#Part 20

37 9 56
                                    

Manusia sebaiknya seperti garis, yang harus ditarik lurus agar mereka tidak terjerumus. 🍃🍃🍃

Apakah rasa kecewa harus segera dimakamkan atau malah diberi pupuk agar terus tumbuh? Lalu bagaimana dengan kepergian seseorang, harus menunggu kepulangan atau malah mengikhlaskan dan memberi penghargaan?

Tidak wajar rasanya, diberi kecewa lalu ditinggalkan tanpa alasan bahkan kita hanya bisa menikmati hiopnotis janji-janji mereka. Dulu, seolah janji itu akan segera dirayakan tapi nihil. Janji itu tanpa realita. Manusia sering bermain hati tanpa berdiskusi dengan logika.

Perasaan macam apa lagi yang kau tanam jika hati mu disakiti seseorang. Cukup beribu cukup jangan tenggelamkan hati yang salah.

Apakah kamu mengira dengan bersolidaritas dengan cinta akan berakhir dengan bahagia? Berhenti dan berhenti, yang kau sebut cinta justru akan meracuni segala hal yang kau punya. Waktu , tubuh dan lainnya.

Cinta harus berhenti mencintai Beta yang seenaknya melukai. Tapi Cinta tidak bisa, bagaimana pun Beta sudah baik dan terus menemani dia waktu sakit. Cinta terus berpikir bagaimana caranya mengikhlaskan Beta dengan yang lain. Cinta sendirian di dalam kamar dan menangis pelan. Cinta mengambil ponselnya dan menghubungi nomor seseorang.

"Halo Ra, aa-aku hiks...hiks...hiks..." Cinta mematikan teleponnya.

"Halo, Cinta ada apa?"

Tut...tut...tut...

"Dasar ya tuh anak bikin kesel aja,"

Meira sahabat Cinta merasa terganggu karena malam-malam Cinta meneleponnya.

Drt...drt...drt...

Ponsel Cinta bergetar dan segera dia lihat ada pesan masuk dari sahabatnya itu. Cinta bersyukur memiliki sahabat yang pekanya sudah tingkat langit. Tanpa dijelaskan pun Meira bisa mengetahui kondisi Cinta saat ini.

"Sekarang gue ke rumah lu, jangan nangis." Pesan Meira yang sedang dibaca Cinta hingga membuat hati Cinta tenang.

Meira  adalah sahabat Cinta yang paling baik di bumi ini. Meira dan Cinta memang beda sekolah, tapi mereka selalu berusaha mencuri waktu untuk bisa bertemu.

Sebagai seorang sahabat harus sealalu bisa bercerita bersama meskipun hanya memakan waktu lima menit saja. Sahabat harus saling menjaga meski lewat doa-doa sederhana. Cinta dan Meira hampir tidak pernah bertengkar lama, selalu harmonis.

Bunga, kupu-kupu, dan burung yang terbang saja hampir cemburu dengan mereka berdua. Meira tak perlu cukup lama, hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk sampai di rumah Cinta.

Ting...tong...ting...tong

Bel rumah Cinta berbunyi nyaring. Tiara yang sedang menonton tv bersama suaminya itu segera membuka pintunya. Tiara yang melihat Meira di depan pintu menyuruhnya masuk dan menuju ke kamar Cinta. Karena Tiara sudah tahu jika mereka berdua sahabat yang baik.

Bahkan Tiara sudah menganggap Meira sebagai anaknya sendiri. Karena dia tahu semenjak Ibu Meira di dalam rumah sakit jiwa tentu Meira juga butuh kasih sayang seorang ibu. Meira juga sering menginap di rumah Cinta. 

Meira juga menganggap Tiara sebagai mamanya. Tanpa hadirnya Tiara, mungkin Meira akan benar-benar kehilangan kasih sayang.

"Yaudah Ra, kamu masuk aja ke kamar Cinta. Dia pasti senang. Sudah lama gak ketemu kamu makin cantik aja," mencium lembut kening Meira.

"Bisa aja bunda Tiara nih. Yaudah ya bun, Meira masuk dulu."

Meira masuk dengan hati bahagia, sudah lama dia merindukan rumah Tiara yang begitu luas dan dalamnya juga sejuk. Ada yang berubah dari rumah itu, 2 bulan terakhir dia kesini warna rumahnya masih berwarna biru dan sekarang warnanya sudah diganti hitam sama putih.

BetadineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang