🌙

750 60 9
                                    

Pria berjas putih itu berjalan menyusuri lorong rumah sakit dengan latar belakang suara teriakan, bantingan barang dan bahkan tangisan. Sudah menjadi kesehariannya mendengar dan menghadapi hal seperti ini karna memang ini pekerjaanya sebagai seorang Dokter. Ya, Ini bukan rumah sakit biasa melainkan rumah sakit jiwa.

Hongseok, nama pria itu. Kini sedang berhadapan dengan pasien terakhirnya hari ini di rumah sakit ini. Hongseok memeriksa sekaligus berpamitan kepada pasien yang bernama Hwitaek.

"Dokter mau kemana?"

"Maafkan aku, mulai besok aku tidak disini lagi."

"Tapi aku belum sembuh."

"Kau sudah sembuh taek. Kau hanya perlu di pindahkan ke ruang rawat terakhir."

Hari ini adalah hari terakhir ia bekerja di rumah sakit ini, ia akan bertugas merawat seseorang sebagai dokter pribadi. Awalnya Hongseok menolak karna ia bekerja sebagai dokter tidak hanya untuk bekerja mendapatkan uang saja. Tapi ia ingin menyembuhkan banyak orang dari penyakit yang mungkin sangat sulit untuk di sembuhkan ini.

Tapi setelah Hongseok mendengarkan bagaimana keluarga pasien itu begitu sangat putus asa. Hongseok menerimanya, Entahlah kenapa banyak yang percaya padanya bisa menyembuhkan pasien itu, Hongseok selalu berpikir kinerjanya tidak sebagus yang di bicarakan orang-orang. Hanya karna ia bisa menyembuhkan pasian dalam waktu yang lumayan singkat.

Pasien ini sudah sangat terkenal di kalangan dokter ahli jiwa. Hampir semua dokter di Korea Selatan tau tentang pasien ini. Dia seorang anak konglomerat yang mengalami gangguan jiwa karna traumatic, entah kenapa bisa separah itu sampai-sampai banyak dokter yang menyerah untuk merawatnya. Bahkan keluarganya sudah menyewa dokter dari beberapa negara dan tidak pernah ada hasil.

Hongseok mempunyai jiwa tolong menolong yang sangat tinggi, Jika ia bisa menolong ia akan melakukannya sepenuh hati. Iya tidak pernah memilih siapa pasiennya darimana dia berasal atau dari kalangan manapun. Tapi ia memutuskan mengambil keputusan besar melepaskan semuanya hanya untuk merawat satu orang.

Benar, Hongseok harus tinggal sementara di tempat calon pasiennya itu. Karna pasien tersebut tinggal di rumah yang jauh dari pusat kota. Keluarganya menyembunyikannya demi repurtasi keluarga. Hal itulah yang menjadi alasan terbesar Hongseok menerimanya, bagaimana seseorang di asingkan dari kehidupan luar hanya untuk sebuah reputasi. Itu membuat hatinya sangat sakit, daripada ingin menyembuhkannya Hongseok lebih ingin membebaskannya dari sana.

Setelah jam kerjanya selesai, Hongseok akan pergi bertemu dengan teman-temannya bisa di bilang acara perpisahan, karna Hongseok akan mulai tinggal disana besok.

Hongseok mempunyai beberapa teman baik, sudah pasti kebanyakan dari kalangan dokter juga. Seperti sekarang ia sedang dengan teman terbaiknya bernama Yanan dan Wooseok.

"Kita tidak akan bertemu berapa lama?" Yanan memberikan sekaleng cola pada Hongseok dan Wooseok. Sebenarnya ada soju tapi mereka terlalu payah untuk mabuk-mabukan.

"Aku hanya bisa keluar dari sana sebulan sekali."

"Apa kau terikat kontrak?"

"Tidak, aku bisa menyerah kapan saja." Wooseok hanya menganggukan kepalanya mendengar jawaban Hongseok.

Sebenarnya Yanan dan Wooseok juga pernah di tawari pekerjaan ini, tapi mereka menolak. Yanan yang sudah menikah dan Wooseok yang tidak mampu jika terikat seperti itu.

"Hongseok, Umurmu sudah 27 tahun, kau tidak ingin menikah?"

"Hahaha aku bukan kau yang sudah siap akan hal itu semua."

"Kau benar, aku salut pada Yanan yang berani menikah muda."

"Hey itu bukan hal besar. Menjalani pernikahan lumayan menyenangkan."

Mereka melanjutkan obrolan mereka. Obrolan yang memang tidak akan pernah ada habisnya, Mereka bersahabat sudah lebih dari 7 tahun. Sudah mengetahui apapun tentang diri mereka masing-masing.

Sekarang sudah pukul 10 malam. Hongseok sudah berada di depan pintu apartementnya. Ia masuk lalu menyalakan lampu dan hal yang pertama ia lihat adalah koper yang sudah siap ia bawa besok, Hongseok menghembuskan nafasnya besok akan jadi hari baru baginya. Melepaskan kebebasannya dan ia akan terkurung untuk beberapa waktu, berlebihan memang jika ia merasa akan terkurung, Tapi anggap saja ia seorang pangeran yang akan menyelamatkan seorang putri di dalam kastil.

Setelah beberapa menit memandangi koper berwarna biru itu. Hongseok memutuskan untuk pergi mandi.

Setelah selesai, Hongseok duduk di mejanya membuka laptopnya. Ia membuka situs internet disana dan mengetikan sesuatu di laman pencarian. Hongseok mencari tau latar belakang keluarga Jo, ia membaca satu persatu yang tertulis disana dan juga daftar nama keluarga Jo.

Hongseok berhasil menemukan nama yang ingin dia cari, Yaitu Jo Jinho. Menurut informasi di sana, Jo Jinho adalah putra semata wayang dari keluarga Jo. Hongseok membaca setiap kata disana dan satu hal yang membuatnya sedikit marah, bahwa disana tertulis Jo Jinho sedang melanjutkan studynya di luar negri. Hongseok kesal karena keluarga Jo memasukan informasi palsu soal Jo Jinho hanya demi menutupi keadaanya.

Hongseok membuka photo profil dari Jo Jinho, Ia memandang wajah Jo Jinho di dari layar laptopnya. Menurut Hongseok, Jinho terlihat sangat manis dengan senyum teduh dan mata berbinarnya. Tanpa sadar Hongseok ikut tersenyum melihat wajah Jo Jinho.

 Tanpa sadar Hongseok ikut tersenyum melihat wajah Jo Jinho

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To be Continued

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

To be Continued

••••••••••

Selamat datang di work baru aku yang udah taulah terinspirasi dari apa, sampe aku mengabaikan ide aku yang lain :")

Mohon dukungannya💕💕💕

-Unnayyy-

[END] Eternal HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang