Part #4

105 45 49
                                    

Pagi telah menyapa bumi, jalanan kota Bandung tak lagi sepi. Bandung menjadi daya tarik sendiri. Pesona alam yang tak pernah terlupakan. Seperti Kenza yang tak mungkin lari dari pikiran Beta. Jika harus pindah hati rasanya tak mungkin. Sepertinya cinta ini sudah menjalar hebat ditubuhnya.

"Jika harus melupakan Kenza, lebih baik mati saja," katanya ketika Kenza hendak pergi ke Perancis.

Gadis strawberry itu selalu memenuhi otaknya setiap waktu. Segala usaha melupakan sudah dilakukan tapi resikonya berujung menyakitkan. Kenza memang sudah banyak mengubah hidupnya. Semula suram menjadi terang.

Namun, keajaiban benar-benar terjadi kala itu. Suara yang ia cari ternyata masih terdengar lagi. Wajah yang ia rindukan sudah berada dihadapan. Mungkin ia tak sadar. Hanya dengan Kenza mampu bercerita.

"Drt....drt..." Suara handphone nya bergetar.

Merasa nomor tak dikenalinya, Beta membiarkan saja. Beberapa menit kemudian ada pesan masuk lebih dari 5. Nomor itu sama, namun ia tak mengenalinya.

"Ta, apa kabar?"

"Sehat kan?"

"Ta, kamu sedang apa?"

"Memikirkan ku? Aku sedang bahagia"

"Ta cerita mu sudah banyak belum? Aku mau menjadi pendengar setia mu."

"Ta, aku pulang ada beberapa oleh-oleh untuk mu."

Tak ada balasan apapun, Beta hanya membaca dan entah mengapa hatinya gemetar, tapi segera ia hiraukan.

"Drt...drt..." nomor yang sama menelepon lagi.

"Sial siapa sih."

"Drt...drt..." getaran itu terdengar bising ditelinga.

Beta segera meletakkan handphone ditas meja dan segera berangkat sekolah.

"Drt...drt..." Tak lama Beta mengangkat telepon nya

"Assalamualaikum Ta, sedang apa? Aku rindu," suara yang lembut muncul lagi.

"Masih pagi jangan bercanda," sahutnya.

"Tut...tut...tut..." Beta mematikan telepon nya

"Suara itu mirip suaranya, tapi aku sedikit ragu," benaknya.

Gadis itu sangat sedih, kenapa Beta sangat jahat. Hati Beta terus berbicara, yang dilakukannya tadi salah. Tidak seharusnya ia membentak gadis itu.

"Sudahlah sepertinya bukan dia."

Sebelum berangkat sekolah, lelaki itu menulis sesuatu, agar cerita tetap abadi. Menulis adalah hal yang ia gemari.

Tuhan aku mau lapor, hari ini suara itu terdengar sangat jelas ditelinga ku. Jika nomor dia, ijinkan lihat wajahnya. Hal itu adalah pemandangan terindah, bahkan lebih indah dari senja.

Bandung, 15 April 2012

Beta segera melipat buku dan langsung berangkat sekolah.
Hari ini adalah hari pertama ia masuk sekolah. Setelah libur panjang, ia semakin dewasa. Sekarang ia kelas 3 SMA. Sebentar lagi perang dengan buku segera dimulai.

Walaupun ia pintar tetap saja masih belajar. Dikepalanya banyak yang ia pikirkan. Tentang cinta dan cita-cita. Apakah ia mengejar cinta yang sia-sia tak ada ujungnya atau mengejar cita-cita yang benar nyata. Entahlah hanya membuat ia pusing tuju keliling.
Beta sudah berada di sekolah dan melihat sekitarnya sudah terlihat berbeda. Banyak poster yang dipajang.

*Gerbang Sekolah Penuh Kedamaian*
Poster yang terpajang disekolah benar-benar beda dengannya. Hatinya mendayu-dayu penuh kepedihan. Damai nya seakan dimakan hewan buas.

BetadineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang