Part 15

2.9K 248 27
                                    

"Mau ngomong apa, Pak?" tanya Sahila sembari melepaskan genggaman tangan Andre.

"Enggak ada. Saya cuma mau menghindar sari Adel," jawab Andre tenang.

"Jadi tumbal lagi," gumam Sahila namun masih dapat di dengar dengan Andre.

"Tumbal?" tanya Andre sembari menautkan alisnya.

Sahila mengangguk tanpa ragu. "Waktu itu Amira, sekarang Adel."

Andre tersenyum kecil. "Jadi saya harus tumbali siapa lagi? Nayla? Maaf, saya masih mau hidup dan menikmati kekayaan saya ini." Andre mengalihkan tatapannya dari Sahila. "Dimas bisa-bisa bunuh saya." Sambungnya.

"Bukannya Bapak banyak pacarnya?" tanya Sahila ingin tau.

"Saya sudah pensiun jadi seorang PlayBoy."

Sahila tertawa hambar. "Pensiun?" tanyanya. "Kalau mau pensiun jangan menyusahkan saya, Pak." Seru Sahila.

"Kenapa menyusahkan kamu? Kamu menanggung kerugian apa?"

"Rugi banget, Pak. Gimana kalau Adel bilang sama ibu-nya Bapak tentang saya, dan beliau berpikir itu benar?"

"Mungkin kamu di tolak karena tidak sesuai kriterianya dan juga anaknya."

Sahila menoleh cepat pada Andre. "Kalau gitu jangan menyusahkan saya lagi mulai sekarang," ujar Sahila lalu berlalu pergi dari hadapan Andre.

Andre menatap punggung Sahila yang menjauh dari pandangannya, sedetik kemudian dia tersenyum kecil. "Bertengkar denganmu akan menjadi hobi baruku." gumamnya.

***

"Kenapa bisa dia bilang gue bukan kriterianya? Cih.. Dia juga bukan termasuk cowok kriteria gue. Dia kaya, tampan, tinggi, tubuhnya kekar, dan pintar..."  Sesaat Sahila terdiam saat matanya menangkap seorang pria bertubuh gempal melewat di hadapannya, pria itu menatap Sahila penuh minat. Sahila meringis karena pria yang saat ini menatapnya adalah lawan kata dari kesempurnaan fisik Andre.

"Ih... Kenapa dia begitu sempurna, nilai minusnya cuma karena dia playboy, itu pun udah pensiun. Jadi masih bilang kalau dia bukan tipe cowok gue?" seru Sahila kesal.

Sahila melanjutkan langkahnya. Memasuki gedung hendak berpamitan dengan Nayla dan Dimas. Sebaiknya dia pulang karena di sini pun Sahila menjadi tak nyaman. 

Di dalam gedung, ternyata tamu yang datang semakin banyak, Sahila sampai kesulitan berjalan di ruangan luas itu karena banyaknya tamu yang hadir. Sampai akhirnya Sahila berhasil melewati lautan manusia itu. Nayla tersenyum sembari melambaikan tangannya ke arah Sahila.

"Gue balik, ya."

"Kok balik? Acaranya kan belum selesai." Tampak Nayla mengerucutkan bibirnya.

"Jangan gitu bibirnya, kamu gak lihat banyak pasang mata laki-laki menatapmu penuh minat, termasuk aku. Jangan sampai aku bawa kamu pulang sekarang juga, dan mulai permainan kita," kata Dimas dengan tangan menutupi bibir Nayla. Sahila terperangah mendengar ucapan Dimas.

"Ih, Bapak, apaan sih, malu tau ada Sahila," kata Nayla sembari memukul pundak Dimas pelan.

"Aduh, jiwa jomblo gue meronta kalau liat yang beginian."

"Kamu mau pulang Sahila?" tanya Dimas mengabaikan perkataan Sahila sebelumnya.

"Iya, Pak. Febri sama Mario juga udah pulang tadi."

"Hm." Dimas manggut-manggut mengerti. "Kalau gitu saya akan meminta Andre untuk mengantar kamu." Dimas baru saja mau mengeluarkan ponselnya dari saku celananya.

S & A (Sahila & Andre Story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang