#Part 10

68 30 43
                                    

"Enak ya berduaan gak ada yang ganggu," sindir Raisa.

"Enak dong," meskipun dengan mata tertutup Cinta tetap menjawabnya.

"Ta jadi gak?" Tanya Laura kepada Beta yang tengah asyik duduk di lapangan.

"JADI," jawabnya dengan cepat dan lantang.

"Apa sih Ta, gak ngerti,"

Cinta bangun dan melihat sekitarnya ternyata sudah ada tiga temannya dengan tatapan sinis. Mereka bertiga adalah geng kadal mesir yang suka ribut di kelas. Mereka merasa paling pintar dan sok cantik, padahal aslinya biasa aja.

"Udeh deh diem," mendorong Cinta hingga terjatuh.

"Jangan kasar dong," ucap Beta kepada tiga temannya.

Beta sangat geram dengan tingkah temannya. Karena menurutnya, mereka kurang bersolidaritas dan tidak mempunyai tanggung jawab yang tinggi ketika berteman. Saat dewasa nanti mau jadi apa nantinya. Mereka bertiga sudah mengganti pakaian seragamnya dengan pakaian santai. Mereka terlihat sangat cantik. Laura dengan kaos putih lengan pendek, rambut dibiarkan panjang tanpa di kucir kebelakang. Raisa dengan kaos berwarna army lengan panjang, rambutnya tertutup jilbab hingga terlihat manis seperti lolipop. Sedangkan Nuna yang ketua geng menggunakan kaos hitam dan terlihat sedikit tomboy, tapi sangat sejuk sekali jika dipandang. Mereka bertiga sangat cantik dan elegan. Tingginya sekitar 160 cm, ideal sekali. Tapi sayang kelakuannya tak masuk akal. Nuna dari dulu sampai sekarang masih menyukai Beta, apapun cara untuk dekat dengan Beta akan dilakukan. Meskipun harus terluka. Siapa sih yang tak suka Beta, sudah pintar, kaya, suka menolong, keren, ganteng juga. Andai saja Beta ikut lomba orang ganteng, mungkin dia akan menang juara satu orang ganteng sejagat raya.

"Sini," Beta mengulurkan tangan ke arah Cinta.

"Idih alay banget,"

"Kalian mau apa?" Ujar Cinta dengan ekspresi tak suka.

"Cari Beta dong, masa iya cari lo yang tukang alay, jablay, kampungan gak tau malu. Beta tuh gak mau sebenarnya berteman dengan lo yang genitnya tujuh keturunan,"

Cinta hanya diam, ia tau jika menjawab akan menambah segudang masalah. Sebenarnya hati Cinta memeluk remuk. Seperti roti yang dihancurkan. Itulah hatinya sekarang. Tapi Cinta tak ambil pusing. Untuk apa menggubris orang yang gila semacam temannya.

"Sudah-sudah," Beta segera menghampiri mereka.

"Sekarang kamu bawa mobil kan, yaudah sekarang antar kita pulang,"

"Iya,"

Beta mengangguk dan segera menuruti keinginan mereka. Karenan memang Beta sudah berjanji. Beta bukan tipe orang meninggalkan janji begitu saja tanpa pembuktian. Beta tak ingin membuat kecewa. Janji selalu terlaksana agar tak menyangkut perasaan seseorang. Tapi malah Beta yang sering dikecewakan soal janji.

Mereka berlima berjalan ke arah yang sama. Mereka seperti keluarga berencana saja. Sebenarnya Cinta sedikit kesal, mengapa Beta mau aja menuruti semua keinginan cewek sok cantik itu padahal memang cantik.

"Ta," panggil Cinta.

"Iya,"

"Gandeng tangan ku biar mereka gak genit sama kamu,"

"Kaya anak kecil,"

"Yaudah aku aja yang gandeng,"

Cinta tak peduli, meskipun Beta tak mau menggandeng. Sebenarnya, Cinta menyukai hal ini. Karena ini adalah momen langka dan jarang terjadi. Di dalam mobil cewek bertiga itu bernyannyi tidak jelas, seperti tak punya sopan santun. Cinta tak menyukai, segera mungkin ia mengarah pada kaca mobil dan melihat pemandangan yang jauh lebih indah. Daripada harus nyannyi dengan mereka.

BetadineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang