Part 26

2.3K 220 67
                                    

Sahila sedang memilih-milih kartu undangan, pilihannya berlabu pada undangan berwarna merah muda dengan tinta emas sebagi tulisannya, kupu-kupu berwanrna magenta yang sebagai hiasan pada bagian depan.

Sahila langsung menunjuk surat undangan itu. "Yang ini aja, Mbak," ujar Sahila dengan tersenyum.

"Untuk tanggal pernikahan, alamat, nama pengantin, nama orang tua, dan turut mengundangnya silakan tulis di sini ya, Mbak."

Seketika senyumnya meluntur. Sahila hanya tau nama depan dari orang tua Andre. Dan turut mengundangnya pun Sahila tidak tau siapa saja yang ingin Andre undang.
Wanita itu benar-benar butuh kehadiran Andre.

Akhirnya Sahila pun mencari di internet tentang keluarga Andre. Untung saja Andre dan keluarganya merupakan salah satu pengusaha tersukses di negara ini, sehingga tidak begitu sulit mencari data diri dari keluarga Andre.

Setelah mencatat nama orang tua Andre. Sekarang Sahila bingung mencatat tamu turut mengundangnya. Jadinya, dia hanya mencatat nama orang yang dia kenal saja.

"Mbak, untuk turut mengundangnya, nanti saya kabarin lagi ya, soalnya saya gak tau siapa yang mau di undang sama calon suami saya."

"Oh iya, Mbak, nanti hubungi saya aja, ya." Sahila mengangguk.

***

Sesampainya di rumah, Sahila langsung mendaratkan bokongnya di sofa. Kakinya di luruskan. Dara datang dari dalam kamarnya. Dia tersenyum melihat wajah kelelahan Sahila.

"Yang mau nikah wajahnya kusut bener, udah kayak benang layang-layang." Sahila menoleh sesaat pada Dara. Dara duduk di samping Sahila.

"Sahila cape, Mah. urus ini itu semuanya sendiri." Adu Sahila pada Dara.

Dara mengusap lembut surai lurus putrinya. "Kamu harus ngertiin Andre dong, Sha. Andre kan lagi kerja, dia itu orang terpenting di perusahaannya, semakin tinggi jabatannya, semakin besar juga tanggung jawabnya. Ingat dia itu harus menggaji banyaknya kepala keluarga loh, belum lagi yang menjadi tulang punggung keluarga. Kalau sekiranya kamu bisa lakukan sendiri, lakuin saja."

"Tapi tadi pas urus undangan, Sahila harus mencatat tamu yang turut di undangnya, Mah. Kan Sahila gak tau."

"Kamu udah tanya sama Andre?"

Sahila menggeleng lemah. "Sahila lupa," katanya.

"Lupa apa gak mau ganggu? Atau masih canggung?"

"Hm, Mamah, kalau tau kenapa harus nanya." Sahila menyandarkan kepalanya di bahu Dara. "Wajarkan, Mah, kalau Sahila canggung, Sahila sama pak Andre kan gak pacaran, sebelumnya kita gak pernah menjalin sebuah hubungan yang serius. Hubungan kita cuma sebatas bawahan dan atasan."

"Iya, Mamah tau kok. Tapi yang penting Andre kan suka sama kamu." Sahila terdiam.

Mengingat hal itu, kenapa tiba-tiba saja Sahila meragukan perasaan Andre terhadapnya?

"Mah, Andre beneran suka sama Sahila, ya?"

Dara tergelak mendengar pertanyaan Sahila. "Kalau enggak suka, kenapa dia melamar kamu?"

Lagi, Sahila terdiam mendengar ucapan Dara. Melamar? Bukankah Andre melamar Sahila karena ada alasan tertentu.

Tentang kontrak itu? Apa Andre benar-benar akan melakukannya?  - batin Sahila.

Tapi ucapannya saat di mobil tempo hari membuat Sahila seakan melupakan kontrak pernikahan yang tidak pernah di setujui olehnya.

"Mah, kalau Sahila gagal nikah sama Andre gimana?" Pertanyaan Sahila kali ini sukses membuat Dara menyingkirkan kepala putrinya dari bahunya.

S & A (Sahila & Andre Story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang