Malam ini adalah malam pertama abay mengikuti pengajian kitab risalatul anbiya di aula pesantren.
Abay menyenderkan tubuhnya di tembok aula, ia bingung harus membaca apa nantinya, karna abay tak pernah ngaji kitab akhirnya ia hanya diam tak mengikuti nadzoman kitab.
Sedangkan para santri lain sibuk dengan nadzoman kitab mereka masing² begitupun azmi dan hisyam mereka nampak khidmat menghafal dan melantunkan syair kitab risalatul anbiya yang ada di tangan mereka.
" Y kali gue suruh ngaji ginian, kalo baca qur'an mh gue bisa.. Lah ini ngaji kitab.." Gumam abay.
Abay memutar matanya malas, kini abay menatap ustadz faruq dengan tatapan yang sulit di artikan.
Ustadz faruq yang menyadari ada tatapan aneh yang menatapnya langsung melirik ke arah abay dan mendapati abay sedang menatap ustadz dengan tatapan memelas.
" Itu anak pasti ndak bisa ngaji kitab.." Gumam ustadz lirih.
Sedangkan abay yang melihat tatapan ustadz hanya cengengesan.
Ustadz faruq menghampiri abay dan duduk di samping abay.
" Sampean mau ngaji atau ndak..? Mau ngaji kitabnya ndak di bawa, santri macam apa sampean ini.." Ucap ustadz.
" Gue kagak paham ngaji ginian, kalo ngaji qur'an mh gue bisa.." Ucap abay cuek..
" Sekarang sampean pergi ke khadam ngambil kitab terus ngaji bareng sama ustadz disini.." Ucap ustadz faruq.
" Harus sekarang y..??" Tanya abay polos.
" Sekarang akang guantenggggg..." Ucap ustadz faruq.
" Iya nihhh... Gue ambil.." Ucap abay.
Abay pergi meninggalkan aula dan bergegas menuju khadam untuk mengambil kitabnya, sedangkan ustadz faruq hanya menggelengkan kepala saat melihat tingkah laku abay tadi.
Sesampainya di khadam abay langsung mencari kitab risatul anbiya miliknya yang di kasih oleh pak kyai minggu lalu tak lupa juga ia membawa al-qur'an mini miliknya yang berwarna biru tua.
Setelah menemukan kitabnya abay langsung berjalan menuju aula, di pertengahan jalan abay memutuskan untuk pergi ke mushola.
Karna jam menunjukan pukul 9 malam ia putuskan untuk pergi ke mushola dan ngaji disana dari pada ngaji di aula bersama ustadz faruq.
" Males banget gue ke aula mending gue ngaji qur'an ajah deh di mushola kan sepi tuh, sunyi lagi.." Gumam abay.
Abay mengambil air wudhu' dan setelahnya ia berjalan memasuki mushola kemudian duduk di teras mushola.
Mushola ini dekat sekali dengan asrama putri, siapa saja bisa melihat asrama putri di mushola ini.
Abay perlahan membuka lembaran al-qur'an dan kemudian membacanya. Surat Ar- Rahman kini menjadi surat pilihannya.
Abay membacanya dengan khidmat dan fasih, ia memang anak jalanan tapi jangan pernah melihat penampilannya saja tapi lihatlah dari akhlak ke sholehannya.
Suara abay kini menggema di langit-langit mushola, karna disini sepi hanya suara abay lah yang menghiasi malam.
Setelah membaca al-qur'an abay putuskan untuk pergi ke dhalem pak kyai mansyur untuk mempelajari ilmu agama lebih mendalam lagi.
" Apa gue ke pak kyai ajah yah.. Dari pada ke aula ribet ustadz faruq juga nyebelin, y udah deh gue ke pak kyai ajah.."
Abay bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah dhalem pak kyai, karna dhalemnya ada di sebelah asrama putri, mau tak mau abay harus berjalan melewati asrama putri.
YOU ARE READING
Pesantren Rock N'Roll
RomanceJangan menilai seseorang dari penampilannya saja, tapi nilai lah perilaku serta akhlaknya. mungkin penampilannya terlihat tak pantas atau berantakan tapi akhlaknya itu baik. dan sebaliknya mungkin seseorang penampilannya alim tapi perilakunya buruk.