#Part 15

40 12 96
                                    

Jangan pernah mengira jika cintanya itu besar seperti daun pisang, tapi apa kenyataan? Cintanya terlalu kecil seperti daun kelor yang sudah dipotong menjadi tiga bagian. 🌿

Lima cowok itu sudah berjalan dengan gaya lucunya, tanpa melihat keadaan sekitar, satu diantara mereka menabrak cewek yang cantik dan mungil. Bukannya minta maaf, mereka malah pergi seenaknya.

Mereka terus berjalan menuju tempat yang sungguh menegangkan. Tempat perlombaan yang akan dimulai pukul 09.00. Thomas dengan penuh semangat menghampiri pacarnya yang sudah membawa botol air mineral yang nanti akan diberikan kepada Thomas.

Beda sekali dengan tiga manusia itu, mereka hanya melihat Thomas diam, melongo bahkan tak kedip. Apakah mereka jelmaan setan? Pasti bukanlah, karena memang mereka terlalu lama menjomblo jadi ya begitu suka ngiler sendiri.

"Eh sayang makasih ya sudah datang," Thomas mengusap lembut rambut pacarnya.

"Sama-sama ganteng ku, semangat ya oke. Gak boleh terlalu lelah. Kalau memang lelah minta pengganti aja. Kalau gak ada pengganti biar aku aja yang gantiin kamu, aku siap kok, " sambil tersenyum dan tangannya menepuk pundak Thomas.

"Hahaha kuat dong sayang. Pacar siapa dulu," goda Thomas.

"Inget jam woy," sindir Verel.
"Pengen dong dipanggil sayang sama abang Thomas," Reno ikut menggoda mereka.

"Pepet terus," sahut Bastian dari jauh.

"Gue bawa lem nih, lo berdua mau gak gue lem biar nempel terus," Verel menambahi.

"Hahaha, heh Nesya jangan percaya sama Thomas. Mending percaya sama gue aja," goda Reno.

" Yaudah, aku ke sana dulu nyusul Rara." Pipi Nesya sudah seperti kepiting rebus. Malunya sudah tingkat darurat, teman-temannya mendengarkan percakapan mereka. Bisa jadi, diledekin tiap hari.

"See you sayang."

Thomas memang gak pernah salah pilih, lihat saja pacarnya cantik, tinggi, putih ideal banget badannya. Apalagi sekarang Nesya dengan pakaian berwarna pink dan celana panjang,tas samping kecil berwarna hitam, serta rambut yang dikuncir ke belakang tanpa poni itu terlihat pas dan sempurna.

Pacar Thomas memang model, wajar saja cantiknya bukan main. Temannya membiarkan Thomas berduaan. Karena 2 bulan lagi mereka berpisah. Nesya harus pindah sekolah model di luar negeri.

Sedangkan Beta memang tidak bersama mereka. Beta hanya sebagai penonton bukan peserta. Baru pertama kali dia harus jadi penonton. Beta menuju ke arah utara sedangkan temannya ke arah selatan. Beta berjalan sendirian dengan gaya santainya dan dengan pakaian sederhana. Bahkan Beta tak pernah lupa dari topi.

Ada yang kurang jika topi itu ketinggalan di rumah. Baginya topi adalah lambang keikhlasan. Setiap memakai topi dia merasa ikhlas menjalani hal apapun.
***

"Eh Ta tunggu,"

Beta sangat hafal suara itu, suara yang selalu merusak bagian isi kepalanya. Dia Cinta yang berusaha mengejar Beta. Akhirnya Beta berhenti.

"Jodoh ya kita," ucap Kenza.

Beta berdehem pelan "Eeng..enggak..,"
"Loh emang gak mau berjodoh dengan ku?"

"Gak tau maksudnya. Jangan sering motong pembicaraan,"

"Kirain,"

Mereka terus berjalan berdua. Tak ada percakapan diantarannya. Hanya terdengar suara sorakan dari arah penonton.

"Ta,"

"Hm,"

"Putar balik yuk, anterin aku beli es krim,"

BetadineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang