Part 9

3.2K 220 15
                                    

Siapa yang peduli di saat orang yang tak kamu harapkan dan tak kamu sukai, tidak lagi mengirim pesan dan kabar padamu. Ya, seperti itulah Sahila. Setelah pertengkarannya dengan Andre, mereka tak lagi berkomunikasi, bahkan bertemu pun Sahila tidak pernah.

Sahila sih, merasa bersyukur, jadi dia memiliki peluang untuk dekat dengan Raditya, pria yang kini sedang dekat dengannya, awal pertemuan dari ketidak sengajaan, membuat hubungan mereka menjadi lebih dekat. Raditya juga begitu baik dan perhatian pada Sahila. Siapa juga yang mampu menolak pria sebaik Raditya? Sahila tidak sebodoh itu  memilih pria yang pemaksa dan banyak mengatur lalu meninggalkan pria yang sempurna seperti Raditya. No! Sahila masih waras, dan dia masih ingin hidup bahagia.

Tak jarang Raditya dan Sahila berjalan bersama, seperti menonton bioskop, makan malam bersama, bahkan weekend pun bertemu. Pokoknya setiap hari bertemu. Raditya juga selalu memiliki pokok pembicaraan yang bisa di bahas oleh keduanya, mereka sangat nyambung bila sedang mengobrol. Tidak seperti Andre yang selalu diam, sekalinya bicara memerintah. Intinya, bagi Sahila Radityalah number one.

Sore ini, sepulang bekerja, mereka berniat untuk berjalan-jalan ke mall, Raditya akan membeli hadiah untuk adik perempuannya, itu kata Radit. Tentu saja Sahila dengan senang hati akan mengantarnya. Siapa yang mampu menolaknya?

Setelah waktu pulang telah tiba, Sahila segera mengeluarkan alat tempurnya. Menambal lagi make upnya yang hampir luntur. "Harus perfect,"  gumamnya.

Deringan singkat menyeruak ke telinganya, Sahila segera mengambil benda pipih itu, bibirnya melebar saat membaca pesan singkat yang berasal dari Raditya. Pria itu sudah menunggunya di parkiran. Sahila segera memasukan alat tempurnya, setalah memoleskan lipstik berwarna nude di bibir sensualnya. Dan segera pergi menuju lift.

Sembari menunggu pintu lift terbuka, Sahila membalas pesan untuk Raditya, agar pria itu bisa sabar menunggunya.

Ting!

Pintu lift terbuka, Sahila segera masuk, dia mengabaikan seseorang yang sudah lebih dulu di dalam, matanya tetap fokus pada layar ponselnya. Hingga akhirnya lift kembali terbuka, seseorang masuk ke dalam.

"Selamat sore, Pak." sapa orang itu pada seseorang yang berdiri di belakang Sahila, Sahila menoleh ke belakang, rasa ingin tahunya ternyata jauh lebih besar di banding balasan singkat Raditya. Matanya seketika membola, ketika matanya bertemu tatap dengan Andre sang atasan.

Rasa canggung kini muncul, Sahila mulai bergeser agar berdiri jauh dari Andre, namun sangat di sayangkan, hal itu tidak terlalu bisa di lakukan, karena mengingat sempitnya bilik lift, dan di tambah banyaknya orang.

Tubuh Sahila terasa kaku, dia urungkan membalas pesan Raditya, Sahila mendongak melihat angka-angka lantai yang telah di lewati, lift terasa berjalan lambat, ingin rasanya Sahila mendobrak pintu lift ini, atau menyihir dirinya agar menjadi kecil sehingga Andre tak dapat melihatnya. Namun, apa dayanya?

Ting!

Sahila segera keluar saat lift terbuka. Dia menghela nafas lega saat berhasil menjauh dari Andre. Dia berjalan cepat menuju parkiran sembari merapikan surai panjangnya. Sahila tersenyum saat Raditya melambaikan tangan ke arahnya.

"Maaf lama, tadi liftnya penuh," kilah Sahila.

"Gak apa-apa, aku paham kok, ayo naik, kita berangkat sekarang, ya." Sahila mengangguk setuju. Dia segera naik ke  motor Raditya, tak lama dari itu Raditya melajukan motornya dengan kecepatan normal.

Dari kejauhan, Andre hanya bisa memperhatikan kedua orang itu yang kini telah meninggalkan area perusahaannya.

"Dasar wanita IQ rendah." gumam Andre. Kemudian dia masuk ke dalam mobilnya.

S & A (Sahila & Andre Story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang