Aku sungguh mengangumimu, mungkin setelah ini akan lebih dari itu. Jika boleh, selamanya aku akan menetap dengan rasa itu akan dirimu.
Alif Arkan Firdausy
_U S T A D Z I'm here!_
•••
Empat hari sudah Hasya berada di lingkungan keluarga Salma yang sangat ramah. Kini, Hasya dan Fatin telah berpamitan untuk kembali lagi ke asrama. Karena memang, Ustadzah hanya memberikan izin lima hari kepada mereka berdua. Satu hari akan mereka gunakan di rumah Hasya setelahnya.Setelah berpamitan, seperti biasanya. Kini dua sejoli itu berdiri di pinggir jalan, seraya menunggu angkutan umum yang akan membawanya kembali ke berkelana. Lima belas menit berlalu, yang sedari tadi di tunggu akhirnya tiba.
Dengan cepat, Hasya dan Fatin masuk dan memilih bangku kosong paling belakang. Agar bisa tidur dan tidak tersedak-sedak oleh penumpang yang lain.
Selama perjalanan pulang, Hasya bergeming. Entah mengapa, pikirannya berkecamuk dengan duka yang di alami oleh Salma sahabatnya. Cerita yang di dengar dari Salma kamarin malam cukup membekas dalam memori ingatannya.
Bagaimana sakitnya di tinggalkan oleh sang Ayah untuk selama-lamanya, bagaimana beratnya duka setelah bertemu dengan hari tanpa tegura sapanya. Bersyukurlah Hasya masih di beri izin oleh Allah untuk bersama dengan keluarga yang lengkap.
"Sya ... kamu kenapa sih ngelamun aja?" tanya Fatin, berhasil membuyarkan lamunan Hasya.
"Eh, enggak kok Mbak. Hasya cuma capek aja," jawab Hasya berbohong. Setelahnya, Fatin hanya mengangguk-anggukan kepala sembari ber'oh' ria. Dan keduanya sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Jika Fatin memilih untuk memainkan ponselnya, berbeda dengan Hasya. Gadis itu memilih untuk memejamkan matanya. Hasya terlelap begitu tenang.
Pukul 11:52 WIB.
kurang lebih empat jam sudah Hasya dan Fatin berada di dalam angkutan umum itu. Tepat di persimpangan jalan, supir menginjak pedal rem. Sedangkan knek berkeliling untuk meminta uang bayaran.
"Kita udah sampe mana Mbak?" tanya Hasya yang baru saja sadar dari tidurnya. Fatin menggeleng kecil tidak tahu.
"Mang, ini udah sampe mana yah?" tanya Hasya saat knek menghampiri mereka.
"Ini udah sampe ××××× Neng, si Neng turun di sini?"
"Iya mang, kita turun di sini. Ayo Mbak," ucap Hasya sembari mengajak Fatin untuk beranjak.
"Ohiya, ongkosnya berapa mang?" Tanya Hasya lagi sebelum keluar.
"Lima puluh ribu aja, buat berdua gapapa neng. Neng santri kan?" Hasya mengangguk, kemudian memberikan uang lima puluh satu lembar.
"Makasih banyak ya mang," ucap Hasya sembari tersenyum kecil. Lelaki paruh baya itu mengangguk dan tersenyum.
"Makasih mang," tambah Fatin lagi.
"Semoga selalu di lancarkan rezekinya oleh Allah," ucap Hasya kecil, hampir tidak terdengar.
Lalu dengan cepat, Hasya dan Fatin melenggangkan kakinya untuk menyebrang. Karena jarak rumah Hasya tidak terlalu jauh dari gang ini, mereka memutuskan untuk berjalan kaki saja.
Keduanya dengan ceria menyusuri jalanan yang sedikit ramai oleh pengendara motor maupun pejalan kaki. Sesekali ada yang bertanya kepada Hasya, ada yang bertegur sapa dan ada juga yang melemparkan senyuman sekedar menghormati sesama.
![](https://img.wattpad.com/cover/215272771-288-k399864.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
U S T A D Z I'm here!
Teen Fiction®True story® "Sampai kapan kamu akan menundukkan kepalamu, Hasya? Lihat saya sebentar, saya tahu saya salah. Tapi tolong jangan seperti ini." Hasya bergeming, tetap setia dengan posisinya, gadis itu tetap enggan mengangkat kepalanya meski hanya seb...