Part 25

2.1K 211 29
                                    

Tok! Tok! Tok!

Ketukan pintu yang lumayan nyaring membuat Sahila berlari cepat menuju pintu utama.

"Iya, sebentar!"

Sahila menarik knop pintu, dan seketika dia tercengang dengan tamu yang datang. Rayu berserta Amir sudah berdiri di depan sana dengan senyum yang menawan. Tidak ketinggalan Andra dan Khaira.

Mereka mau apa?- batin Sahila.

"Assalamualaikum, Sahila."

"Wa- waalaikumsalam, Bu." Sahila meringis kecil. "Oh, ayo masuk." Sahila memberi menggeser tubuhnya, memberi akses untuk calon mertuanya masuk. Rayu, Amir, Andre dan Khaira pun masuk.

"Maaf rumahnya berantakan," ucap Sahila.

"Ah, kayak gini kok berantakan." Rayu terkekeh. Begitu pun dengan yang lainnya.

"Orang tua kamu mana?" tanya Rayu.

"Oh iya, saya panggilkan dulu."

Sahila permisi, dia masuk ke dalam untung memanggil Dara yang sedang mencatat pemasukan dana usaha kecil-kecilannya.

Sahila mengetuk kamar Dara. "Masuk." Terdengar sahutan dari dalam.

Sahila membuka pintu kamar Dara pelan, dia langsung menghampiri Dara. "Mah, ada tamu."

Dara menoleh sesaat pada Sahila. "Siapa, Nak?"

"Em ... Orang tuanya pak Andre, Mah."

Dara yang sempat sibuk dan fokus pada kertas-kertasnya langsung menoleh cepat pada Sahila.

"Andre? Andre bosmu itu?" Sahila mengangguk pelan. "Mau apa?"

"Enggak tau Sahila juga."

"Aduh .. Jangan-jangan kamu udah buat kesalahan ya di kantor, atau kamu udah membeberkan rahasia kantor sama pesaing?"

"Mamah tuh ngomong apa sih? Makanya jangan kebanyakan nonton sinetron yang judulnya panjang kayak kereta api, kayak gini kan jadinya." Dara berdecak kesal.

"Ya udah, ayo kita keluar." Sahila dan Dara segera keluar.

Rayu tampak tersenyum sopan pada Dara, begitu pun Dara.
Mereka saling bersalaman, memperkanlkan diri masing. Sampai akhirnya, Rayu menyampaikan niat kedatangannya.

"Jadi, kami ke sini mau silahturahmi, Bu. Sekalian perkanal diri sebelum benar-benar menjadi besan." Ucapan Rayu membuat Dara terdiam sesaat, seakan berpikir.

"Jadi besan? Maksudnya gimana, Bu?"

Rayu melempar tatap dengan Amir. Amir berdehem pelan. Dia mnecodongkan tubuhnya, dengan raut wajah yang terlihat serius.

"Jadi, Bu, kami ingin menyampaikan, kalau kami selaku keluarga Andre, berniat untuk melamar anak Ibu, Sahila."

Dara begitu terkejut, dengan mulut.sedikit terbuka, Sahila langsung memberi kode pada Ibunya dengan mencolek pinggangnya.

"O-oh, melamar Sahila? Bo-boleh." Dara tergugup karena terkejut. "Lalu Andre-nya mana?"

"Ini, Bu, jadi karena ada meeting, Andre tidak bisa datang." Kali ini Andra yang bicara.

"Oh, padahal sudah waktunya jam makan malam. Nak Andre memang pekerja keras," kata Dara.

Rayu dan Amir tersenyum senang mendengar pujian Dara.

"Jadi bagaimana, Bu?"

"Bagaimana?"

Dara masih bingung dengan apa yang terjadi saat ini, ya wajar saja, ini pertama kalinya bagi Dara kedatangan tamu untuk membahas pinangan putri satu-satunya.

S & A (Sahila & Andre Story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang