Part 23

2.8K 255 17
                                    

Samar-samar, cahaya menyeruak masuk pada mata Sahila yang mulai terbuka perlahan, Sahila kembali terpejam, saat matanya merasakan silau cahaya lampu. Kembali membuka matanya perlahan, kini Sahila sudah dapat melihat dengan jelas. Matanya langsung menyisiri seisi ruangan bercat putih itu, kamar yang luas dengan aroma maskulin yang sudah tak asing bagi Sahila.

Sahila bergeming dengan posisi masih terbaring, mengingat-ingat apa yang sebenarnya terjadi, sesaat kemudian, ingatannya kembali. Sahila langsung bangun terduduk.

"Aish ... Gue pingsan." Gumamnya. Malu, itu pasti, mengingat tadi dia pingsan di hadapan keluarga Andre.

Sahila kembali menatap ruangan itu. "Ruangan ini di lantai berapa? Gue mau di kubur idup-idup aja," ucapnya pada diri sendiri.

"Atau gue melarikan diri aja lewat jendela ya." Sambungnya, ingatannya langsung tertuju pada salah satu film action yang pernah dia tonton, di mana tokoh wanitanya.kabur melalui jendela kamarnya dari lantai tiga.

"Jangankan lantai tiga, naik eskalator di mall aja gue merem, karena gue takut ketinggian." gerutunya.

Suara langkah kaki terdengar dari luar kamar, tiba-tiba, pintu terdorong ke dalam, Sahila yang belum siap bertemu siapa pun, langsung kembali merebahkan tubuhnya, berpura-pura masih pingsan.

Semoga gak ada yang tau kalau gue udah bangun.- batin Sahila.

Andre menutup kembali pintu kamarnya, dia memperhatikan Sahila yang masih terpejam, sudut bibirnya tertarik ke atas, Andre tersenyum. Pria itu tau Sahila sudah sadar, karena bola mata Sahila yang bergerak meski dia terpejam.

Andre melangkah mendekat pada Sahila, dia ingin membuat perhitungan pada Sahila. Duduk di samping gadis itu, mengelus puncak kepalanya. Sebenarnya Andre sudah tidak kuat lagi menahan tawanya, karena melihat reaksi Sahila yang terkejut saat tangannya mendarat pada kepala gadis itu. Tapi dia masih ingin mengerjai gadis ini.

Andre mendekatkan wajahnya pada Sahila, sesaat Sahila bisa merasakan hembusan nafas Andre yang berada tepat di depan wajahnya, Sahila berusaha kuat dan tidak memberontak. Tapi hembusan nafas itu semakin dekat, dan kini dia merasakan benda kenyal menempel di bibirnya. Sahila mengerutkan dahinya, saat benda kenyal itu benar-benar melekat pada bibirnya, Sontak Sahila membuka matanya, dan..

"Pak!" seru Sahila sembari mendorong Andre. Sahila langsung menutup mulutnya.

My frist kiss- batin Sahila.

"Oh benar, Snow White akan terbangun kalau di cium oleh pangeran," kata Andre sarkas.

Sahila mendelik, "kenapa Bapak ambil ciuman per-" Sahila langsung membekap mulutnya sendiri. Andre menautkan alisnya, sedetik kemudian dia menyeringai.

"Wow!! Saya orang pertama bagimu?" bisiknya pada Sahila.

"Saya mau pulang," kata Sahila ketus, dia langsung bergeser dan turun dari ranjang.

"Sudah malam," kata Andre saat melihat Sahila mencari-cari keberadaan tasnya.

"Bukan masalah." Andre mengangkat satu alisnya.

"Jam 11 malam." Sahila langsung menoleh pada Andre.

"Hah?! Kenapa gak bangunin saya sih, Pak? Terus nanti saya bilang apa sama mamah saya?" Protes Sahila.

"Kamu jangan khawatir, saya sudah menghubungi mamahmu, dan minta izin kalau kamu bermalam di sini, kayaknya mamah kamu sudah setuju, karena dia langsung mengizinkannya."

"Semudah itu?"

"Ya," jawab Andre.

Andre langsung merebahkan tubuhnya di ranjang, "sini tidur, sudah malam, bisa-bisa besok kesiangan."

"Bapak kenapa tidur di sini?"

"Ini kamar saya."

"Terus saya tidur dimana?"

Buk! Buk! Buk!

Andre memukul ranjang di sisinya, "tidur di sini."

"Hah?!"

"Itung-itung latihan untuk persiapan kita menikah nanti."

Astaga, ucapan itu begitu mudah keluar dari mulut Andre, bahkan tidak ada rasa malu atau canggung sedikit pun yang terlihat dari wajahnya.

Sahila mengusap wajahnya kasar, dia ingin pulang saja, kalau harus memilih, Sahila lebih memilih melihat salah satu sanak saudara dari ibu kunti, di banding harus satu kamar dengan rajanya devil.

"Pak, saya belum terima lamaran Bapak." Protes Sahila.

Andre menautkan alisnya, "Kamu emang belum harusnya menerima saya, toh saya belum melamar kamu."

Aish.. Bolehkah Sahila berteriak kasar pada Andre, apa kemarin Andre baru saja mengalami kecelakaan, sehingga membuat otaknya sedikit bergeser. Sepertinya begitu. Kalau benar, Sahila akan membawa Andre langsung ke rumah sakit untuk memperbaiki posisi otaknya itu.

"Sa, tidur sudah malam." Perintah Andre saat Sahila hanya bergeming di tempatnya, pria itu langsung merebahkan tubuhnya dengan posisi miring membelakangi Sahila.

Sahila menatap punggung ldbar Andre. Sebenarnya Sahila sendiri tidak keberatan kalau pada akhirnya harus menikah dengan Andre, itu artinya hatinya telah berlabuh pada tempat yang tepat. Hanya saja, tidak seperti ini. Penuh paksaan.

Hei, wanita mana yang ingin menikah dengan paksaan? Tidak ada, dan kini Sahila harus melakukannya karena bos gilanya? Oh, maaf, Sahila akan berat hati untuk mengabulkan itu. Ya, meski pun Andre merupakan kriteria pria sempurna yang di idam-idamkan banyak wanita, tapi jangan seenaknya begini dong.

Akhirnya, Sahila memilih keluar kamar, mencari orang yang dapat menunjukan kamar tamu di rumah ini. Syukur-syukur mau antar dia kembali ke rumah kecilnya. Tapi ini sudah malam, sangat kecil kemungkinan ada orang yang bersedia mengantarkannya.

"Huh.. Ini semua gara-gara Andre." Omelnya.

***

Ke esokan harinya, Andre terbangun karena alarm di ponselnya berdering nyaring seperti biasanya, tangannya terukur ke nakas, untuk mencari ponselnya dan mematikan alarmnya. Setelah itu, Andre meraba sisinya.

Kosong.

Andre menoleh cepat, sedetik kemudian, dia tersenyum kecil. "Mana mau dia tidur di sini," kata Andre.

Andre langsung bangkit dari posisi tidurnya, dia merentangkan tangannya, merentangkan otot-ototnya yang kaku, dia turun dari ranjangnya dan hendak pergi ke kamar mandi, namun hanya selangkah, dirinya di buat terkejut karena kakinya menendang sesuatu di bawah sana.

"Apa nih?"

"Aduh! Bapak, ati-ati dong kalau jalan." Ringis seseorang dj bawah sana. Sahila.

Andre menunduk, dan sangat terkejut melihat Sahila rebahan di sana dengan beralasan karpet dan berselimut blazer nya.

"Kamu ngapain di situ?" tanya Andre langsung membantu Sahila berdiri. Sahila masih manyun. Dia sangat kesal.

"Berselancar," jawab Sahila asal. Andre tergelak.

"Kenapa tidur di bawah? Kenapa gak di atas?"

"Tidur di bawah aja saya udah was-was, apa lagi harus di atas. Saya jamin pasti akan melek semalaman."
Andre tersenyum kecil merasa bersalah pada Sahila.

Sebenarnya, semalam Sahila hendak mencari salah satu penghuni di rumah itu untuk meminjam kamar tamu, hanya saja tidak ada siapa pun, mungkin sudah pada terlelap dalam mimpi indah mereka, dan jadilah Sahila kembali ke kamar Andre, untung saja gadis itu memiliki ingatan yang baik, sehingga bisa menghafal pintu kamar Andre. Kalau Sahila seperti Nayla, mungkin dia akan tidur di tangga dengan menyedihkan.

***

*Bersambung*

Aku gak tau part ini nyambung apa enggak. 😁😁😁

.

S & A (Sahila & Andre Story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang