"Apa yang terjadi? Kau terluka?" tanya Jihoon langsung. Ia jelas khawatir, terlebih mendapati mimik wajah Sera yang pucat. Guanlin berdiri ketika telah selesai sehingga menampakkan kedua kaki gadis itu yang tanpa lecet sedikitpun. Spontan Sera langsung kembali memegangi ujung baju Guanlin.
Tak kunjung mendapat jawaban berarti, akhirnya lelaki jangkung itu berinisiatif mewakili. "Ternyata, dia masih saja takut ketinggian, hyung. Bahkan karenanya juga, ia hampir tersandung karena tali sepatunya sendiri." Guanlin tampak menahan kekehan, tidak ingin terang-terangan menertawai Sera tapi di sisi lain insiden cukup konyol yang baru saja terjadi itu masih tergambar jelas.
Jika diibaratkan Jihoon dan Guanlin berada dalam suatu pertandingan, maka jelas Jihoon sudah kehilangan banyak angka. Lelaki berkulit pucat itu tahu pasti segala detail kecil yang penting tentang Seraㅡdi mana Jihoon sering melewatkannya. Ia tampak jelas sangat memahami gadis itu jauh lebih baik. Kali ini juga, Jihoon sadar hampir lalai untuk menjaga gadis itu. Kini tatapannya beralih usai menampung ungkapan Guanlin.
"Kau sangat takut ketinggian? Kenapa kau tidak memberitahuku?" tanya Jihoon parau. Ia merasa bersalah dan kasihan pada gadis itu di saat yang sama. Menyadari gadis itu tidak berterus terang dan seolah membuatnya terpaksa ke sini. Jihoon juga mengaku masih kurang peka terhadap kondisi gadis itu yang terkadang harus memaksakan diri.
Setelah bergeming sejenak, gadis itu mengurai seulas senyum. "Aku hanya tidak ingin menyurutkan antusiasme yang kau rasakan."
"Maaf. Tetapi aku tak bermaksud membuatmu harus memaksakan diri untuk bisa ikut dan mengimbangiku, Sera-ya," sesal Jihoon, mengingat dirinya terlalu sibuk mengambil gambar sampai melupakan keberadaan Sera dan tanggung jawab untuk menjaganya. Padahal mengakui keterbatasannya tak akan membuat kebahagiaan lelaki itu terusik. Ia justru akan memakluminya.
"Aku pikir, aku bisa menaklukkan ini." Gadis itu menarik napas, menstabilkan dirinya sendiri. Tanpa sadar tangannya masih mengamit ujung jaket Guanlin, bahkan semakin erat. "Sepertinya, aku memang bisa."
"Bagaimana jika kalian pergi bersama?" cetus Guanlin seraya tersenyum lebar.
Belum sempat Jihoon menyanggah, ponsel lelaki bertubuh jangkung itu berdering hingga menyita seluruh atensi. Usai mengamati layar yang mendadak menyala, Guanlin segera mengangkatnya dan hendak menjauh ketika mulai berbicara dengan memberi gestur tubuh. Ia sempat memindahkan tangan Sera yang masih erat memegangi ujung jaketnya kepada Jihoon. Selanjutnya, Guanlin buru-buru menjawab panggilan berbahasa China itu dengan ekspresi sangat serius.
Jihoon beralih fokus pada Sera yang kini memegangi sebelah lengannya. Gadis itu ragu dan canggung di saat yang sama. Namun, Sera tidak memiliki pilihan lain karena seolah menjadi buta, ia sangat membutuhkan pegangan kokoh selain pagar pembatas. Lelaki berambut hitam itu kini tersenyum hangat, demi memecah atmosfer aneh yang baru saja menaungi mereka.
"Tak apa, Sera-ya. Kita kembali saja jika kau memang tidak bisa melanjutkan, tapi sayang sekali jika sudah sampai di sini kau justru tidak bisa menikmati pemandangan yang keren di depan sana," ungkap Jihoon melihat gadis itu masih mengupayakan menambah langkah meski susah payah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me Why ▪ Park Jihoon
FanficSemuanya terjadi terlalu cepat, sampai-sampai seorang Park Jihoon tidak dapat menghindar lagi. Dirinya dipilih untuk menikah dengan seorang gadis yang asing. Tidak tahu bagaimana dan mengapa. Satu hal yang pasti; di saat itu ia tidak menginginkannya...