Part 2

4.3K 270 17
                                    

Cahaya matahari menyapa ramah pagi hari ini, mendukung setiap insan untuk melakukan rutinitas. Sahila berjalan pelan menuju tempatnya bekerja. Dia melupakan sesuatu hal, ya sepertinya, karena wajahnya tetap berseri, walau pun hari ini dia harus berakting.

Pintu sebuah mobil mewah berwarna putih yang terparkir di pinggiran trotoar tiba-tiba saja terbuka, menghadang Sahila untuk melanjutkan perjalanannya.

"Kodok muncrat!" serunya sepontan.
Sahila tampak terkejut, dia menepuk dadanya, menenangkan jantungnya.

Seseorang turun dari sana menggunakan kacamata hitam, setelan pakaian kerja yang pria itu pakai, membuat siapa pun yang melihatnya terpesona. Itu berlaku juga dengan Sahila. Itu sebelum kacamaya pria itu di buka. Ingat! Sebelum di buka.
Beda ceritanya kalau sudah di buka. Sahila langsung mendelik sinis sembari menghela nafas panjang saat sadar pria yang ada di hadapannya itu adalah Andre.

"Hallo..." sapa Andre. "... SAYANG." Sahila benci mendengar panggilan itu. Asal para Readers tahu ya, Andre mengucapkan kata 'Sayang' penuh dengan penekanan. Biar apa coba?

"Selamat pagi, Pak." sapa Sahila balik, dengan tersenyum sopan, berpura-pura dia melupakan perintah Andre kemarin sore.

Ya Allah, cabut ingatannya. Biar dia lupa sama perintahnya kemarin. - doa Sahila dalam hati.

Andre melangkah maju mendekat pada Sahila. Tangannya terukur merapikan rambut Sahila yang menjuntai menutupi dahinya. "Aku rindu kamu," katanya.

Mungkin, kalau ini bukan berakting Sahila sudah kejang-kejang di tempatnya saat ini. Tapi beda ceritanya, Sahila menoleh ke belakang saat salah satu rekan kerjanya melalui mereka.

"Pagi, Pak." sapa orang itu, Sahila tidak kenal. Tak penting baginya untuk tahu setiap orang yang bekerja di sana. Tapi sepertinya Sahila harus mengingat wajahnya. Karena apa, karena orang itu sudah menatap Sahila lekat, seakan menyimpan wajah Sahila di memori otaknya. Tentunya biar mudah di gosipi sama teman-temannya.

"Iya," jawab Andre, matanya tak beralih sedikit pun dari Sahila.

Gila nih orang, pinter banget aktingnya. Bisa-bisanya dia natap gue penuh cinta gitu. - batin Sahila.

"Ayo ke kantor sekarang." Andre menuntun Sahila pergi menuju kantor. Mobilnya? Orang kaya mah bebas. Andre bersuil sesaat, kemudian seseorang datang dari balik pohon.

Eh buset, ada ninja di sini. - batin Sahila terkejut.

"Pindahkan mobilnya!" perintah Andre pada seseorang itu sembari menyerahkan kunci mobilnya, tentu saja butuh kunci mobil. Orang itu hanya seperti Ninja, bukan orang super yang bisa memindahkan suatu barang hanya dengan satu jari.

Setelah itu, Andre melanjutkan jalannya, dengan Sahila yang dia tuntun erat. Jangan tanya bagaimana kondisi jantung Sahila saat ini. Ini pertama kalinya bagi dia jalan beriringan dengan pria tampan dan orang berpengaruh seperti Andre. Apa lagi dengan di tuntun erat seperti ini.

Aduh.. Rasanya gue mau ngesot aja. - batin Sahila berlebihan.

Tapi beda lagi saat mereka sudah masuk ke area kantor, tuntunan Andre berubah menjadi rangkulan. Semua mata menatap mereka penuh ingin tahu. Rasa gugupnya berubah menjadi rasa risi. Bisikan cibir dan iri terdengar jelas di telinga Sahila.

Sahila mencoba menyingkirkan tangan Andre yang melingkar di pundaknya, tapi begitu sulit karena. Andre menahannya.

"Pak-"

"Diam, ini banyak orang yang lihat." bisiknya pada Sahila.

"Tapi saya risi, Pak."

"Sebentar lagi, sabar sedikit." Sahila menghentikan usahanya untuk melepaskan tangan Andre dari pundaknya.

Andre menggiring Sahila memasuki lift khusu Direktur. Di dalam lift baru Andre melepaskan tangannya.

"Huh." hela nya. "Akting hari ini masih kurang bagus. Kamu harus pintar berakting dong."

"Kalau Bapak mau berakting, ya jangan sama saya, saya kan bukan artis." omel Sahila.

"Terserah, ya sudah sana keluar," ujar Andre saat lift sudah terbuka menuju lantai kerja Sahila. Lantai Manajer Dimas.

Sahila berdecak. Dia segera keluar dari lift, tapi Andre menarik tangannya, karena seseorang melalui lift mereka. "Semangat kerjanya ya sayang," ujar Andre lembut pada Sahila. Dia mengecup dahi Sahila penuh cinta.

Orang yang menatap mereka terheran-heran. Tapi akhirnya menunduk hormat saat mata Andre menatapnya. "Selamat pagi, Pak."

"Pagi." Mata Andre menatap Sahila kembali. "Aku kerja dulu ya." Sahila terkejut. Bukan karena ada orang lain. Tapi karena Andre yang mengecup dahinya.

Gue harus imunisasi ulang ini mah.-  batin Sahila.

Setelah itu Sahila segera keluar sembari menyentuh dahinya. Jangan kira karena kecupan Andre terasa hangat dan lembut. Tapi sebaliknya, basah.

"Dia cium gue, apa jilat gue sih? Jijik banget." gerutu Sahila, dia segera pergi menuju toilet. Untuk apa lagi kalau bukan membersihkan wajahnya.

"Ah... Make up gue udah luntur aja pagi-pagi." omel Sahila.

Seseorang masuk ke dalam toilet, tapi yang terjadi dia mengurungkan niatnya saat melihat ada Sahila di dalamnya. Sahila yang sudah mumet, malas untuk memikirkannya. Dia segera keluar saat sudah selesai membasuh wajahnya dan memakai sedikit make up saja.

Ternyata wanita tadi masih di sana, hanya saja dia di luar. Wanita itu menunduk saat Sahila melewatinya.

"Kenapa, ya?" tanya Sahila dengan suara pelan. Wanita itu menggeleng takut-takut, kemudian masuk ke dalam toilet.

"Aneh." gumam Sahila.

***

"bersambung"



Kalau kalian merasa cerita ini sedikit. Itu emang benar banget.

tiba-tibanya ide aku mentok, entah kemana perginya. Tadinya gak mau up sekarang. Tapi aku udah terlanjur janji. Alhasil aku cuma publish sedikit.. Menurut aku lebih baik up dated walau pun sedikit dari pada ingkar janji..

Maaf banget ya.. 😢😢😢

S & A (Sahila & Andre Story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang