" Menyenangkan,
atau menyedihkan.
Tertawa bahagia,
atau menangis putus asa.
Alur hidup, kita yang tentukan.
Walau takdir katanya,
kita juga harus berusaha
untuk ending bahagia. "• • •
HAPPY READING!
"Kamu pacaran sama Senjani?" Tanya seorang lelaki tua dengan kacamata yang menghiasi wajahnya. Rambutnya yang sudah memutih menandakan bahwa umurnya sudah senja.
Berita Senjani dan Tara berpacaran belum tersebar luas. Karena mereka tak mengumbar kemesraannya. Bahkan Riri dan inti Pasjay sekalipun tak tahu.
Padahal Tara ingin sekali meneriakkan ke seluruh penjuru dunia, bahwa Senjani adalah miliknya. Sayang, Senjani bilang ia takut diserang para wanita yang menggilai Tara. Jadi mereka berdua merahasiakan hubungannya. Tapi Tara yakin, pasti ada yang curiga dengan mereka.
Tara menatap tajam kakeknya dengan hati resah. Karena pasti kakeknya itu akan mencampuri urusannya.
"Ya," Tara mengaku. Mau berbohong pun sudah tak bisa. Mata-mata kakeknya ada dimana-mana, dan tak mungkin kalau kakeknya itu tak mengetahuinya.
"Riri bagaimana?" Tanya kakeknya lagi.
"Saya tidak suka Riri," Ujar Tara.
"Mungkin sedari dulu saya hanya sekedar mengagumi penampilannya. Bukan menyukainya." Lanjut Tara.
Wijaya-kakek Tara hanya menatap Tara lelah sembari memijat pelipisnya.
"Tara, kamu harus sama Riri. Kalian sudah terikat per-" Ucapan Wijaya terhenti karena Tara sudah bersuara.
"Saya sayang Senjani, bukan Riri. Batalkan semuanya. Lagipula kalian yang merencanakan tanpa persetujuan saya." Ketus Tara meninggalkan Wijaya sendirian di ruang kerjanya.
Tara menaiki motor vespanya dan melaju kencang. Rumah Senjani, tujuan satu-satunya. Mau ke rumahnya pun tak ada guna, karena pasti ayahnya akan menasihati sama seperti kakeknya.
Tara sampai di rumah Senjani yang terlihat kosong. Hanya ada 1 kamar di lantai atas dengan lampu yang menyala, ia yakin itu kamar Senjani.
Ia segera membuka handphone nya dan menghubungi Senjani.
"Halo Tara," Senjani menyapa saat panggilan Tara diterimanya.
"Gue di depan."
Setelah mengatakan itu, Tara langsung mematikan teleponnya sepihak dan menunggu Senjani menghampirinya.
Senjani yang mendengar itupun terkejut dan langsung melihat ke arah jendela memastikan apa benar Tara datang.
Ternyata, benar. Ia hanya mengenakan hoodie hitam polos dan celana jeans panjang. Tak mau membiarkan Tara menunggu lama, Senjani tidak mengganti bajunya hanya merapikan sedikit tataan rambutnya dan langsung menghampiri Tara yang statusnya sekarang adalah pacarnya.
"Kenapa Tara? tumben, Tara gak mau masuk?" Senjani menghampiri Tara yang masih terdiam di depan motornya. Seketika hati Tara menghangat. Hanya karena mendengar suara yang mungkin sudah 4 tahun belakangan ini terdengar.
Tara sudah sedikit melupakan masalahnya. Sekarang, semua tergantung Senjani. Tara benar-benar mencintainya. Dulu, sampai sekarang.
"Ayo," Senjani diberikan sebuah helm dan Tara bersiap memakai helm nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SETARA [Senjani-Tara]
Teen FictionKamu, alasan saya selalu menulis. Alasan saya masuk ke dalam dunia sastra. Alasan saya menyukai kata-kata indah yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Alasan saya menyukai sepak bola, Itupun karena kamu yang memainkannya. Alasan saya selalu ceria s...