-

423 48 10
                                    

Kehilangan seseorang paling berharga dalam hidupmu, adalah hal paling menyakitkan. Ketika kau menjadikan dia segalanya untukmu, menjadikannya sebagai bagian dari hidupmu. Kau akan merasakan berkali lipat rasa sakit saat kau kehilangannya.

Jinho baru saja kehilangan separuh hidupnya, yaitu ibunya. Ia merasa sudah seperti orang mati sebelumnya dan semuanya semakin menyakitkan saat salah satu alasan ia untuk tetap hidup. Harus pergi meninggalkannya.

Entah apa yang tersisa dari Jinho selain rasa sakit di seluruh tubuhnya. Sungguh Ia tidak pernah meminta di lahirkan untuk menjadi seperti ini, ia ingin mati saja sekarang tapi kenapa tuhan tidak mengizinkannya untuk kembali kepadaNya.

"Bahkan tuhan tidak mau menerimaku disisinya."

Hongseok hanya bisa memandang Jinho. Ia tidak melepas genggaman tangannya pada Jinho. Meskipun beberapa kali Jinho berusaha melepaskannya.

"Aku tau tuhan hanya rindu pada orang baik, tapi apakah aku seburuk itu?"

"Aku hanya ingin tuhan mengutus malaikatnya untuk menjemputku, bukankah itu hal mudah untuknya?"

"Hongseok, ku mohon bantu aku. Aku hanya ingin pulang. Aku ingin bertemu ibu dan ayahku, Aku berjanji padamu aku akan meminta pada tuhan agar suatu hari nanti kita bisa bertemu disana juga. Ku Mohon."

"Aku minta maaf, Aku tidak di perintahkan oleh tuhan untuk melakukan itu. Tuhan memerintahkan aku untuk menyelamatkanmu."

Hongseok kembali meneteskan air matanya lagi. Membuat Jinho menundukan kepalanya.

"Aku sudah tidak sanggup lagi."

"Sejak dulu Aku hidup sendirian, aku tidak tahu bagaimana wujud ibu dan ayahku. Justru akulah yang tidak punya alasan untuk hidup bahkan sejak lahir."

Jinho kembali menangis dengan kencang setelah mendengar perkataan Hongseok. Kepalanya bersandar di dada Hongseok.

"Aku punya mimpi membuat sebuah keluarga kecil, dengan seorang anak yang memanggilku dengan sebutan Ayah. Kau tau? aku hanya ingin mewujudkan hal itu dengan satu orang, Yaitu kau Jinho."

"Aku tidak bisa memberikan hal itu untukmu."

"Kau tidak perlu memberikannya. Kau hanya cukup menemaniku mewujudkan impian seorang anak di luar sana yang ingin mempunyai orang tua."

Hongseok mengangkat bahu Jinho, mengusap air mata Jinho dengan lembut. Terakhir menempelkan bibirnya pada Jinho. Hongseok menarik tubuh Jinho untuk merapat padanya.

Jinho mencengkram tangan Hongseok dengan sisa tenaganya. Hongseok mulai menggerakan bibirnya membuat tubuh Jinho menjadi kaku. Pada akhirnya Jinho menyerah ia berusaha membalas Hongseok dan tangannya yang sudah melingkar di leher Hongseok.

Mereka bertautan cukup lama, menyalurkan semua yang mereka pendam selama ini. Keputusasaan rasa kesepian kesedihan kesakitkan mendominasi disana.

"Jinho aku mencintamu."

"Hongseok..."

"Tolong jangan tinggalkan aku, tolong jangan bilang kau ingin mati lagi. Tolong jangan pergi ku mohon."

"Aku takut kehilanganmu juga."

Kini giliran Jinho yang mencium Hongseok, Sampai akhirnya mereka berdua merasakan sesuatu yang anyir di antara bibir mereka. Hongseok melepaskan ciuman itu dan melihat hidung Jinho yang sudah penuh dengan darah.

Jinho mengusap bawah hidungnya dan terlihat bercak darah di tangannya. Sepertinya Jinho mimisan dan setelahnya Jinho pingsan.

•••

[END] Eternal HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang