"Netra legam canduku.
Jatuh, aku jatuh.
Hanya karena mata,
lukaku terus menganga.
Rinduku raung menggema.
Sedangkan aku sibuk menata."• • •
HAPPY READING!
Sinar matahari pagi menyilaukan penglihatan Tara yang saat ini setengah sadar. Ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya karena semalaman ia tertidur dengan posisi masih duduk di sofa.
Tangan yang tadinya masih di dada, ia pindahkan. Merebahkan lagi tubuhnya di sofa menjadi tidur. Tara masih mengantuk, ia ingin kembali melanjutkan tidur.
"Bangun Tara. Sudah jam tujuh lewat. Nanti malam, ada jamuan makan dengan tunanganmu sekalian mengurus semuanya." Mendengar itu, Tara yang tadinya memejamkan matanya langsung bangun. Menegakkan tubuhnya dalam posisi duduk, sesekali mengucek matanya.
"Gak, saya gak mau" Tolak Tara dingin.
"Harus. Toh ayah cuma ngasih tau, gak mentingin kamunya akan bagaimana." Jawab Dewa tak kalah dingin.
Tara menatap manik mata Dewa Sanjaya yang tak lain adalah ayahnya lekat. Mengepalkan tangannya sebagai penyalur amarahnya.
"Ayah? Oh, kamu ayah saya ya?" Tanya Tara menantang.
"Tara, ayah gak mau ribut."
"Toh saya cuma tanya, gak mentingin bakal ribut atau enggak." Nada Tara berubah menjadi mengejek, membalik ucapan ayahnya.
"Ayah gak ajarin kamu kaya gini Tara!" Bentak Dewa saat amarahnya tak tertahankan.
"Secara gak langsung, ya." Jawab Tara tenang lalu beranjak menuju kamarnya, sebelumnya Tara menyeringai tipis saat dirinya berpapasan dengan Dewa.
"Tara," Langkah kaki Tara berhenti ketika mendengar suara lembut memanggilnya. Mau tak mau, ia harus berhenti dan menoleh.
"Kenapa Mah?"
"Duduk dulu ya, sebentar." Ujar Vega lembut.
Tara menggelengkan kepalanya. Berusaha berbicara selembut mungkin kepada mamanya. "Enggak Mah, Tara mau mandi."
"Sini dulu sayang, sebentar." Mendengar itu, Dewa membalas seringaian Tara. Mungkin kali ini, Dewa pemenangnya.
Tara mendengus lalu duduk di sebelah Mama-nya.
"Nanti harus ikut makan malam bersama ya?" Tanya Vega sambil membelai rambut putranya lembut.
"Enggak Mah, Tara gak mau."
"Kamu pasti ngerti, kenapa kakek menjodohkanmu dengan Riri."
"Tara udah lakuin apa yang kakek mau, tapi kalau soal pasangan Tara enggak mau Mah." Ujar Tara berusaha menjelaskan kepada Mama-nya.
"Tara yang akan nentuin sama siapa Tara menikah, lagian Tara masih SMA, banyak yang belum Tara capai untuk kakek Mah." Tara beranjak, berusaha tidak memedulikan panggilan dari Vega.
Waktu itu, saat mendapat kabar Riri datang ke Indonesia dan akan menetap memanglah Tara sangat senang. Tapi saat Riri mengajaknya makan malam bersama keluarganya, ia dibuat sangat kesal.
Flashback on.
"Tara, Papah ajak makan malam bareng sama keluarga kamu. Kamu mau gak?" Pertanyaan dari Riri sontak membuat Tara tersenyum dan menganggukan kepalanya.
Saat ini mereka sedang berada di salah satu restoran dalam mall. Tara baru saja menjemput Riri dari bandara.
"Yuk Tara, aku mau es krim!" Riri menarik tangan Tara.
KAMU SEDANG MEMBACA
SETARA [Senjani-Tara]
Teen FictionKamu, alasan saya selalu menulis. Alasan saya masuk ke dalam dunia sastra. Alasan saya menyukai kata-kata indah yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Alasan saya menyukai sepak bola, Itupun karena kamu yang memainkannya. Alasan saya selalu ceria s...