15

245 50 55
                                    

"Hasya ... "

Duar!

"Astaghfirullahaladzim!" seru Hasya sembari dengan refleks berjongkok di tempatnya.

"Allahumma sholli'ala sayyidina Muhammad." Lelaki itu turun dari motornya dan menghampiri Hasya yang masih berjongkok sembari menutup kedua telinga.

"Masih mau diam disini? Sampai turun hujan?" Hasya menggeleng lemah sembari menunduk.

"Ayo," ucap Alif, lelaki itu tersenyum. Mempersilahkan Hasya untuk duduk di belakangnya.

Dengan helaan nafas kasar dari bibir, akhirnya Hasya menurut. Duduk di jok penumpang, meskipun terlihat sangat menjaga jarak aman.

"Jangan ngebut-ngebut! Takut kecelakaan, Hasya gak mau. Hasya takut mati, Hasya belum nikah!" cerocos Hasya saat Alif mulai melajukan motor besar hitam yang di padukan dengan warna merah miliknya.

Di depan sana, Alif tertawa.

"Kematian itu ada di tangan Allah, Hasya. Siapapun pasti akan mati dan kembali kepada-Nya, jadi tidak perlu di takuti," jawab Alif. Lelaki itu memperlambat laju motornya sesuai dengan apa yang di ucapkan oleh Hasya.

"Takut itu manusiawi."

Alif mengangguk-anggukkan kepalanya sembari tertawa. Menurut lelaki itu, Hasya terlihat lebih menggemaskan jika sedang merajuk seperti ini. Namun, tetap saja. Ia pun tak ingin, jika terus-menerus di acuhkan oleh wanita yang di cintainya.

Ekhem cinta gak tuh, Ustadz?🙈😂

BYUR!

Hujan turun begitu deras secara tiba-tiba. Membuat Alif, dengan cepat membelokkan stang kemudi ke arah sebuah pondok kayu kecil untuk berteduh. Di sana pun, ada seorang pengendara motor melakukan hal yang sama.

"Kita meneduh dulu sebentar, jika terus menerobos saya takut kamu sakit," ucap Alif sembari masih menepuk-nepuk bajunya yang sedikit basah.

Hasya hanya mengangguk sebagai jawaban. Lalu gadis itu duduk di atas tempat duduk yang terbuat dari kayu. Kedua lengannya di satukan, seraya memberi kehangatan pada dirinya sendiri.

"Dingin?" tanya Alif.

Hasya menoleh sebentar.

"Sepertinya, Hasya gak jawab pun pasti Ustadz tau." Gadis itu tersenyum kecil, lalu kembali meniup-niup lengannya yang terasa sangat dingin.

"Pakai ini."

Alif meletakkan sebuah jaket hitam pada tubuh Hasya dengan sangat hati-hati, tanpa menyentuh tubuh gadis itu sedikitpun.

"Tapi Ustadz Hasya udah pake almet kok ... "

"Tidak apa, pakai saja." Alif tersenyum. Membuat hati Hasya sedikit berdesir hangat di tengah rasa dingin yang menyelimuti hampir seluruh tubuhnya, karena hujan yang sedari tadi tak juga kunjung reda.

Bulir-bulir air yang turun dari langit terus menyerang bumi tanpa kecuali. Membuat beberapa pengendara motor terlihat memilih berhenti untuk berteduh, namun ada juga yang tetap nekat menerobos jalan yang sudah menjadi kubangan air karena hujan turun begitu deras.

U S T A D Z  I'm here!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang