18

201 42 8
                                    

"Kamu benar berdoa seperti itu, Hasya?" Hasya mengangguk.

"Mengapa?"

"Karena berjalan beriringan dengannya, adalah satu hal yang saya inginkan. Dan ... Menua bersamanya selalu menjadi doa yang saya panjatkan."

"Seingin itu?" Arka menatap gadis di hadapannya dengan seribu satu tanda tanya. Hasya mengangguk lemah.

"Karena dulu, saya pernah begitu dalam mencintainya," jelas Hasya dengan suara sedikit bergetar.

"Sampai saat ini?"

"Maybe." Hasya tertawa sumbang, mentertawakan sebuah kemustahilan.

_____

Hari kemerdekaan republik Indonesia.


Kini, seorang gadis terlihat sedang memakai jilbab segi empat untuk menutupi surai panjangnya yang di ikat. Sembari bersenandung ria, gadis itu segera menuruni anak tangga. Kala persiapannya sudah selesai dengan sempurna.

"Wahh pengibar bendera Al-hajj cantik banget sih," puji Tari sembari mencolek sedikit pipi gembul milik Hasya. Membuat sang empu dengan refleks menjauh.

"Menghina?"

"Lah, orang muji kok di kata ngehina sih."

"Hahaha lagian, kamu ini bisa aja bikin Hasya terbang dengan pujian ... "

"Teruntuk santri putra dan putri pengibar bendera, di harapkan untuk segera berkumpul di depan aula ... "

Mendengar penuturan dari pengeras suara, sontak membuat Hasya dengan cepat melangkahkan kakinya.

"Daah, Tar!" Hasya melambaikan tangannya pada Tari.

"Mundur Sya, cantiknya kamu kelewatan. Kasian, nanti Ustadz Alif banyak saingan!!" Tari terkekeh kecil saat melihat Hasya di kejauhan sana menempelkan jari telunjuknya di depan bibir.

Pengibaran bendera merah putih, berjalan dengan lancar dan khidmat. Lantunan lagu Indonesia raya pun menggema di atas bumi suci Al-hajj dua. Hingga hampir satu jam lamanya, rangakaian demi rangkaian acara selesai di laksanakan.

Seluruh santri putra maupun putri saling berhamburan untuk kembali ke depan asrama masing-masing. Sedangkan para pengurus sedang merunding, untuk membicarakan acara-acara malam lanjutan yang setiap tahun di adakan.

"Mbak Hasya! Kemari," ucap seseorang di kejauhan sana sembari melambaikan tangan pada Hasya yang sedang duduk di teras asrama bersama teman-temannya.

"Ahiya, ada yang bisa Hasya bantu Ning?" Hasya sedikit membungkukkan badannya, takdzim.

"Apakah sedang sibuk?" Hasya menggeleng cepat.

"Kalau tidak sedang sibuk, Mbak Hasya ikut dengan saya ya," tuturnya di bumbui dengan senyuman. Hasya hanya mengangguk patuh sebagai jawaban.

"Nggeh Ning."

Tak lama, Ning Putri melangkahkan kaki. Dan sesuai perintahnya, Hasya berjalan di belakang. Mengikuti Ning Putri yang kini berjalan menuju area lesehan tempat para Ustadz berkumpul.

U S T A D Z  I'm here!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang