Part 12

2.9K 214 13
                                    

Seulas senyum tak pernah hilang dari wajah cantiknya.
Dia sangat tidak menyangka, Andre-lah penolongnya. Pria arogan dan angkuh itu telah membantunya saat dirinya nyaris di perkosa oleh Raditya, pria yang Sahila kira adalah pria baik-baik.

Walau pun sampai saat ini, Sahila sendiri tidak tau kenapa Andre bisa ada di sana saat tadi, jelas-jelas itu bukan jalan menuju rumahnya. Tiba-tiba saja Sahila merasakan detak jantungnya yang berlalu kencang. Senyumnya semakin melebar.

"Sa." panggilan itu membuat Sahila menghentikan senyum lebarnya.

"Mah, kok belum tidur?" tanya Sahila.

Tapi yang di tanya malah mengerutkan dahinya, seakan pertanyaan Sahila itu aneh. "Tidur?"

Sahila mengangguk. "Kan ini udah malem."

"Lihat jam dulu makanya, ini masih jam setengah 8 malam, Mamah mana bisa tidur masih jam segini, kamu kok baru pulang? Lembur lagi?" Inilah nyonya Dara, dia yang bertanya tapi dia juga yang menjawab.

Sahila mengangguk sembari tersenyum. "Iya, Mah."

"Oh ya udah, mandi dulu sana, abis mandi langsung makan," kata Dara.

"Siap, Mamahku sayang." Sahila memeluk Dara dan mencium pipi kanannya. Kemudian berjalan menuju kamarnya.

Dara menautkan kedua alisnya. "Sa, itu yang kamu pakai jas siapa?" tanya Dara dengan suara setengah tinggi, karena putrinya telah memasuki kamarnya.

"Punya Bos Sahila, Mah!" seru Sahila dari dalam kamar.

"Bos kamu?! kok bisa ada di kamu?"

"Iya, soalnya baju Sahila tadi.ke sangkut paku, jadi sobek." kilah Sahila.

"Wah.. Bos kamu baik banget, ya."

Tak lama pintu kamar Sahila terbuka, Sahila keluar sembari menggulung rambutnya dengan membawa handuk. "Iya, Mah. Baik banget."

"Itu bosnya baik sama semuanya atau cuma kamu aja?" Pertanyaan Dara terkesan menyudutkan Sahila, sehingga gadis itu berubah salah tingkah.

"Y-ya, semuanya lah, Mah," jawab Sahila gugup. "Oh iya, Mah, Nayla mau nikah loh sama bos Sahila."

"Sama bos kamu? Yang kasih pinjam kamu jas itu? Kok gitu sih bos kamu, mau nikah sama Nayla, tapi malah pinjemin kamu jas, nanti kalau Naylanya salah paham gimana coba, anak Mamah nanti yang di salahin." cerocos Dara.

"Ih, bukan, Mah. Bos Dara yang namanya pak Dimas, di javatannya sebagai Manager. Kalau yang kasih pinjam jas ke Sahila itu pak Andre."

"Oh, Mamah kira." Sahila melihat Dara menghela nafas lega, sampai segitunya. "Tuh, Sa. Nayla aja udah mau nikah, kamu kapan dong nikah-nya? Kamu mau nunggu Mamah tua dulu baru nikah? Mumpung Mamah masih kuat dan sehat, Mamah kan juga mau punya cucu, gendong cucu Mamah, ajak main pake kereta bayi keliling komplek," Dara menjeda ucapannya sembari meminum teh hangat miliknya. Setelah meneguk setengah, Dara kembali melanjutkan ucapannya.

"... Kayak bu Andin, dia tuh kalau hari minggu ajak cucunya jalan-jalan pagi, sambil di jemur cucunya. Kamu tau kan Fauziah, teman kamu waktu SD, dia sekarang mau punya anak 3. Terus si Sarah, dia lagi bulannya sekarang. Nah kamu kerja mulu pikirannya. Jangankan mau nikah, kenalin pacar kamu sama Mamah aja enggak, atau jangan-jangan kamu suka sesama jenis, ya?" tuding Dara.

Sahila bergidik, Mamah nya kalau ngomong udah kayak kereta yang memiliki berpuluh-puluh gerbong, dan berakhir mengeluarkan asap. Kurang lebih seperti itulah gambaran Mamahnya itu kalau ngomong.

"Mamah, apaan sih ngomongnya, Sahila masih normal, Mah."

"Terus pacar kamu mana? punya pacar gak kamu?" pertanyaan Dara membuat bibir Sahila terasa keluh.

S & A (Sahila & Andre Story) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang