"Hasya ... " Gadis itu menoleh ke sumber suara, siapa lagi jika bukan Arka.
"Wanita bernama Fuji itu? ... " Hasya mengangguk, ia sudah paham dengan apa yang di ucapkan oleh Arka barusan.
Perlahan, Hasya menarik nafasnya. Lalu, diam sebentar. Seraya menguatkan diri karena rasa yang kembali hadir di dalam hatinya.
____
"Sya! Kamu tau gak?" ucap Tari terlihat menggebu-gebu seakan ingin menceritakan satu hal yang sangat penting. Namun, sang empu yang baru saja datang di kamar asrama sama sekali tak menggubris. Gadis itu malah berjalan begitu saja ke arah lemari dan menggelar sebuah kasur disana.
"Sya! Aku lagi ngomong loh, ihh!" geram Tari saat dirinya merasa di acuhkan.
"Syuuuttt!" Hasya menempelkan jari telunjuknya di depan bibir.
"Hasya ngantuk Tar, nanti aja deh ceritanya. Hasya pengen tidur dulu sebentar," ucap Hasya sembari terus menguap dan sudah siap membaringkan tubuhnya.
"Ih Hasya emang semalem di kamar Ning Putri kamu gak tidur? Dengerin dulu lah Sya, bentar ini. Penting banget ... "
"Nanti deh, ini lebih penting Tar. Mata Hasya gak kuat buat melek lagi, dah sana ngaji. Ceritanya pending sampe nanti malem," ucap Hasya yang sudah sedikit memejamkan mata.
Karena memang, semalaman berada di dalam satu kamar yang sama bersama sang guru yakni Ning Putri. Membuat Hasya tak bisa memejamkan mata, bukan karena apa. Namun karena canggung karena tidur bersama Ning Putri pada kasur yang sama.
Meskipun Ning Putri bersikap layaknya, namun tetap saja. Hal itu tak membuat rasa hormat dan malu Hasya kepada seorang guru luntur begitu saja. Karena itulah, semalaman Hasya hanya bisa berbaring saja. Tanpa mata memejam seperti yang di lakukan Ning Putri.
"Ihhh Hasya! Terus kamu gak ngaji gitu, ha?"
"Ckk, Hasya udah izin kok Tar. Lagian abis dari ndalem juga." Setelah mengatakan itu, Hasya langsung terpejam. Gadis itu rupanya sudah tak kuasa lagi menahan rasa kantuk yang coba ia hilangkan dari semalaman.
Lalu Tari dan teman sekamar yang lain, segera bergegas ke arah aula pesantren untuk melaksanakan sorogan Al-Qur'an di pagi hari seperti biasanya.
Hingga tak terasa, aula yang semula ramai oleh santri putra maupun putri yang hendak menyorogkan Al-Qur'an pada Kiyai, kini telah lenggang. Bahkan, Kiyai pun sudah undur diri dari tempatnya.
Kini yang tersisa, hanya beberapa santri putri yang memang sedang melakukan piket di pagi hari. Seperti halnya Tari, Fatin dan beberapa orang yang lain.
"Mbak Fatin, tadi aku udah bersihin kamar mandi aula. Jadi aku ke kamar duluan ya," ucap Tari sembari membereskan kembali sapu dan kain pel yang tadi dia pegang.
Sedangkan sang lawan bicara hanya mengangguk-anggukan kepalanya seraya memberikan jawaban.
"Ohiya Tar, Hasya kemana? Tadi Mbak gak liat dia ngaji," tambah Fatin sekali lagi sebelum Tari melangkah jauh.
"Hasya tidur di kamar Mbak, semalem dia nemenin Ning Putri di ndalem katanya gak bisa tidur. Makanya dia izin gak ikut ngaji," jawab Tari menjelaskan sejelas mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
U S T A D Z I'm here!
Teen Fiction®True story® [GENRE : RELIGI - ROMANCE] [UPDATE DUA HARI SEKALI] [FOLLOW AKUN AUTHOR SEBELUM MEMBACA, DAN TINGGALKAN JEJAK SESUDAH MEMBACA] [Highest rank] #2 in - pesantren story [20/08/2021] #22 in - Duka [20/08/2021] #1 in - Pesantren story [22/08...