07 • Special Request

75 22 3
                                    

Kedua kaki Jihoon terus bergerak sampai akhirnya berhenti di dalam lift

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kedua kaki Jihoon terus bergerak sampai akhirnya berhenti di dalam lift. Matanya fokus menatap angkaㅡyang terus berkurang, tertera di layar kecil di pojok kanan sebelah pintu, tepat di atas deretan papan tombol lantai rumah sakit ini.

Kebetulan hanya dirinya yang ada dalam lift ini. Jadi tidak perlu berdesakan atau menunggu berhenti di lantai lain sebelum sampai ke lantai tujuannya. Akhirnya lift itu berdenting setelah berhenti di lantai pertama. Ketika pintunya terbuka, Jihoon kembali melangkah ke luar dengan santai.

Lima langkah dari pintu lift, matanya melebar menangkap sesosok gadis yang tampak jelas datang terburu-buru dari pintu utama lobby rumah sakit ini. Sontak Jihoon menghentikan derapanmya ketika mengenalinya. Lelaki itu masih memasukkan kedua tangannya di long coat krem yang dipakainya, menunggu gadis itu lebih mendekat.

"Han Se Ra-ssi," panggilnya pelan namun suaranya cukup untuk membuat gadis yang hampir melaluinya tanpa menoleh itu akhirnya beralih.

Dia juga cukup terkejut sampai menghentikan langkahnya juga lalu mengangkat dua sudut bibirnya. "Annyeonghaseyo," sapanya lalu menunduk sekilas.

Jihoon mengernyit. "Kauㅡ"

"Bagaimana keadaan Halmeoni?" potong Sera cepat, sengaja tidak membiarkan Jihoon menyelesaikan pertanyaannya. Gadis itu bahkan merubah drastis ekpresinya menjadi khawatir. "Aku baru akan menjenguknya, karena aku terlambat mengetahui kabar ini," lanjut gadis itu lagi.

Jihoon melirik karangan bunga krisan berwarna ungu yang berada di pelukan gadis itu. Rupanya Sera memang totalitas dalam hal ini, ia jelas tidak tertolak. Gadis itu bahkan tahu jenis bunga kesukaan Halmeoni di saat tidak semua cucunya tau mengenai itu.

"Dia pasti akan cepat pulih, apalagi setelah kau menjenguknya."

Sera masih belum bisa menghilangkan kecemasannya. "Aku harap begitu."

"Ada hal mendesak yang ingin aku sampaikan kepadamu," papar Jihoon akhirnya setelah terasa cukup berat untuk mengeluarkan kalimat itu dari pikirannya. Ia sangat gugup. "Apa kau ... punya waktu luang?"

"Ah kebetulan!" Matanya berbinar, sikapnya lebih luwes daripada Jihoon. "Aku juga."

Jihoon meringis mendengarnya. Kini ada kemungkinan besar apa yang ingin mereka bicarakan masing-masing adalah hal yang sama. "Baiklah."

"Tapi saat ini juga, aku tidak bisa membiarkan Halmeoni menunggu lagi," Sera kembali melirik bunga yang dibawanya. "Bisakah aku bertemu denganmu lagiㅡah! Maksudku untuk berbicara, setelah ini?" Gadis itu jadi cukup kepayahan menata kalimatnya sendiri.

Jihoon tersenyum sampai menampilkan deretan giginya yang rapi. "Baiklah. Temui aku di kafe depan rumah sakit ini, setelah kau selesai, setuju?"

Sera mengangguk lalu memutar tumitnya kembali dan menghilang di balik pintu lift. Sedangkan Jihoon menghela napas berat, membuang jauh-jauh kegugupan yang sempat dirasakannya. Dia benar-benar tidak mengenal gadis itu meskipun sosoknya cukup tidak asing. Kini jika ia menghadapi kenyataan bahwa ada keharusan menikah dengannya, Jihoon tidak percaya jalan hidupnya akan seperti ini.

Tell Me Why ▪ Park JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang