Setelah menghabiskan berjam-jam di dalam burung besi, keduanya singgah di Bandara Internasional Pudong yang ada di Shanghai untuk menggapai penerbangan selanjutnya ke Sanya, Hainan. Ada jeda waktu sekitar tiga jam yang bisa dimanfaatkan Jihoon dan Sera untuk sekedar mengisi energi dan rehat sejenak di salah satu resto makanan cepat saji khas Jepang yang tersedia di bandara. Tak lupa Jihoon juga menelpon Han SooHee untuk memastikan keadaan mereka baik-baik saja dalam rangka menikmati liburan hadiah ini.
"Terima kasih, Oppa," ucap Sera sesaat setelah Jihoon menutup panggilannya dengan SooHee.
Laki-laki yang hendak meneruskan santap siangnya itu mengangkat alis. "Kenapa? Justru, aku yang harusnya berterima kasih karna kau memilih tetap percaya bahwa aku pasti datang tepat waktu."
Gadis itu tersenyum tipis. "Aku sebenarnya baik-baik saja jika memang ini semua tidak berjalan sesuai rencana," ungkap gadis itu, hati-hati. "Aku hanya memikirkan bagaimana cara mengatakannya pada Halmeoni, karna tentu saja, aku tidak ingin membuatnya kecewa."
Sambil masih mengunyah suapan makanan cepat sajinya, Jihoon mengangguk paham. "Halmeoni pasti menjadi orang yang sangat penting untukmu."
"Sejak nyawa kedua orang tuaku terenggut di kecelakaan itu, dialah satu-satunya anggota keluargaku yang tersisa. Jadi, sebisa mungkin, aku tidak ingin mengecewakannya."
Jihoon menangkap sinar kesedihan yang terpancar dari netra gadis itu, meskipun ia berusaha menutupinya, ketika topik tentang kecelakaan orang tuanya kembali hadir di benaknya. Hari itu benar-benar menjadi hari tersuram bagi seorang Han Sera. Awalnya terasa berat untuk melepas orang tuanya yang hendak pergi mengurusi kerjaan di Pyeongchang, tapi siapa yang mengira hal itu menjadi firasat kejadian yang kelam.
"Tapi kau salah, rupanya kau belum merubah pikiranmu, hm?" protes Jihoon yang membuat gadis berambut hitam di depannya mengernyit bingungㅡtidak menyangka akan salah berbicara.
"Merubah pikiran tentang apa?"
"Mulai sekarang kau harus merubah pikiranmu karena aku telah menjadi anggota keluargamu juga, bukan?"
Detik selanjutnya gadis itu tertawa seiring kebingungan yang sempat tercipta seolah memudar dan berubah menjadi kehangatan di hatinya. "Ah, ya! Baiklah."
"You have me, Han Sera. Kita telah menikah. Setidaknya, saat ini anggap saja, kita saling memiliki satu sama lain."
Anggap saja.
We have each other.
Sebut saja aku bodoh tapi ku masih saja berharap, it will be last forever.
•°•°•
Setelah tiga jam lebih mengarungi angkasa menuju Sanya Phoenix International Airport, Jihoon refleks merangkul Sera agar tidak terpencar akibat ramainya orang yang sama-sama menunggu di antrian bagasi. Gadis itu menurut saja, lagi pula tinggi Jihoon yang jauh melebihi dirinya tidak akan menghambat pergerakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Why ▪ Park Jihoon
FanfictionSemuanya terjadi terlalu cepat, sampai-sampai seorang Park Jihoon tidak dapat menghindar lagi. Dirinya dipilih untuk menikah dengan seorang gadis yang asing. Tidak tahu bagaimana dan mengapa. Satu hal yang pasti; di saat itu ia tidak menginginkannya...