Part 14

3K 242 9
                                    

Acara pernikahan Nayla dan Dimas begitu meriah, banyak tamu yang terkagum-kagum dengan dekorasi ruangannya, serta banyak yang memuji hidangan yang tersedia. Ya, seperti itulah tamu kebanyakan, selain menilai pengantinnya, mereka juga suka menilai dekorasi dan hidangannya.

Saat ini Febri, Mario dan Sahila sedang duduk bersama sembari menikmati salad buah yang tersaji di depan mereka. Sesekali mereka tertawa mendengar konyolnya cerita Mario.

"Jadi cewek lo yang ternyata adalah omah-omah itu operasi plastik? Emangnya lo gak bisa bedain apa?" tanya Sahila memastikan pendengarannya tidak salah.

"Iya, gue sampe kaget dengernya. Dia yang ngaku usianya masih kepala empat ternyata udah usia 60 tahun.  Enggak lah, dia tuh pinter banget rawat bodynya."

"Kok lo bisa tau sih kalau dia udah kepala 6?" kini gantian Febri yang bertanya.

"Cucunya yang kasih tau gue."

"Cucunya emang udah gede?"

"Udah SMA kelas 2."

"Hah?!" seru Sahila dan Febri serempak.

"Dia tuh malu katanya kalau sampai punya Opah yang usianya cuma beda 8 tahun dari dia, makanya dia kasih tau gue."

"Opah? Emang lo punya rencana mau nikahin tuh si Febri?"

"Namanya bukan Febri, woy. Nama aslinya Julaeha."

"Gila, lo di tipu abis-abisan sama dia, Yo."

"Makanya, gue mau putusin dia. Abisnya dia ngebet banget mau gue nikahin, kalau gue nikah sama dia, ya gue gak bakal punya anak kandung, tapi anak tiri sekaligus cucu. Secara dia udah gak menstruasi lagi."

"Sedetail itu ya lo tau."

"Ya lo pikir aja, Sa,  usia segitu ya kali masih menstruasi, yang ada udah Menopause, lah." Febri dan Sahila manggut-manggut mengerti.

"Ehem." Deheman seseorang membuat ketiganya mengalihkan tatapan mereka pada seseorang yang kini berdiri di dekat Sahila.

Sontak Mario, Febri dan Sahila berdiri dari kursinya. "Pak." sapa mereka.

"Kenapa bangun, udah duduk aja." Andre menarik kursi di samping Sahila, dia segera duduk dan memberi isyarat pada ketiga penghuni meja terdahulu untuk duduk.

Dengan ragu ketiga bawahannya itu pun duduk di tempatnya masing-masing. "Jadi kalian lagi ngobrolin apa? Seru banget  kelihatannya."

"Oh bukan apa-apa kok, Pak," kilah Mario. Bagi Mario tak perlulah untuk Andre tau, secara ini hanya masalah pribadinya yang biasa di ceritakan kepada ketiga teman wanitanya.

Sedangkan Andre tidak merasa keberatan dengan hal itu, toh tujuan dia kemari pun bukan karena untuk mendengar cerita Mario yang di sambut antusias dengan Sahila, melainkan Mario hanya ingin duduk di dekat Sahila.

"Kalian sudah pada makan?"

"Sudah, Pak." Menurut Febri dan Mario duduk bersama dengan orang utama di perusahan mereka bekerja adalah hal yang menggugupkan. Tapi tidak untuk Sahila yang sudah terbiasa.

"Enggak di sangka ya, ternyata jodoh Nayla adalah Dimas," ujar Andre sembari menatap Nayla dan Dimas yang tersenyum bahagia di atas pelaminan.

"Benar banget, Pak, saya juga gak menyangka. Padahal Nayla sering mengumpat pak Dimas," kata Mario sembari mengambil minuman miliknya.

"Jodoh itu enggak ada yang tau, Pak. Siapa tau jodoh Bapak juga salah satu tamu di sini," ujar Sahila.

"Iya, bisa jadi itu kamu," sahut Andre.

Prutt! Uhuk! Uhuk!

Mario yang sedang meneguk minumnya tiba-tiba saja tersedak. Ma-maaf, Pak. Ini kayaknya ada yang lagi ngomongin saya nih." Andre tersenyum simpul mendengar ucapan Mario yang sepertinya tidak ada sangkut pautnya antara tersedak dan orang yang sedang memhicarakannya.

"Bersihkan bajumu." Perintah Andre pada Mario.

"I-iya, Pak. Ayo temenin gue." Mario segera menarik tangan Febri, dan mereka pun pergi meninggalkan Sahila dan Andre.

Seperginya Mario dan Febri, kini terciptalah kecanggungan untuk Sahila. Sahila hanya fokus menusuk-nusukkan buah saladnya, entah kenapa kini makanan itu tidak menarik lagi bagi Sahila, sedangkan Andre, dengan SOPANNYA dia menatap Sahila tanpa niat untuk mengalihkan pengelihatannya.

"Jadi salah buah-buah itu sama kamu apa?" tanya Andre membuka suara. Sahila tergelonjak matanya teralihkan pada Andre yang duduk di sampingnya.

"Eng-enggak, enggak kok, buahnya baik. Eh..." Sahila menutup mulutnya dengan satu tangannya. Andre tersenyum kecil.

Kenapa gue jadi salah tingkah gini sih??? Aduh... Apa coba gue pake bilang nih buah baik.- batin Sahila

"Jadi siapa yang menurut kamu jahat?"

lagi, lagi Sahila di buat terkejut dengan pertanyaa Andre, padahal pertanyaan pria itu terbilang biasa saja, nadanya juga tidak terlalu tinggi, dia bertanya dengan lembut, tapi kenapa selalu berhasil membuat Sahila jadi terjingkat kaget terus.

"Raditya?" tanya Andre lagi saat Sahila tak kunjung menjawab pertanyaannya.

"Ih, kok bahas dia lagi sih, Pak." sungut Sahila, wajahnya berubah menjadi kesal. Andre yang melihat itu bukannya merasa bersalah malah tersenyum.

"Jadi kamu sudah benci dia?"

"Iya, masa saya harus suka sama penjahat kelamin kayak Raditya."

"Baguslah, akhirnya kamu sadar juga." Sahila hanya menunduk.

"Andre!" panggilan itu membuat Sahila menoleh, tapi tidak dengan Andre, pria itu sudah tau suara siapa itu.

"Kamu kok di sini, dari tadi aku cariin." suara manja Adel membuat Sahila bergidik. Bukannya apa, Sahila paling tidak suka melihat spesis seperti Adel ini. Bagaikan ombak yang tidak bisa tenang.

Ini orang, siluman ulet bulu kali ya. - Hanya bisa membatin.

"Andre, hari ini aku cantik gak? Aku dandan kayak gini buat kamu loh. Kamu suka?"

"Iya, Adel maaf ya, aku harus ngobrol dulu sama pacar aku, soalnya dua bulan lagi kita mau tunangan."

"What?!!!!" Reflex Sahila menutup kupingnya yang tiba-tiba mendengung karena suara cempreng Adel. "Kamu udah punya pacar? Bule Rayu bilang belum."

"Ibu cuma bercanda, jangan percaya."

"Terus mana pacarnya, mana?" matanya menangkap Sahila yang duduk di samping Andre. "Dia?" tunjuk Adel. "Kerempeng banget."

Sahila membulatkan matanya. "Apa?" Dia berdiri menghadap Adel. "Siapa yang kamu bilang kerempeng? Aku?"

"Iya terus siapa lagi?"

Sahila menghela nafas kasar, siap-siap untuk memaki Adel. Tapi Andre yang ikut berdiri segera menggenggam tangan Sahila.

"Seharusnya kamu punya malu sedikit sebagai perempuan. Walau pun saya belum punya pacar, saya enggak mungkin memilih kamu, walau hanya sekedar teman." ucapan Andre membuat Adell dan Sahila menohok. Kemudian Andre membawa Sahila pergi dari sana.
Dan Adel menghentakkan kakinya berkali-kali karena kesal

***

*Bersambung*


Siluman ulet bulu di mana aja ada ya, kayak pelakor-pelakor yang gak punya malu.

Alah, jadi emosi 😂😂😂

S & A (Sahila & Andre Story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang