🍁

398 54 4
                                    

Sudah hampir setengah jam Jinho tak kunjung keluar dari kamar mandi, Hongseok mulai khawatir ia ingin mengetuk pintu kamar mandi itu tapi ia takut menganggu Jinho, Tapi kali ini Hongseok merasa ada yang tidak beres di dalam. Karna Hongseok tidak mendengar apapun dari dalam.

Hongseok pelan-pelan mengetuk pintu kamar mandi itu dan memanggil Jinho selembut mungkin. Tapi tak kunjung ada jawaban yang membuat Hongseok semakin khawatir

"Tuan Jinho maaf aku harus mendobrak pintu ini."

Hongseok berancang-ancang untuk mendobrak pintunya, setelah dorongan ketiga akhirnya pintu itu terbuka dan Hongseok terkejut melihat Jinho yang seperti tenggelam di dalam air yang terlihat berwarna merah.

"Tuan Jinho!!" Hongseok langsung masuk kedalam air dan mengangkat tubuh Jinho dan terlihat darah yang mengalir dari lengan Jinho.

Hongseok membawa Jinho ke atas ranjang Jinho dan langsung berlari mencari obat luka, Hongseok berusaha menghentikan darah yang mengalir dari lengan Jinho. Wajah Jinho terlihat sangat pucat dan ternyata Jinho masih sadarkan diri.

"Kenapa aku di selamatkan lagi?" Jinho terlihat menangis kencang setelahnya.

"Tuan Jinho kumohon bertahan."

"Ku mohon biarkan aku mati!!!" Jinho menendang tubuh Hongseok yang masih berusaha menghentikan darah di lengan Jinho yang membuat tubuh Hongseok terjatuh ke lantai.

Tapi Hongseok tidak menyerah ia bangkit dan berusaha menenangkan Jinho yang masih menangis kencang. Hongseok menarik tubuh Jinho kepelukannya hanya ini satu-satunya cara yang bisa ia lakukan. Hongseok memeluk erat tubuh basah Jinho ia ikut menangis juga tapi ia berusaha membisikan kata-kata yang menenangkan untuk Jinho.

"Tuan, tenanglah. Kau tidak sendirian, aku disini ada untukmu. Aku disini akan menyelamatkanmu."

Jinho sedikit tenang setelah Hongseok bilang akan menyelamatkannya, tubuhnya semakin melemah karna memang darah itu masih mengalir di tangannya.

Hongseok melihat Seunghee yang masuk ke kamar Jinho dengan wajah terkejutnya. Hongseok Iangsung menyuruh Seunghee untuk membantu membalut luka Jinho sesuai arahan Hongseok dengan Jinho yang masih berada di pelukannya.

"Ku mohon setelah ini kalian pergi dari sini. Seunghee pergilah kau harus menyelamatkan dirimu, aku tidak mau kau di bunuh oleh pak tua itu."

"Tuan aku tidak akan kemana-mana sebelum kau selamat."

Hongseok tidak mengerti dengan arah pembicaraan Jinho dan Seunghee, dan terlihat Seunghee yang mulai menangis.

"Ada apa ini? Apa yang terjadi sebenarnya?" Hongseok bertanya pada Seunghee ia benar-benar tidak mengerti.

Seunghee menoleh ke arah pintu dan terlihat salah satu pegawai lain disana.

"Seunghee bisakah kau ikut aku?" Seunghee langsung mengikuti pegawai itu, Hongseok benar-benar bingung sekarang apa yang terjadi sebenarnya.

"Ternyata nyaman juga di peluk olehmu." Mendengar perkataan Jinho, Hongseok sedikit tersenyum.

"Kau boleh memelukku kapan saja tuan."

"Pergilah, susul dokter-dokter sebelumnya."

"Tidak akan."

"Kau ingin mati disini?" Hongseok menatap Jinho bingung.

"Kalau kau tidak menuruti omongan pak tua itu, Kau akan mati."

"Aku tidak akan kemana-mana."

"Baiklah, lihat saja kau akan bertahan berapa lama disini jika kau masih tidak memberikan obat-obatan itu padaku."

"Tuan.. Aku tidak mengerti."

"Tetap berpura-pura merawatku dan memberikan obat-obatan itu padaku sampai aku mati. Hasilnya akan sama saja, kau akan di rugikan."

"Lebih baik tuan berganti baju sekarang, aku juga akan berganti baju. Panggil saja aku jika butuh sesuatu."

Hongseok keluar dari kamar Jinho, menuju kamarnya ia menutup kamar dan mengambil secarik kertas di kantong kemejanya yang di berikan oleh Seunghee. Hongseok membacanya dan disana tertulis.

"Jangan berikan obat-obatan itu pada Tuan Jinho, Obat itu akan merusak tubuh tuan Jinho dengan efek samping membuat emosi Tuan Jinho menjadi tidak stabil itu sebabnya tuan Jinho di anggap sakit mental. Tuan Jinho rela melakukannya demi ibunya yang sekarang sedang di kurung di suatu tempat."

Hongseok terkejut setelah membaca itu semua, Ini semua pasti perbuatan pamannya Jinho. Tapi masih banyak pertanyaan di kepalanya. Untuk apa mereka melakukan ini pada Jinho dan juga Ibunya? Apakah soal harta?

"Aku harus bertanya pada Seunghee maksud dari semua ini." Hongseok berganti pakaiannya yang basah terlebih dahulu.

Lalu setelahnya ia membuka laptop miliknya, ia mendapatkan sebuah email dengan nama Adachi Yuto. Hongseok langsung membukanya apakah ini email dari dr Yuto yang merawat Jinho sebelumnya. Dan Benar saja itu email dari dr Yuto.

adachiyuto:

'Halo dr Hongseok, aku Yuto dokter yang di gantikan olehmu untuk merawat tuan Jinho, Aku hanya ingin mengajakmu berkerja sama untuk menyelamatkan tuan Jinho, apakah kau bersedia?'

Setelah membaca email itu Hongseok langsung membalasnya.

yanghongseok:

'Tentu saja aku mau dr Yuto.'

tok tok tok!!

Terdengar suara ketukan pintu, Hongseok langsung bangkit dan membukanya ternyata sudah ada Jinho berdiri disana.

"Tuan sudah berganti baju? ada yang bisa aku bantu sekarang?"

Jinho langsung masuk melewati Hongseok lalu menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang milik Hongseok.

"Aku ingin tidur, tapi kasurku sedang di bersihkan."

"Baiklah tuan, tidurlah di kasurku dulu." Hongseok menyelimuti tubuh Jinho tapi pada saat Hongseok bangkit tangannya di tahan oleh Jinho.

"Suntikan obat itu cepat."

"Tapi Tuan..."

"Seunghee sudah memberitahumu?" Hongseok hanya menganggukan kepalanya "Mana obat itu biar aku saja yang menyutikannya sendiri."

"Tidak tuan, biar aku saja."

"Kau tidak bisa berhenti memberikan obat ini, sebelum aku mati."

Dengan tangan sedikit bergetar, Hongseok mengarahkan suntikan itu ke tangan Jinho. Sebelum suntikan itu sampai di lengan Jinho, Hongseok menghentikan gerakan tangannya.

"Tuan ini berbahaya." Jinho menggenggam tangan Hongseok menatap dokter di depannya.

"Aku tidak apa-apa. Kau tau? Aku sudah di takdirkan seperti ini, di bunuh pelan-pelan oleh keluargaku sendiri. Di biarkan mati oleh obat-obatan itu. Aku tidak mengerti kenapa mereka tidak membunuhku secara langsung saja. Mereka menghancurkan tubuhku menghancurlan mentalku, itu sebabnya aku menyuruhmu pergi karna jika aku mati kau yang akan di tuduh sebagai pelakunya."


To Be Continued

Bingung yah? sengaja biar kalian bisa menebak-nebak meskipun ujung-ujungnya bakal ketebak juga 😂

Bingung yah? sengaja biar kalian bisa menebak-nebak meskipun ujung-ujungnya bakal ketebak juga 😂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Unnayyy-

[END] Eternal HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang