Part 20

2.8K 226 9
                                    

"Adel mau nikah sama Andre," ujar Adel enteng dengan gaya centil nya.

Sahila dan Andre terperangah dengar ucapan Adel. Sesaat kemudian Andre menghela nafasnya panjang, dan mengusap wajahnya kasar.

"Adel, kan Andre udah bilang, Andre udah punya pacar, ini orangnya di samping Andre." Andre menggenggam tangan Sahila, dan mengangkatnya tinggi memperlihatkan pada Adel.

"Andre bohong, bude Rayu bilang Andre masih jomblo. Apa susahnya sih terima Adel, Adel juga kan lebih cantik dari cewek kurus itu."

"Kurus?!" Seru Sahila. Dia mendengus pada Adel yang menatapnya sinis.

"Adel bukan tipe Andre." Sahila menoleh cepat pada Andre, pria itu berucap dengan mudahnya. Apa seperti itu cara Andre menolak setiap gadis yang menyukainya?

"Terus tipe Andre kayak gimana? Biar Adel berubah kayak yang Andre mau." keukeuh  Adel.

Andre tersenyum kecil. Ternyata saat ini dia sedang menghadapi wanita keras kepala. Andre saja hampir menyerah.

"Ngapain Andre harus cari cewek lain, jelas-jelas Andre udah punya cewek yang benar-benar tipe Andre. Nih, Sahila itu tipe Andre." Sahila hanya bergeming, dia enggan ikut campur. Yang penting Adel belum kelewat batas. pikir Sahila.

Hanya saja Sahila merasa muak dengan percakapan kedua orang ini. Andre selalu membasakan dirinya dengan panggilan 'Andre' pada Adel, tidak seperti dengannya 'Saya', dengan begitu Andre seperti memanjakan Adel.

"Adel suka sama Andre." Lirih Adel dengan menunduk murung.

"Bukannya dulu Adel sukanya sama Andra?"

Adel mengangkat kepalanya, dia segera menggeleng. "Adel suka Andre, bukan Andra."

"Tapi maaf, Andre gak bisa. Kamu cari yang lain aja ya."

"Andre tega!" Adel keluar dari ruangan Andre, dan membanting pintunya.

Andre menghela nafas panjang. "Akhirnya," ucapnya sembari melepas genggaman mereka.

Sahila menatap tangannya, seperti kehilangan. "Gak keterlaluan, Pak?" tanya Sahila, mengalihkan tatapannya pada Andre.

"Ya mau gimana lagi?"

"Saya balik kerja dulu, Pak." Setelah itu Sahila meninggalkan ruangan Andre. Andre menatap punggung Sahila yang menghilang di balik pintu, ada tatapan yang tak terbaca disana.

***

Waktu sudah menunjukan pukul 7 malam, tapi ruangan Direktur masih terang, menandakan penghuni masih di sana. 

Andre mendesah panjang, pekerjaannya sudah selesai dari 2 jam yang lalu, tapi Andre belum niat untuk pulang. Ponsel Andre kembali berdering untuk ke sekian kalinya, itu dari ibunya, Rayu, dan Andre memilih mengabaikan panggilan itu.

Adel, gadis itu pasti sudah cerita dengan Rayu tentang kejadian tadi siang, dan sudah pasti, setelah ini Rayu akan menuntut jawaban dari Andre. Pada akhirnya Sahila akan ikut terlibat, dan Andre tidak mau itu terjadi.

Andre tersenyum kecil memikirkannya, entah sejak kapan dia jadi peduli pada Sahila. Padahal, awalnya Sahila hanya di jadikan perisai agar para mantan Andre berhenti mengejarnya. Kini Andre lebih sering memikirkan gadis ketus itu.

Deringan ponsel kembali terdengar, kali ini bukan Rayu melainkan Amir, ayah Andre. Andre segera menjawab panggilan itu, dia tidak bisa menolaknya kalau itu dari ayahnya.

"Assalamualaikum, Yah."

"...."

"Andre masih ada kerjaan, bentar lagi pulang."

"...."

"Iya, Wa'alaikumsalam."

Andre menghela nafasnya panjang-panjang. Amir menit ah Andre untuk segera pulang, dengan berat hati Andre pun segera berkemas dan keluar dari ruangannya.

***

"Jadi, siapa Sahila?" sebuah pertanyaan menyambutnya ketika kakinya baru saja menginjak ruang utama di rumahnya.

Rayu menunggunya, dan kini dia sedang duduk di sofa, di sana Rayu tidak sendiri, ada Amir yang juga menemani Rayu.

"Sabar, Bu, Andre baru pulang," ujar Amir.

"Assalamualaikum, Bu, Yah."

"Wa'alaikumsalam," jawab Amir, setelah menyalami keduanya, Andre di persilakan duduk oleh Amir.

"Kenapa?" tanya Andre. Matanya tertuju pada Rayu yang juga menatapnya intens.

"Siapa Sahila?" tuding Rayu.

"Pegawai Andre," jawab Andre tenang.

"Katanya Adel, dia pacar kamu."

"Iya," jawab Andre dengan tenang, padahal dia sudah janji pada dirinya untuk tidak melibatkan Sahila dalam masalah ini.

"Kamu udah berapa lama pacaran sama dia?"

Andre terdiam sesaat. "Sesudah 2 minggu Andre di angkat jadi Direktur." Rayu memicingkan matanya.

"Secepat itu?" tanyanya. Andre mencoba menenangkan dirinya, dia tau betul, Rayu, ibunya begitu peka.

"Iya."

"Dia yang dekati kamu duluan?"

"Enggak, Andre yang dekati Sahila duluan, awalnya Andre cuma iseng-iseng, Ibu tau sendiri gimana berengseknya Andre, tapi sekarang Andre malah cinta mati sama Sahila." Anggap saja Andre berlebihan. Tapi entah kenapa, dia berkata dengan mudahnya tentang hal itu, seakan itu benar adanya.

Rayu menatap putranya lekat. "Besok bawa Sahila ke sini, kalau kamu bohong, lusa kamu langsung nikah sama Adel," kata Rayu dan berlalu pergi.

Andre memandang kepergian ibunya. "Gampang banget ibu bilang gitu, di kiranya nikah kayak kawin kali ya, Yah."

Amir tergelak mendengar ucapan putranya. "Ibu kamu bosan, calon mantunya ganti-ganti mulu. Dari pada gitu terus, milihan di cariin langsung."

"Tapi masa sama Adel sih, Yah? Adel kan centil, matre lagi."

"Yang penting kan jadinya sama Sahila." Sontak Andre terdiam. Dia melupakan kenyataan, kalau Sahila itu juga manusia, yang jelas bisa menentang keputusan Andre.

"Ya udah, sana hubungi Sahila, Ayah mau nonton tv dulu." Amir pergi meninggalkan Andre.

"Mati gue, besok gue bilang apa sama Sahila?" gumamnya.

****

Ada yang tau persamaan Andre dan Dimas?

Yups, kalau ngomong enteng, ambil keputusan gak mikir panjang, tanpa mikir ceweknya mau apa kagak. 🤣🤣🤣

S & A (Sahila & Andre Story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang