23 • Promise

97 14 4
                                    

Setelah lebih dari 10 menit berlalu, lonceng di pintu kafe berdenting lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah lebih dari 10 menit berlalu, lonceng di pintu kafe berdenting lagi. Kali ini, menampilkan sesosok perempuan anggun dengan hodie trendi berwarna cerah lengkap dengan rambutnya yang bebas terurai berderap masuk. Ia tersenyum ketika pandangannya membidik di mana posisi duduk laki-laki yang ingin ditemuinya itu. Gadis itu langsung mengambil tempat kosong di depannya.

"Maaf membuatmu terlalu lama menunggu," ungkapnya basa-basi, membuka percakapan.

Lelaki di hadapannya nampak jelas tidak tertarik menanggapi intermezzo itu dan langsung memantik inti pembicaraan. "Jiyeon-ah. Bagaimana kalian bisaㅡ"

"Astaga, wajahmu," potong Jiyeon spontan dan hampir mendaratkan tangannya pada lebam yang tercetak di pipi Jihoon. Hanya saja pergerakannya terhenti, disaat yang sama Jihoon juga spontan menjauhkan wajahnya. "Apa yang terjadi?"

"Jangan mengalihkan pertanyaan, aku menunggu jawabanmu."

Gadis itu menghela napas, tidak kuasa mengelak lagi. "Apa ini tentang aku yang menghubungimu lewat Han Sera?"

"Hm."

"Apa aku salah jika berteman dengan hoobae-ku saat SMA dulu?"

"Bukan begitu maksudku. Hanya saja, kenapa kau harus menghubungiku melalui dia?" sanggah Jihoon mengarahkan pembicaraan tetap pada jalurnya.

"Kau sendiri yang terlihat jelas menghindar dari semua orang, sejak kejadian tadi malam," jelas Jiyeon, membuat Jihoon sedikit terperangah karena ungkapan gadis itu tepat sasaran. "Lagipula, kami tidak keberatan untuk saling membantu," sahut Jiyeon pelan. Seolah memang hal itu sudah wajar dilakukannya.

Jihoon menghela napas, alisnya sedikit naik hanya saja gesturnya lebih santai. "Saling membantu?" gumamnya heran, nyari tak terdengar.

"Jadi apa ini? Kau bertarung dengan siapa kali ini?" Kini giliran Jiyeon yang memulai topik serius.

"Penggemar lamamu. Dia mencoba ingin menganggumu lagi, aku tidak tahan lagi dengan kelakuannya," sahut Jihoon tak berminat memperjelas.

"Jeon Kangwoo?" Jiyeon tertawa sumbang. Tidak habis pikir dengan apa yang ada di kepala lelaki di hadapannya hingga gadis berambut sebahu itu sempat mengusap dahi. "Tidak seharusnya kau melakukan ini, Jihoon-ah."

"Kenapa?"

"Bukankah kau sendiri yang telah menyerah mempertahankan aku demi menolong keluargamu?"

Jihoon menghela napas berat. "Tapi bukan berarti aku harus berhenti melindungimu, bukan?"

"Kalau begitu, kau bisa berhenti melindungiku."

"Shin Jiyeon," tegur Jihoon spontan tercengang.

"Sadarlah, Jihoon-ah. Sekarang semua orang tau, gadis yang seharusnya paling kau lindungi adalah Han Sera, istrimuㅡbukan aku," balas Jiyeon pelan namun masih mengusahakan ketgasan dibalik tatapannya yang sendu. Dia mulai berdiri, bersiap beranjak "Kau sudah menyerah mempertahankan aku, jadi sekarang ... kau bisa melepaskan aku sehingga kau tidak perlu melindungiku lagi, Jihoon-ah."

Tell Me Why ▪ Park JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang