Part 10

3K 197 6
                                    

Balasan pesan Raditya yang akan mengantarnya pulang, memaksa Sahila melangkah cepat meninggalkan gedung bioskop. Tapi hari yang sudah gelap dan di lengkapi hujan lebat, membuatnya kesulitan untuk mendapatkan angkutan umum.

Sesekali tangannya melambai-lambai memanggil taksi, tapi sayangnya, taksi itu sudah terlebih dulu di isi oleh penumpang. Sahila mencoba memesan taksi online, tapi lagi dan lagi sinyal tidak mendukung. Cuaca yang sedang hujan seperti saat ini, tidak jarang membuat jaringan menjadi lambat dan sulit.

Sahila menghela nafas gusar, matanya teralihkan pada pintu masuk, di sana dia melihat Raditya sedang menatap sekitar, sepertinya sedang mencarinya. Dengan cepat Sahila bersembunyi di balik tiang yang cukup menyembunyikan tubuh mungil nya.

"Gue berasa lagi di film-film action yang lagi ngumpet dari musuh." gumamnya.

Tanpa dia sadari, seseorang telah berdiri di belakangnya. "Apa masih jaman, seusia mu bermain umpat-umpatan seperti ini?"

Sontak Sahila menoleh, matanya membulat saat di lihat Andre berada di belakangnya.

"Bapak?! Bapak ngapain di sini?!" tanya Sahila dengan nada setengah tinggi.

"Gedung bioskop ini punya mu?" jawab Andre balik bertanya.

"Kenapa?" tanya Sahila jadi salah tingkah. Karena dia tau apa yang akan di katakan Andre selanjutnya.

"Ini tempat umum, jadi kalau saya kemari bukan berarti mengikutimu."

Tuh kan bener, gue gak salah, emang dia kalau ngomong udah kayak cabe, pedes, tapi heran bener mulu. Tapi mengikuti? - batin Sahila bertanya-tanya.

"Sejak kapan saya menuding, kalau Bapak mengikuti saya? Oh.. Atau jangan-jangan Bapak mengikuti saya, ya?"

Skakmat!

Ye, gue bisa balikin kata-katanya. - sorak Sahila dalam hati.

Kini Andre yang berbalik salah tingkah, tapi bukan Andre kalau dia tidak bisa melindungi dirinya sendiri dari jebakan ini. Pria itu menatap Raditya yang melangkah ke arahnya.

"Raditya." Panggil Andre pada pria yang kini berjarak tujuh kaki darinya. Sahila membulatkan matanya.

"Kenapa di panggil," cicitnya pada Andre, Andre hanya menyedikan bahunya tak peduli.

Raditya mendekat pada Andre dengan kerutan tipis di dahinya. Tapi dia tetap tidak bisa melihat hat Sahila karena gadis itu yang berjalan memutar mengelilingi tiang itu.
"Pak, anda di sini?" tanya Raditya.

Tangannya terulur hendak menyalami Andre. Tapi Andre tak membalasnya. Sampai akhirnya Raditya menurunkan tangannya.

Sedangkan Sahila, dia berusaha menghindar dari kedua pria itu dengan berjalan mengendap-endap, intinya sih agar tidak ketahuan dari Raditya. Tapi kan bisa gawat juga kalau Andre tau dan akhirnya membocorkannya pada Raditya.

Sahila rela hujan-hujanan. Dia berlari ke jalan untuk menjauh dari gedung itu, tapi sayup-sayup dia mendengar namanya terpanggil oleh seseorang. Itu Raditya.

"Sahila!" panggil Raditya, dia berulang-ulang memanggil nama Sahila. Raditya juga hendak mengejar gadis itu. Tapi sayangnya, Andre telah menahan dirinya, sehingga dia mengurungkan niatnya.

"Raditya, bantu saya untuk mendapatkan sesuatu," kata Andre pada Raditya. Raditya menatap Andre, dia menghela nafas panjang. Percayalah, di dalam hatinya ada emosi yang sedang mengebul.

****

Sahila menghela nafas lega setalah dia berhasil mendapatkan taksi, rambut dan bajunya yang basah, sama sekali tak membuatnya nyaman. Tidak lama deringan pendek terdengar dari ponselnya.
Sahila segera mengambil ponselnya di dalam tas. Ternyata pesan dari Raditya. Pria itu menanyakan dimana dirinya saat ini, dan menyayangkan karena tidak bisa mengantar Sahila pulang. Tidak hanya itu, pria itu juga meminta maaf atas kejadian tadi di bioskop.

Sahila mengabaikan pesan itu, karena ada satu pesan yang baru masuk, yang kini membuat dirinya penasaran setengah hidup. Ya, pesan dari Bos Utama. Andre.

Pak Andre.
Kamu memiliki hutang dengan saya.
20.00 26-03-2020

Sahila membulatkan matanya. Dan memilih mengabaikan pesan itu. Dia tau maksud Andre.

***

Di tempat lain, Andre kembali menatap ponselnya yang sunyi sepi bagaikan hutan. Dia menunggu balasan pesan dari seseorang, tapi sudah lebih dari  1 jam 30 menit, ponselnya tak kunjung berdering. Andre di buat kesal dan berubah uring-uringan. Tapi entah kenapa dia merasa bersyukur pada kejadian tadi, dimana dirinya melihat seakan Sahila menghindar dari Raditya. Tanpa sadar pria itu tersenyum, dia menghela nafas lega, hatinya kembali tenang.

"Satu sama," ujarnya dengan tersenyum lebar.

Andre pun segera beranjak dari ranjang tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi, dia butuh untuk menyegarkan tubuhnya dengan merendam diri.

***

Keesokan paginya, Sahila segera berlari mengabaikan panggilan seseorang di belakangnya.

"Sahila!" panggil Raditya. "Sa!"

Tapi Sahila terus berlari, seakan tuli dengan panggilan yang di tujukan padanya. Tapi tiba-tiba tangan nya tertarik ke belakang. Ternyata Raditya sudah ada di belakangnya.

Lah, perasaan gue udah lari cepet banget. Ini bocah kejar gue pake kaki, kan?

Sahila menoleh ke bawah, memastikan Raditya tidak memakai sepatu roda atau.. Melayang mungkin. Siapa yang tau kan kalau ternyata Raditya bisa berubah jadi 'Kuyang' atau ternyata jin teko yang bisa berubah wujud. Sahila merinding sendiri memikirkannya.

"Kamu kenapa menghindar?" tanya Raditya menyadarkan Sahila dari pikiran horor-nya.

Sahila menoleh pada Raditya, nah kali ini Sahila yang bingung mau jawab apa. "A-apa?" tanya Sahila gugup.

"Kamu semalam pergi gitu aja, padahal filmnya belum abis, kamu marah?"

Kamu marah? Jelas gue marah dan kaget lo mau main nyosor aja sama gue. Di kiranya bibir gue udah copot segel kali, asal lo tau ya, ini bibir gue masih perawan.- Omel Sahila, lagi-lagi cuma di dalam hati, dirinya sih sudah menggebu untuk melontarkan amarahnya pada Raditya, tapi yang terjadi.

"Kamu tau alasannya kenapa semalam aku pergi," jawab Sahila.

Eh, kok malah gini jawabannya! - Sahila merutuki dirinya sendiri. Beda di hati beda di mulut.

"Oh aku kira kamu marah." Raditya tersenyum sembari menghela nafas lega.

"Tapi, Dit, kayaknya kita harus jaga jarak, soalnya banyak yang tau kalau aku baru putus dari pak Andre, aku gak mau kalau kita jadi bahan orangan teman-teman kantor."

"Kok gitu? Tapi kan nyatanya kalian cuma sandiwara," jawab Raditya. Raditya memang sudah tau kenyataan itu, setelah Sahila menjelaskan semuanya. Maka dari itu, pemuda bernama Raditya, lebih berani mendekati Sahila.

"Semua orang gak tau itu."

"Kalau gitu biar aku yang kasih tau mereka,"

"Jangan! Udah kamu gak usah ikut-ikutan, kamu tau kan lagi berhadapan sama siapa? Pak Andre itu orang nomor satu di sini."

"Apa masalahnya? Dia tetap manusia. Kalau harus di pecat aku gak masalah."

Nih orang ngeyel  banget di kasih tau-nya.

"Jangan."

Raditya mengalah. "Ya, udah tapi kita masih dekat di luar kantor, kan? Maksudnya kita masih bisa jalan kayak biasanya."

Sahila tersenyum kecil dan mengangguk ragu, setidaknya dia harus meyakinkan Raditya, dia harus segera pegi dari sini, selain tidak nyaman lagi bersama Raditya, Sahila juga menjadi pusat perhatian semua orang.

"Kalau gitu aku duluan, ya." setelah itu Sahila pergi meninggalkan Raditya yang berdiri terpatung menatap kepergian Sahila.


***

*Bersambung*

Bisa up segini juga allhamdulillah, di saat badmood menerjang. 😁😁
































































S & A (Sahila & Andre Story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang