Jihoon mengerjap sejenak menyadari sinar matahari sudah mulai merambah ke kamarnya. Setelah membuka mata sepenuhnya, hal pertama yang ditengoknya adalah jam kotak di nakas sebelah kanan tempat tidurnya. Menyadari masih cukup banyak waktu sebelum kelas pertamanya hari ini di mulai, ia mulai berderap keluar kamar.
Pemandangan tidak biasa ditemuinya di dapur, kini Jihoon baru ingat dia tidak tinggal sendiri lagi. Sera terlihat sibuk di dapur, menyiapkan berbagai perlengkapan makan di meja berukuran 1x1 meter persegi itu, sehingga ia tidak menyadari kehadiran Jihoon.
"Wah, kau memasaknya?" tanya Jihoon takjub setelah melihat hidangan di meja makan berwarna putih itu. Sera yang sempat terkejut akhirnya menoleh. "Kapan kau membeli ini semua?"
Alih-alih menjawab, gadis itu justru tersenyum sambil menunjuk tempat duduk di depannya, setelah semua siap. "Duduklah."
Jihoon akhirnya duduk di depan berbagai hidangan itu. Satu hal yang menarik perhatiannya, ada japchae di sana. Sesuatu yang sudah lama tidak Jihoon temui semenjak tinggal terpisah dari orang tuanya. Tanpa kata lagi lelaki itu langsung menggerakkan sumpit dan melahap makanan itu.
"Rasanya tidak asing. Apa kau benar-benar memasaknya sendiri?" tanya Jihoon lagi setelah merasakan japchae itu memiliki rasa khas yang sangat dikenalnya. Dia akan sangat kagum jika Sera memang sepandai itu dalam memasak.
"Tidak," ujar gadis itu. Lalu pandangannya ikut berubah setelah melumat suapan pertama. "Wah, ini benar-benar enak," ungkapnya ikut kagum yang semakin membuat Jihoon bertanya-tanya.
Ditengah-tengah melahapnya Jihoon berpikir. "Apa mungkin...," gumamnya tidak yakin namun Sera justru semakin antusias.
"Ya! Coba tebak! Yang ada di pikiranmu itu mungkin benar!"
"Masakan ibuku?" lanjut Jihoon menerka dengan alis hampir tertaut.
Spontan Sera bertepuk tangan bangga. "Wah! Rupanya kau masih mengenalinya." Gadis itu tersenyum puas karenanya.
"Benar?"
"Hm."
"Tapi, bagaimana bisa?"
"Tadi pagi eommoni menelponku. Dia bilang akan mengirim makanan untuk pagi ini karena yakin oppa tidak punya stok bahan makanan yang cukup," jelas Sera.
Mata Jihoon membulat. "Bahkan kalian punya nomor telpon masing-masing?" tanyanya heran, seolah hal itu sangat di luar pikirannya.
"Bukankah justru aneh jika kami tidak punya nomor masing-masing?" sahut gadis itu tidak habis pikir melihat ekspresi Jihoon. "Lagipula dia, ibuku juga," lirih Sera.
Mendengar itu, Jihoon seperti baru ditampar kembali oleh kenyataan tentang status barunya. Mengingat ibunya sangat mendambakan anak perempuan sejak dulu, tidak heran lagi jika pasti dia menjadi sangat antusias kepada Sera saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Why ▪ Park Jihoon
Fiksi PenggemarSemuanya terjadi terlalu cepat, sampai-sampai seorang Park Jihoon tidak dapat menghindar lagi. Dirinya dipilih untuk menikah dengan seorang gadis yang asing. Tidak tahu bagaimana dan mengapa. Satu hal yang pasti; di saat itu ia tidak menginginkannya...