Part #5

101 46 27
                                    

Perjalanan telah usai, artinya mereka harus pulang ke rumah masing-masing. Ketika Beta keluar kelas Cinta menepuk dari belakang.

"Hey,"

"Iya,"

"Kotak hadiahnya mana?"

Beta berpikir sejenak lalu masuk ke dalam kelas lagi mencari kotak itu.

"Ketemu gak?" Cinta masih memperhatikan dari belakang.

"Iya,"

"Bilang makasih aja susah," sengaja menyindir lelaki itu.

"Kenapa,"

"Aduh sial emang, ada aja manusia kaya dia,"

"Gak suka?"

"Suka kok, pengen aku cubit hidung mu," Cinta merasa gemes dengan tingkahnya Beta.

Langit sudah terlihat gelap, hitam pekat warnanya. Padahal masih jam 3 sore. Mungkin sebentar lagi akan hujan. Beta segera meninggalkan Cinta sendirian. Tak peduli apa yang dikatakannya.

"Ta, tunggu," Cinta berlari mengejar lelaki yang menurutnya menyebalkan.

"Bentar lagi hujan, aku takut pulang sendirian,"

"Terus?" Beta tetap berjalan dan tidak menggubris Cinta yang mengoceh tidak jelas.

"Pliiisss, pulang bareng aku mau kan?" Berusaha memaksanya.

"Iya,"

"Jawaban yang indah."

Cinta adalah anak dari teman mamanya. Sampai sekarang mereka menjadi teman baik. Cinta punya rasa dengan Beta. Menurutnya dia berbeda. Meskipun ia cuek tetap tidak melunturkan rasanya. Namun, hal tersebut tidak disadari Beta.

Mereka terus berjalan menyusuri setiap kota Bandung yang penuh keindahan. Beta memang sengaja tidak membawa mobil. Karena ia suka berjalan dengan tenang. Dan sayang mereka terjebak dalam hujan yang amat lebat disertai guntur yang beretorika dengan tajam. Beta tau jika sedang hujan. Namun, kakinya tetap melangkah ke depan. Menerobos jalan yang penuh air menggenang.

"Ta, kenapa gak berhenti aja, menepi disana,"

"Kenapa?"

"Hujan Ta, takut kita sakit," Cinta terlihat cemas sekali.

"Ada obat,"

"Kamu kan gak suka obat,"

Benar apa yang dikatakan Cinta. Ia tak menyukai obat. Pikirnya obat adalah masalah  terbesar. Jika salah dosis akan mati. Ia tak mau itu. Cinta sudah 4 tahun mengenal lelaki tampan yang menyebalkan. Semua sifatnya Cinta sudah paham betul. Keras kepala, tak suka bercanda, jarang tertawa, namun dibalik semua itu, ada sifat baik yang menempel di jiwanya. Ia sering menolong orang tanpa balasan. Benar-benar seperti malaikat penyebar kabar bahagia. Hal itulah yang Cinta sukai.

"Tidur," pikirnya.

"Kamu suruh aku tidur, kan sedang hujan. Masa iya tidur di tengah jalan,"

BetadineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang