banyak, hanya A besar di belakang kartu, dan mungkin petunjuk lainnya ada di kartunya sendiri ; Queen.

Tara menemukan jawabannya. Kemungkinan sang pengirim memberi Tara sedikit teka-teki, mulai dari namanya sendiri.

Tara dengan cekatan menganalisa. 'Queen, queen, queen' gumam Tara dalam hati sambil memejamkan matanya agar menemukan jawaban. Tara membuka matanya, lalu dengan cepat menulis di bukunya.

Bingo! ketemu.

• • •

"Senjani!" Teriakan terdengar dari ibunya yang tengah berkacak pinggang di hadapannya.

"Eh ibu, kenapa bu?"

"Kamu dari tadi ngelamun aja, dipanggil-panggil enggak nengok!"

Senjani hanya tersenyum sambil menggaruk dahinya yang tak gatal.

"Anu bu-"

"Ana, anu, ana, anu! udah gak usah banyak alesan. Tuh tadi ada paket dateng." Jelas Rawi menunjuk kotak berukuran kecil yang ada di atas meja.

Senjani terdiam.

"Paket?" Tanya Senjani meyakinkan sekali lagi. Karena ia tak pernah memesan barang apapun.

"Iya! kamu belanja online mulu, ibu juga mau dong sekali-sekali dipesenin teflon baru atau panci gitu!"

Senjani tersenyum canggung dan buru-buru membawa paket itu kedalam kamarnya.

Senjani mengamatinya lamat-lamat. Kotak ini kecil. Senjani penasaran apa isi dalam kotak sekecil ini. Membuka kotak itu perlahan, lalu Senjani bungkam.

SETARA [Senjani-Tara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang