Lengan lentik Hasya perlahan membuka sebuah benda pipih yang tergeletak di hadapannya. Lalu, membuka aplikasi galeri. Tak lama, wanita itu menggulir beberapa foto terbaru hingga tandas pada foto paling bawah.
Hasya tersenyum, membuat seorang lelaki di hadapannya mengerutkan kening.
"Hasya?"
Gadis itu mendongak, menatap wajah Arka yang tengah menatap dirinya.
"Kamu baik-baik saja?" Hasya mengangguk kecil.
"Foto? Siapa?" Hasya tidak menjawab, ia hanya tersenyum sembari terus memperhatikan setiap inci gambar seseorang pada foto itu.
"Ustadz Alif?" tanya Arka, menebak. Hasya mengangguk sebagai jawaban.
"Sudah lama sekali ... sudah lama sekali semua kenangan itu saya lewati, namun rasanya hingga saat inipun perasaan itu masih enggan berdamai dengan keadaan." Hasya menarik nafasnya, lalu menghembuskannya secara perlahan.
"Dua ribu sembilan belas sudah lama berlalu, namun sosok itu ... seperti enggan tergantikan oleh sosok yang baru." Hasya tak lagi tersenyum, gadis itu menundukkan wajahnya sebentar.
Tanpa di ketahui Arka, wanita itu menghapus jejak air yang menggenang di pelupuk mata, di balik kacamata yang bertengger pada hidungnya.
"Rasanya saya ... "
"Ingin melupakan beliau, tapi ... "
"Apa saya bisa melakukan itu?" Hasya mengangkat wajahnya, kembali menatap Arkan yang kini terdiam. Dalam hitungan detik, lelaki itu mengangguk sembari tersenyum.
"Lakukan jika itu akan membuatmu bahagia, namun ... tak usah jika itu membuatmu malah semakin tersiksa."
Sekali lagi, Arka tersenyum. Sedangkan Hasya, samar-samar gadis itu mengangguk lemah.
_____
Malam semakin meninggi, langitpun semakin menggelap dengan bintang yang terus berkelip sebagai peneman hampanya kegelapan di malam hari selama ini. Jam terus berdenting, selalu berputar kedepan untuk mengganti hari demi hari yang telah terlewati.
Roda kehidupan pun, terus berputar. Menggantikan pagi menjadi siang, hingga siang menjadi petang dan petang yang kian menjadi malam. Tak terasa, dua bulan sudah lamanya Hasya di lingkungan asrama setelah perpulangannya kemarin karena izin untuk berkunjung ke rumah Salma.
Selama itu juga, Hasya telah mengenal sosok lelaki tampan yang semakin hari semakin membuat Hasya larut dalam jerat rasa yang tak bisa di jabarkan. Selama itu pula, hari-hari Hasya di asrama memiliki kesan yang berbeda dari biasanya.
Selalu mendapat ucapan semangat dari sepucuk surat yang di kirimkan oleh anak kecil padanya jika ia sedang menghafal di teras asrama. Selalu merasakan rasa hangat, kala netranya tak sengaja berpapasan dengan sosok lelaki itu saat hendak pergi ke mushola.
Malam ini, Hasya terlihat sedang duduk di sebuah pojokan di ujung teras kamar asrama yang menghadap ke arah pemandangan indah yang memperlihatkan taman-taman kecil yang di buat oleh beberapa kang santri ndalem.
Beberapa menit lalu, Hasya beserta para santriwaan dan santriwati baru saja selesai dengan kegiatan rutinan di malam Jum'at. Ba'da maghrib, seluruh penghuni pondok pesantren Al-hajj berbondong-bondong untuk pergi ke sebuah majelis untuk membaca surah Yasin bersama-sama.
Sedangkan setelahnya, di lanjutkan dengan acara rutinan para santri pula yakni membaca kitab al-barjanji hingga pukul sepuluh atau sebelas malam lamanya. Biasanya, pembacaan kitab al-barjanji di lakukan setiap malam Jum'at, sekali dalam seminggu. Sedangkan untuk Minggu berikutnya, biasa mengadakan acara-acara kecil ala santri putra maupun putri, yakni muhadoroh.
KAMU SEDANG MEMBACA
U S T A D Z I'm here!
Teen Fiction®True story® [GENRE : RELIGI - ROMANCE] [UPDATE DUA HARI SEKALI] [FOLLOW AKUN AUTHOR SEBELUM MEMBACA, DAN TINGGALKAN JEJAK SESUDAH MEMBACA] [Highest rank] #2 in - pesantren story [20/08/2021] #22 in - Duka [20/08/2021] #1 in - Pesantren story [22/08...