Part 22

2.5K 256 58
                                    

Waktu sudah menunjukan pukul 5 sore. Sahila segera mengemasi barang-barangnya. Dia berniat kabur saja dari Andre.

Di kiranya nikah tuh gampang apa.- batin Sahila.

Sahila langsung meninggalkan kubikelnya dan melangkah menuju lift, mengabaikan panggilan Mario dan Febri.

"Sahila kenapa deh?" tanya Mario.

"Gak tau, dari tadi amuk-amukan, kayaknya lagi berantem sama pacarnya."

"Emang Sahila punya pacar?"

Febri menyedikan bahunya, "ada kali," jawabnya.

Ting!

Lift terbuka lebar, Sahila segera keluar dengan langkah lebar, pintu utama tinggal sedikit lagi, dan dia hampir sampai, tapi...

"Mbak Sahila." Panggilan itu membuat langkah Sahila berhenti. Dia menoleh pada sumber suara.

Seorang pria berkisar usia 40 tahun, mendekat ke arahnya. Tubuhnya yang besar dan tegap, membuat seragam hitamnya terlihat ketat di tubuhnya.

"Iya, ada apa Pak Dasep?" tanya Sahila. Pak Dasep adalah kepala security di perusahaan itu.

"Mbak-nya mau pulang?"

"Iya, Pak. Udah jam pulang kantor juga, kan?"

"Iya sih, Mbak. Tapi sayangnya pak Andre menyuruh saya untuk melarang Mbaknya pulang."

Deg!

Perasaan Sahila seketika tidak enak, Andre benar-benar melakukan segala cara agar Sahila bisa mengikuti keinginannya.

Sahila tertawa hambar. "Aduh, Bapak. Percaya aja sama pak Andre. Dia itu bohong, cuma bercanda doang. Udah gak usah di ambil hati. Saya duluan ya, Pak." Sahila hendak pergi, nun segera di halangi pak Dasep.

"Saya mohon Mbak, jangan pulang dulu ya, kalau Mbaknya pulang, saya bisa di pecat, nanti anak dan istri sama mau makan apa?"

Kalau udah gini gue gak bisa ngapa-ngapain.

"Ya udah deh, Pak." Sahila memilih duduk di sofa tunggu di hadapan meja resepsionis. Dia memilih memainkan ponselnya. Tak lama lift terbuka. Andre keluar bersama Daud.

Pria itu tersenyum saat melihat Sahila. Kemudian dia menghampirinya. "Udah tunggu lama?" tanya Andre.

Sahila menoleh dan mendelik pada Andre. "Perasaan saya udah menolaknya deh, Pak. Kenapa jadi maksa sih?"

"Kenapa kamu sudah menyerah sebelum berperang?"

"Perang sama siapa? Siapa juga yang mau perang. Bapak yang perang sama bu Rayu, kenapa jadi bawa-bawa saya sih?"

"Udah ikut aja dulu." Andre langsung menarik tangan Sahila kencang, Sahila tidak bisa berontak, karena semua mata tertuju pada mereka.

Di dalam mobil, Sahila hanya bisa diam, mengabaikan Andre yang sesekali meliriknya.

"Kenapa?" tanya Andre. Sahila hanya melirik sesaat. "Marah?"

"Gak perlu di tanya, seharusnya Bapak mikir."

"Kamu gak mau menikah sama saya?" Sahila menoleh cepat pada Andre.

"Menikah? Bapak kira menikah itu gampang? ijab qabul, sah, bikin anak, hamil, lahir?! Enggak gitu, Pak."

"Bikin anak? Kenapa kata-kata itu terdengar frontal bagi saya, ya?" Sahila mendengus kesal, dalam hati dia sungguh menyesali ucapannya itu.

Andre memasukan mobilnya pada pintu pagar tinggi berwarna hitam pekat. Sebuah halaman luas dengan rerumputan hijau langsung menjadi pemandangan utama yang menyambut mereka. Sahila terkagum-kagum melihat rumah Andre itu, rumah megah berlantai dua dengan halaman yang luas.

"Wow!" Seru Sahila tanpa sadar.

"Kenapa?" Tanya Andre dengan senyum kecil di wajahnya.n

"Rumah Bapak bagus banget ya." Puji Sahila tanpa sadar.

"Ini akan jadi tempat tinggal kamu nantinya." Seketika jantung Sahila berdegup cepat.

Aish ... Jantung gue kenapa sih? Please jantung, ini bukan hal yang harus bikin lo berdebar.

"Mau sampai kapan kamu di dalam mobil?" Sahila terkesiap. Ternyata Andre sudah lebih dulu turun dan sudah membuka pintu untuk Sahila.

"Eh, iya." Sahila segera turun.

"Nanti jangan gugup di depan ibu, ya," kata Andre.

"Dengan Bapak bilang kayak gini, itu udah buat saya gugup loh, Pak." Andre tergelak.

"Oh iya, di depan Ibu jangan panggil Bapak, Mas aja." Sahila hanya memutar kedua bola matanya. Tapi tetap saja ucapan Andre harus dia save pada memori otaknya.

Sahila dan Andre masuk dengan beriringan. Dan ternyata di ruang utama sudah ada Rayu, Andra dan Amir. Seketika Sahila di terjang rasa gugup. Bisakah dia mundur lagi dan kabur dari sana? Ah.. Tapi seakan tau pikiran Sahila, Andre menggenggam tangan Sahila erat, dan sejak kapan pria itu menggenggam tangan Sahila?

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikumsalam," jawab serempak dari ketiga orang tersebut.

"Bu, Yah, ini Sahila, perempuan yang Andre ceritakan semalam." Sahila merasa risi di tatap begitu intens dengan Rayu dan Amir. Wajah judes dan angkuh Rayu begitu kentara, berbeda dengan Amir yang sangat bersahaja.

"Siapa nama mu, Nak?" Suara lembut itu membuat Sahila mengangkat kepalanya, mencari-cari sosok orang yang memiliki suara lembut nan merdu itu. Tapi di sana hanya ada Rayu wanitanya, selebihnya pria.

Rayu tersenyum lembut pada Sahila, sontak saja rasa gugup, risi, canggung yang tadi Sahila rasakan sirna seketika.

"Sahila, Tante," jawab Sahila sopan.

"Loh kok panggilnya Tante, Ibu dong, kan kamu calon istrinya Andre, yang artinya akan jadi anak Ibu juga nantinya." Sahila mengerutkan dahinya bingung, dia menoleh pada Andre yang langsung mengalihkan wajahnya dari Sahila.

"Sini duduk di samping Ibu." Titah Rayu, Sahila hanya menurut. Rayu menggenggam tangan Sahila dan itu membuat Sahila sangat terkejut.  "Ibu tuh salut sama kamu, bisa mengubah kebiasaan Andre ganti-ganti perempuan dalam waktu singkat." Sambung Rayu. Sedangkan Sahila hanya tersenyum simpul, karena jujur saja, dia pun tidak paham apa yang sedang Rayu bicarakan.

"Andre itu beda sama Andra."

"Mulai deh bandinginnya." Gerutu Andre, sedangkan Andra mengulum senyumnya.

"Diam kamu! Apa yang Ibu katakan ini fakta adanya, Andra itu gak pernah main-main sama perempuan, ketemu Kharina langsung nikah, gak kayak kamu."

"Andra-nya tergila-gila sama Kharina, makanya langsung di nikahin."

"Tapi emang begitu seharusnya jadi laki-laki, sekarang Kharina udah hamil lagi tuh."

"Hah?! Khaira kan masih kecil, lo gencar banget buatnya, sehari tiga kali lo ya?"

"Iya dong." Aku Andra sembari menyengir.

"Andre, ingat di sini ada calon istrimu, jangan bicara begitu frontal, kalau dia tinggalin kamu gimana? Kamu sendiri yang bilang kamu tergila-gila sama Sahila."

"Ibu." Peringat Andre.

"Jadi kapan kalian akan nikah?" Rayu bertanya dengan mudahnya.

"Lusa, Bu." Tambah Andre bericar enteng.

"Wah, ide bagus tuh." Kini Amir ikut bicara.

Dan sejujurnya, Sahila langsung di terpa dengan rasa pusing yang sangat kuat sehingga membuat pengelihatannya berkunang-kunang.

"Ya udah, fix lo nikah lusa." Kini tambah Andra.

"Oke." Dan Andre.

Cahaya yang dapat Sahila tangkap, meredup seketika, dan kegelapan menjemputnya. Sahila pingsan.

"Eh, eh, Sahila pingsan." Seru Rayu, semua orang yang membuat Sahila pingsan tampak panik, terutama dengan Andre.

****

*Bersambung*


Keluarga santuy😂😂

S & A (Sahila & Andre Story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang