🌾

362 56 8
                                    

Tidak banyak yang di bicarakan Hongseok dengan Pamannya Jinho itu. Hongseok ingin berpura-pura saja menuruti perintah pria tua itu. Hongseok bisa membaca ekspresi wajah, itu sebabnya Hongseok ingin mencari tau semuanya secara perlahan. Jika ia bertindak gegabah itu pasti akan membahayakan.

Hongseok pergi ke dapur untuk makan, yang sudah di siapkan oleh salah satu pegawai. Saat Hongseok duduk ia di beri secarik kertas oleh pegawai itu. Hongseok menoleh ke pegawai itu dan pegawai itu menginsyaratkan Hongseok untuk tidak berbicara.

Hongseok mengerti dan memasukan kertas itu ke kantung kemejanya lalu mulai memakan makanan yang ada di hadapannya.

Sudah sejak kemarin Jinho tak kunjung bangun, bahkan sudah terhitung lebih dari 24 jam. Hongseok terus memeriksa kondisi Jinho setiap saat, Hongseok sedikit khawatir karna nadi Jinho semakin lama semakin melemah.

Hongseok duduk di samping tubuh Jinho, Ia memperhatikan wajah Jinho yang terlihat tenang tapi nafasnya semakin melemah. Hongseok bangkit mengambil selang oksigen dan memasangkannya pada Jinho.

Jinho terlihat sulit bernafas dan nadinya terus melemah. Hongseok berusaha untuk tidak panik, ia harus tenang untuk menangani Jinho. Tubuh Jinho semakin lama semakin dingin, bahkan tubuhnya terlihat menggigil. Sepertinya Jinho terkena Hipotermia.

Hongseok tidak tau apa yang terjadi pada Jinho, apa yang membuat Jinho seperti ini karna ia memang belum bisa memastikan apa yang di alami Jinho. Hongseok menyiapkan obat yang baru saja di berikan oleh pamannya Jinho tadi, mungkin ini bisa membuat Jinho membaik meskipun sebenarnya ia sedikit curiga dengan obat ini, Tiba-tiba pelayan yang memberikan secarik kertas tadi masuk ke dalam kamar.

"Dokter, jangan berikan obat itu!!"

"Apa maksudmu?"

Pelayan wanita itu terlihat panik, ia sempat berjalan ke arah pintu dan memastikan sesuatu.

"Mereka sudah pergi, obat itu hanya akan memperburuk keadaan tuan Jinho."

"Lalu aku harus apa? Aku kesini tidak membawa obat-obatan lain, karna mereka melarangku."

"Begini saja, dokter peluk saja tuan Jinho. Dulu tuan Jinho jika kedinginan akan di peluk oleh ibunya."

Hongseok terkejut dengan perkataan pelayan itu, bagaimana mungkin ia melakukan itu. Itu sangat tidak sopan. Tapi pelayan itu terlihat memohon untuk Hongseok percaya pada kata-katanya. Tiba-tiba terdengar seperti seseorang berjalan kearah mereka.

"Astaga! Kenapa mereka cepat sekali datang. Dokter, percayalah padaku. Nanti akan aku jelaskan." Pelayan itu terlihat akan pergi keluar sebelum Hongseok kembali memanggilnya.

"Siapa namamu?"

"Seunghee." Dan pelayan itu sedikit berlari keluar dari kamar Jinho.

Sekarang Hongseok terlihat bingung, ia melihat suntikan yang ada di tangannya. Ia bingung harus mengikuti omongan Seunghee atau tetap memberikan suntikan ini.  Karna keadaan Jinho yang semakin memburuk, Hongseok memutuskan untuk tidak memberikan obat itu dan mengikuti apa yang di sarankan oleh Seunghee.

Hongseok pelan-pelan naik ke atas ranjang milik Jinho dan berbaring di samping Jinho, Hongseok perlahan meletakan tangannya di bawah kepala Jinho lalu menarik tubuh Jinho ke pelukannya.

Hongseok bisa merasakan tubuh Jinho yang menggigil di pelukannya. Hongseok mengusap punggung Jinho perlahan, ia makin mengeratkan pelukannya setelah menaikan selimut ke tubuh mereka berdua. Hongseok hanya menyisakan setengah dari wajah Jinho sambil terus berusaha menghangatkan Jinho.

"Ibu...."

Hongseok bisa mendengar suara parau Jinho, Hongseok dapat mendengar bagaimana Jinho menggumam memanggil ibunya dan mengatakan bahwa ia sangat merindukan ibunya. Hongseok tetap memeluk Jinho dan merasa sepertinya Jinho tidak menggigil lagi.

[END] Eternal HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang