🌌

400 50 5
                                    

Hongseok merapihkan rambut Jinho perlahan, ia terus memperhatikan setiap pahatan wajah Jinho dengan Matanya yang masih terpejam. Bahkan saat tidurpun Jinho terlihat tidak baik. Nafasnya yang berat matanya yang terlihat tidak tenang. Lingkaran mata yang sangat besar membuat Hongseok meringis, apalagi saat ia menyentuh tulang pipi Jinho yang sangat menonjol.

Setelah beberapa jam disini, satu hal yang sedikit mengganggu Hongseok adalah bau dari ruangan ini. Seperti bau amis darah bercampur obat-obatan. Tidak terlalu menyengat tapi sedikit mengganggu.

Hongseok bangkit dari duduknya dan pergi keluar kamar Jinho, ia meminta tolong pada pegawai disana untuk meminta pengharum ruangan.

"Maaf dokter, tuan Jinho tidak suka pengharum ruangan rumah ini. Kita sudah mengganti wanginya berkali-kali tapi tuan Jinho tetap tidak menyukainya. Itu sebabnya kamar tuan Jinho tidak kami beri pengharum ruangan."

"Ah begitu yah? Tapi boleh aku meminta alat pengharum ruangannya?"

Pegawai itu langsung memberikannya pada Hongseok. Hongseok membongkar alat itu dan menuangkan isinya di tempat lain. Ia pergi ke kamarnya dan mengambil parfum miliknya dan langsung menaruh parfumnya ke dalam botol yang ada di dalam pengharum tersebut.

"Semoga Jinho suka dengan wangi ini."

Hongseok membawa alat pengharum ruangan itu ke dalam kamar Jinho dan menaruhnya di atas sebuah laci.

Hongseok meninggalkan Jinho untuk mempersiapkan makanan dan obat untuk Jinho. Di kamarnya ia membuat meja khusus untuk meneliti dan mencatat semua perkembangan Jinho. Begitupun apapun yang berhubungan dengan Jinho.

Hongseok melihat suntikan nutrisi yang di berikan yuto tadi. Ia meneliti kandungan di dalamnya, tidak ada masalah dalam kandungannya tapi Hongseok pikir ini tidak akan cukup.

Cairan ini hanya sebagai penyambung hidup untuk Jinho, bukan untuk membuatnya merasa baik. Jinho harus tetap makan makanan yang benar benar utuh dan ini tantangan pertama untuk Hongseok, bagaimana caranya agar Jinho mau makan makanan utuh.

Hongseok menoleh keluar pintu, ya kamar mereka saling berhadapan, Jaraknya tidak terlalu dekat memang tapi setidaknya jika terjadi sesuatu ia akan langsung melihatnya. Dan terlihat disana sepertinya Jinho sudah bangun. Hongseok bangkit dan langsung menghampiri Jinho.

Hongseok berjalan menghampiri Jinho perlahan terlihat Jinho sedang menghirup wangi ruangan ini sambil memejamkan matanya.

"camelia, kayu manis, citrus."

"Tuan suka wanginya?"

"Aku tidak suka wewangian tapi aku tidak bisa menolak wangi ini."

Sebenarnya Jinho tidak benar-benar menjawab pertanyaan Hongseok karna mata Jinho yang hanya lurus ke depan. Tapi hal itu membuat Hongseok tersenyum, setidaknya Jinho tidak menolak wangi parfumnya.

"Tuan mau makan?"

"Aku ingin berendam."

Jinho turun dari ranjang miliknya menuju kamar mandi, Hongseok hanya mengikuti langkah lemah Jinho. Ingin rasanya Hongseok memapah Jinho tapi Hongseok tidak melakukannya karna mau bagaimanapun itu tidak sopan.

Langkah Jinho terlihat tidak seimbang saat tubuhnya akan terjatuh, Hongseok langsung menangkapnya.

"Biarku antar tuan."

"Beraninya kau menyentuhku?"

Hongseok diam tapi tetap membantu Jinho berjalan. Saat sampai di bathup Jinho melepas pegangan tangan Hongseok padanya dan langsung masuk kedalam bathup. Jinho terduduk dengan memeluk lututnya, tangannya tiba-tiba gemetar.

"Tuan ada apa?" Hongseok terduduk di samping bathup. Hongseok benar-benar tidak tega melihat raut ketakutan Jinho. "Tuan mau berendam? Aku bisa siapkan airnya."

Jinho hanya menganggukan kepalanya. Jinho melepaskan pakaian bagian atasnya sedangkan Hongseok menyiapkan airnya. Hongseok sempat terdiam saat melihat Jinho yang sudah tidak berpakaian.

Hatinya benar-benar sakit melihat tubuh Jinho yang sangat kurus dan penuh luka. Bahkan di pundaknya terlihat luka yang belum terlalu kering.

"Tuan izinkan aku menyembuhkan luka di pundakmu." Jinho hanya diam sambil memainkan tangannya di permukaan air. Hongseok menganggap Jinho tidak menolaknya dan pergi mengambil obat luka.

Hongseok mengobati luka di pundak Jinho perlahan, pundak Jinho masih kering karna belum terkena air Hongseok menutup luka tersebut, karna jika terkena air lukanya akan sulit untuk kering.

Jinho meraih metronom berwarna mint yang ada di sebelah bath up dan menyalakannya. Terdengar suara metronom yang berdenting lumayan kencang.

"Tuan, kau tau tidak arti dari setiap dentingan metronom itu?"

Jinho menoleh pada Hongseok pelan, terlihat wajahnya yang menunggu jawaban dari Hongseok.

"Setiap pemusik menggunakan metronom untuk membuat setiap nada menjadi stabil, anggap saja tuan seorang pemusik dan setiap tubuh tuan adalah nada-nada indah yang layak untuk di dengarkan yang layak untuk di pertahankan."

"Kau berbohong."

"Tidak, aku tidak berbohong. Setiap aliran darah pada tubuh setiap detak jantung dan setiap hembusan nafas adalah sebuah nada kehidupan dan kita adalah pemusiknya. Kita harus membuat mereka tetap stabil, mungkin sesekali kita marah pada mereka karna mereka menjadi tidak stabil, membuat kita menjadi sakit. Tapi ada satu hal yang bisa menjadi mentronom untuk tubuh kita, yaitu hati kita."

"Aku sudah mati rasa, aku tidak bisa merasakan apapun lagi. Bagaimana mungkin aku bisa mengendalikan apapun yang ada di tubuhku."

"Boleh aku membantu tuan?"

"Aku hanya ingin mati, bisakah kau membunuhku saja?"


To Be Continued

To Be Continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Unnayyy-

[END] Eternal HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang