💫

406 53 5
                                    

Jinho hanya berendam disana selama satu jam, hingga akhirnya Jinho bangkit dan keluar begitu saja dari bathup. Hongseok terus mengikuti langkah Jinho, jejak air membasahi sepanjang lantai dan terlihat satu pegawai yang datang untuk mengeringkannya.

Jinho berdiri di depan lemari pakaiannya masih dengan celana tidurnya yang basah, Jinho mengambil kaus dan celana yang ia lihat di depannya.

Tanpa basa basi Jinho menurunkan celananya yang membuat Hongseok terkejut dan memutar tubuhnya membelakangi Jinho. Untung saja pegawai wanita tadi sudah keluar dari sini. Hongseok ingin memutar kembali tubuhnya menghadap Jinho tapi ia tidak tau Jinho sudah selesai atau belum.

Tak lama Jinho berjalan di hadapan Hongseok dengan pakaian yang sudah lengkap, tapi satu hal yang menjadi perhatian Hongseok adalah Jinho memakai pakaiannya dengan terbalik.

"Tuan Jinho." Jinho menoleh pada Hongseok seperti menunggu jawaban. "Bajumu terbalik."

Jinho melihat pakaiannya dan kembali menatap Hongseok.

"Aku tidak pernah merasa hidupku benar, jadi biarkan saja."

Jinho berjalan keluar dari kamarnya, tentu saja Hongseok langsung mengikutinya. Dan ternyata Jinho pergi ke belakang rumahnya terlihat seperti taman yang luas dengan banyak pepohonan dan bunga. Sungguh ini sangat indah.

Jinho hanya berdiri disana sambil melihat kejauhan, entah apa yang sedang di pikirkan oleh Jinho tapi Hongseok berusaha menebak, Jinho seperti ingin bebas.

"Tuan.. Kau belum makan, lebih baik kita makan dulu."

"Bukannya kau hanya cukup menyuntikannya pada tubuhku?"

"Tuan tidak mau mencoba makan makanan utuh?" Jinho kembali menatap Hongseok, kali ini benar-benar menghadap Hongseok.

Hongseok maju selangkah dan membalas tatapan Jinho dengan lembut, Hongseok mengangkat tangannya untuk merapihkan rambut Jinho yang masih basah. Jinho memperhatikan wajah Hongseok yang ada di hadapannya dengan jarak yang lumayan dekat.

"Kau siapa sebenarnya?"

"Namaku Yang Hongseok, aku yang akan menemani tuan mulai saat ini."

"Menemani? bukannya kau juga pria-pria bodoh yang di bayar untuk merawatku yang tidak waras ini?"

"Bagaimana kalau kata-kata pria bodoh itu di ganti jadi pria tidak waras?"

"Kau sudah gila."

Jinho pergi meninggalkan Hongseok, dan kini Jinho justru masuk ke kamar Hongseok. Jinho mengambil suntikan yang ada di atas meja Hongseok dan siap menusuknya ke lengannya sampai akhirnya Hongseok menahannya.

"Tu-tuan aku bisa melakukan ini, tolong jangan lakukan ini sendiri."

Jinho menarik tangan Hongseok untuk mengambil suntikan itu.

"Kembalikan itu padaku." Jinho berusaha meraih suntikan yang ada di tangan Hongseok sambil menangis.

"Tuan ku mohon biar aku saja."

"BERIKAN ITU PADAKU!"

Hongseok langsung membawa Jinho kepelukannya setelah mendengar teriakan Jinho, ia takut terjadi sesuatu pada Jinho. Jinho terdiam saat Hongseok memeluknya.

"Tuan kumohon izinkan aku. biar aku saja."

"Suntikan itu sekarang juga."

Hongseok melepaskan pelukannya dan langsung melepas penutup suntikan itu dan menyutikannya pada Jinho. Setelah selesai menyuntikannya terlihat tubuh Jinho yang melemas dan Jinho kembali pingsan.

Hongseok langsung menangkap tubuh Jinho dan mengangkatnya menuju ke kamar Jinho. Setelah membaringkan tubuh Jinho Hongseok berpikir, kenapa Jinho pingsan setelah di beri obat itu. Hongseok memang belum meneliti kandungan obat itu tapi apakah efek sampingnya sampai seperti itu.

Hongseok kembali ke kamarnya dan mengambil suntikan nutrisi yang belum ia berikan juga pada Jinho. Hongseok juga penasaran apakah suntikan nutrisi ini sama persis seperti suntikan nutrisi pada umumnya.

Hongseok akan memulai meneliti semuanya tapi sebelumnya ia menyuntikannya terlebih dulu pada Jinho. Ia takut jika ia tidak melakukannya akan berpengaruh pada Jinho. Bahkan belum satu hari ia bersama Jinho, Hongseok sudah sangat mengkhawatirkan keadaan Jinho. Sungguh ia baru menemukan kasus seperti ini.

Hongseok merasa Jinho bukan sakit karna depresi atau masalah mental lainnya. Hal ini membuat Hongseok penasaran dengan asal usul yang membuat Jinho seperti ini.

••

Hari sudah berganti, Hongseok juga sudah selesai dengan memeriksa dan memberikan obat pada Jinho yang masih tertidur. Pegawai disini pernah bilang, bahkan Jinho pernah tertidur selama dua hari. Sampai-sampai harus di infus karna Jinho tak kunjung bangun.

Jinho memang terlihat seperti, mati tidak bisa tapi hidup tidak mau. Jinho bukan segan untuk mati tapi ia tidak bisa, karna bahkan sampai detik ini, ia masih di berikan kehidupan sekeras apapun ia mencoba.

Satu hal lagi, hari ini adalah hari dimana salah satu anggota keluarga Jo akan datang kesini untuk memberikan stok obat, dan obat itu menggunakan resep dokter kepercayaan keluarga Jo. Dan yang membuat Hongseok aneh, jika memang sudah ada dokter kepercayaan untuk apa mereka memperkerjaan dokter lain disini?

Hongseok sudah berhadapan dengan salah satu anggota keluarga Jo, dia adalah paman dari Jinho. Dia juga yang menggantikan peran ayah untuk Jinho, setelah mendiang ayahnya Jinho meninggal dunia karna kecelakaan sedangkan ibunya Jinho di kabarkan pindah ke daerah perdesaan untuk menenangkam diri.

Hanya itu yang Hongseok ingat dan ia baru sadar semuanya terlihat sangat tidak masuk akal. Kenapa ibunya Jinho lebih memilih terpisah oleh anak semata wayangnya. Dan bagaimana soal harta yang di tinggalkan? itu memang bukan urusannya tapi Hongseok akan mencari tau demi Jinho.

"Dokter Hongseok, ini obat dari resep dokter keluarga Jo. Kau hanya cukup memberikannya saja."

"Kenapa kalian mempekerjakan dokter lain jika kalian sudah mempunyai dokter kepercayaan keluarga kalian?"

"Apakah kau di perkerjakan di sini untuk bertanya hal itu?"

"Aku hanya bertanya." Hongseok menahan semua pertanyaan yang ada di kepalanya, ia tau sekarang ini tidak beres dan ia tidak ingin bertindak gegabah.

"Jika kau tidak ingin mengikuti, kau boleh pergi dari sini sekarang juga. Kau tidak akan rugi secara material."

Hongseok hanya menatap pria tua yang ada di depannya. Wajahnya terlihat biasa tapi Hongseok tau, pria tua ini merasa terancam olehnya. Hongseok jadi semakin penasaran, bagaimana dokter-dokter sebelumnya, apakah alasan mereka berhenti karena hal ini?


To be continued

sedikit curhat, aku tuh punya target bakal up kalau udah 20 seen setiap chapternya. Jadi kalau belum aku nahan-nahan dulu buat up. Itu buat motivasi juga supaya aku bisa terus nulis:"

Makasih yah buat yang baca ini dan bisa memenuhi target aku ❤

Makasih yah buat yang baca ini dan bisa memenuhi target aku ❤

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-unnayyy-

[END] Eternal HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang