Part 19

2.7K 235 20
                                    

Sahila dan Febri baru saja selesai makan siang, sembari beriringan, mereka berbincang-bincang, sesekali mereka tertawa, membuat semua mata menatap mereka penasaran.

Febri menekan tombol lift, sembari menunggu, mereka kembali melanjutkan obrolan.

Ting!

Keduanya malangkah secara bersamaan, tapi belum sempat kakinya menapak, mereka sedikit terdorong ke samping. Tentu saja hal itu membuat Sahila dan Febri terkejut dan kesal secara bersamaan.

"Siapa sih?" seru Sahila. Matanya menatap seorang perempuan dengan penampilan glamour, bibirnya yang tertutup lipstik merah cabai tersenyum miring saat melihat wajah Sahila yang kesal.

"Maaf, ya, minggir sedikit. Aku tuh mau lewat," katanya sembari masuk ke dalam lift lebih dulu.

Sahila dan Febri saling menatap. "Lo kenal?" tanya Febri pelan.

"Kayak yang pernah liat sih, tapi lupa dimana." Mereka saling berbisik, mengabaikan perempuan itu yang sudah menunggu. .

"Aduh, lama deh, mau masuk gak sih?"

Febri dan Sahila segera masuk, selama di dalam lift hanya terdengar suara wanita itu, di mana dia menanyakan ruangan Andre berada. Sampai akhirnya lift terbuka. Febri segera keluar, tapi tidak dengan Sahila. Karena sialnya wanita itu meminta Sahila untuk mengantarkannya ke ruangan Andre.

"Kamu masih inget aku?" tanya wanita itu kemudian, saat lift kembali tertutup.

Sahila menoleh, memperhatikan wanita itu dari atas sampai bawah. "Siapa?" tanya Sahila.

"Cih, pura-pura gak inget."

Sahila mengerutkan dahinya. "Serius, saya gak inget sama Mbak-nya."

"Aku tuh Adel. A-D-E-L, ADEL," ujarnya mengeja namanya.

"Adel?" Sahila mencoba mengingat kembali, tapi sayangnya ingatan nya tak sebagus itu. Atau mungkin memori otaknya tidak merekam wanita itu dengan baik, sampai filenya tidak terbaca. Atau terinfeksi virus gitu misalnya. Siapa yang tau.

Ting!

Lift kembali terbuka. "Duh, lama ya inget gitu aja, ya udah sekarang antar aku ke ruangan Andre." Setelah itu Adel segera keluar dari lift, Sahila pun ikut mengekorinya.

Sebenarnya, Sahila tidak sudi kalau harus mengekori wanita pemaksa itu, tapi sepertinya Adel begitu dekat dengan Andre, jadi Sahila tidak berani menolak. kalau di tanya bagaimana Sahila bisa mengira begitu, itu karena Adel selalu memanggil Andre dengan sebutan namanya langsung, tanpa embel-embel 'Pak', 'Om', apa lagi 'Kakek'.

"Pak Daud, ini ada tamunya pak Andre. Mbak Adel."

Daud menautkan alisnya, tatapannya hampir sama dengan tatapan Sahila dan Febri saat pertama kali melihat Adel di depan lift tadi.

"Udah buat janji sebelumnya?" tanya Daud.

Adel menggeleng, "buat apa?"

Daud tersenyum simpul. "Kalau mau bertemu dengan pak Andre, harus membuat janji terlebih dahulu," kata Daud.

"Buat apa? Aku kan tunangannya Andre."

"Hah?!" Seru Sahila. Sontak Daud dan Adel menoleh ke arah Sahila.

"Kenapa?" tanya Adel. Sahila menggeleng kecil. Adel kembali menatap Daud, "jadi cepet buka pintunya." Perintah Adel.

Daud kembali tersenyum, kali ini senyumnya begitu dingin dan menyeramkan. "Maaf, tetap tidak bisa," kata Daud mencoba profesional.

Seringainya membuat Adel bergidik. "Tapi Adel mau ketemu Andre."

"Ini sudah peraturan dari kantor, Mbak." Adel nyaris saja menangis. Sahila saja tidak tau apa yang membuat Adel menangis.

"Tapi Adel kangen Andre." Lirihnya. Daud menatap Sahila, Sahila hanya menyedikan bahunya.

"Kalau gitu tunggu di sana, saya akan menghubungi pak Andre dulu." Seketika, wajah sedih Adel menghilang terganti dengan wajah senang.

"Oke." Adel berjalan dengan angkuh menuju sofa yang tersedia di sana.

Sedangkan Daud menghubungi Andre, dan Sahila masih berdiam diri di sana. Setelah bicara singkat dengan Andre melalui telepon, Daud menatap Sahila langsung.

"Bukannya kamu pacarnya pak Andre?" tanya Daud.

"Hah? Kata siapa?" tanya Sahila terkejut.

"Bukan?" tanya Daud lagi.

Sahila memutar kedua bola matanya. "Orang nanya malah balik nanya."

"Kamu di suruh masuk sama pak Andre," kata Daud.

"Loh, yang mau ketemu kan dia, bukan aku."

"Perintah dari bos besar." Sahila mendengus, tapi tetap masuk ke dalam ruangan Andre.

***

Pintu terbuka lebar, Sahila mengerutkan dahinya saat ruangan itu kosong tidak ada Andre. Sahila masuk perlahan. "Pak." panggil Sahila.

Tiba-tiba saja pintu ruangan Andre tertutup, Sahila menoleh cepat, ternyata pria itu ada di sana dengan jari telunjuk yang dia letakan tepat di depan mulutnya.

"Adel di sini?" tanya Andre dengan suara pelan. Niatnya agar tidak terdengar dengan Adel, tapi sepertinya Andre melupakan sebuah kenyataan kalau ruangannya kedap suara.

"Iya, Pak."

"Bagus, sekarang kamu harus mulai berakting lagi."

"Akting apa maksudnya, Pak?"

"Jadi calon tunangan saya."

"Tu-tunangan?!"

Andre mengangguk tanpa beban. "Saya harus menegaskan lada Adel kalau saya udah punya tunangan."

"Kenapa tumbalin saya, Pak?"

"Karena Daud tau kamu pacar saya."

"Apa?!" seru Sahila. "Jadi apa hubungannya sama Daud?"

"Karena dia yang selalu melapor pada ibu saya," kata Andre, semakin membuat Sahila tidak mengerti.

Sahila mendesah kasar, masa-masa tenangnya sudah berakhir, dan kali ini masalah kembali datang, dan itu semua karena Andre.

"Sekarang bawa Adel masuk." Perintah Andre.

Sahila memutar kedua bola matanya. Tapi tetap berjalan menuju pintu, pintu terbuka, dan di sana, tepatnya di depan pintu, sudah ada Adel yang berdiri dengan dagu yang sedikit terangkat.

"Minggir." Adel mendorong Sahila, lalu dia masuk begitu saja, Andre menghela nafas kasar, sedangkan Adel tersenyum riang.

"Andre!" serunya riang. "Adel kangen." Adel melangkah lebar menuju Andre hendak memeluk, tapi dengan cepat Andre menghalau dengan tangannya.

"Maaf, Adel, jangan begini. Gak enak ada Sahila." Adel merengut kesal. Sedangkan Andre berjalan menuju Sahila dan merangkulnya.

"Ada keperluan apa?" tanya Andre. Adel membalik tubuhnya. Dia memperhatikan tangan Andre yang melingkar di pundak Sahila.

"Kamu bukan tunangan Andre, kan?" tuding Adel tiba-tiba.

Sahila menoleh pada Andre, begitu pun dengan Andre. "Kenapa bilang gitu?" tanya Andre.

"Bude Rayu bilang gitu. Bude bilang Andre belum punya pacar. Dan Andre bohong, katanya di sini gak ada loker, nyatanya ada satu karyawati di sini yang baru aja keluar karena nikah, nikah sama Dimas waktu itu, kan?" tutur Adel panjang lebar.

"Iya, emang ada yang keluar, tapi udah ada gantinya," sahut Andre tenang.

"Bohong!"

"Jadi, Adel ke sini mau apa?" tanya Andre mengalah.

"Adel mau kerja di sini."

"Cuma itu?" tanya Andre.

Adel menggeleng. "Adel mau nikah sama Andre," ucap Adel enteng, dengan sikap centil nya.

****

*Bersambung*

Adel siluman ulet bulu, terlalu muluk ya 😂😂😂😂

S & A (Sahila & Andre Story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang