Pertemuan Tak Terduga

28 6 0
                                    

Shasa tak dapat menahan kesalnya ketika mama dan papa memaksanya menikah dengan segera atau ia harus menyetujui permohonan jika belum menemukan pendamping hidup. Shasa merasa ini merupakan pelanggaran hak asasi manusia. Dimana dia tidak berhak memilih dan memutuskan untuk kebahagian hidupnya sendiri.

Walaupun ia ditakdirkan menjadi anak tunggal tapi bukan berarti ia harus menikah dengan cara dijodohkan. Toh, ia sekarang sudah dewasa dan bisa memilih sendiri siapa pasangan yang pantas untuk bersanding dengannya.

Bukan ia tak mau, namun bisakah mengulur waktu sedikit?
Bahkan masih banyak hal diluar sana yang belum ia lakukan.

Ketika kedua orang tua nya memaksakan kehendak mereka, Shasa menghindar berjalan ke kamarnya. Di atas kasur yang begitu nyaman baginya, disitulah ia membaringkan badannya sambil menatap langit.

"kenapa hidup gue semenyedihkan ini ya?" Shasa berbicara pada langit-langit kamarnya yang berhiaskan lukisan awan.

"Hidup selalu dikekang. Gak boleh ini, gak boleh itu. Bahkan untuk kebahagian pun harus ditentukan"

Shasa menarik nafas dalam mengalihkan pandangan kesamping dan meraih guling yang ada disebelah kanannya.

"kenapa mereka gak bisa lihat kalo gue tersiksa?"

Sebulir air bening mengalir dari ujung matanya, perlahan Shasa menghapus air itu. Mencoba menguatkan diri dengan segaris senyuman.

"Semoga suatu saat gue bisa menemukan pasangan yang bener-bener bisa ngertiin gue"

Tak banyak yang ia pinta, dibalik sikapnya yang cenderung ceroboh dan anarkis, Shasa hanya ingin bahagia dengan apa yang ia impikan.

*****

Pagi itu, Rafa yang baru turun dari tangga terkejut mendengar dering dari saku celananya. Mendapati gawainya yang berbunyi dan melihat, Bagus? Ada apa dia menelepon sepagi ini? Gumam Rafa.

"Assalamualaikum. Ya, Gus. Ada apa?" tanya Rafa.

"bang, saya gak bisa masuk kerja hari ini. Habis keserempet mobil." jawab Bagus diseberang sana.

"innalillahi, sekarang kamu dimana?" Rafa cukup khawatir mengingat bagus disini tak memiliki keluarga, semua keluarganya berada di kampung.

"saya di rumah sakit, bang. Gak jauh dari ruko." terang Bagus

"sekarang saya kesana. Kamu tunggu aja." Bergegas Rafa berjalan menuju keluar hingga terdengar teriakan bunda dari arah belakang, ruang makan. "Rafa kamu gak sarapan dulu?"

"aku sarapan diluar aja bunda, ada keperluan mendadak," teriak Rafa yang sudah berada di pintu depan.

Kenapa dia pagi-pagi sekali perginya? Apa ada sesuatu yang terjadi? Semoga anak-anak ku selalu dalam lindungan-mu ya Allah, batin bunda berdoa mengelus dada memerhatikan kepergian Rafa.

*****

Dirumah sakit, di ruang UGD Bagus terbaring lemah, kakinya yang terluka tak bisa membuatnya banyak bergerak. Sesekali ia meringis menahan sakit. Tak lama Rafa pun datang menghampirinya.

"gimana keadaanmu sekarang?" tanya Rafa yang datang, berdiri di samping Bagus.

"agak pusing, bang," jelas Bagus.

"kamu belum sarapan?"

"belum bang, tadinya mau sarapan di ruko aja." tatapan Rafa beralih ke kaki Bagus.

"kamu istirahat aja. Abang keluar dulu cari sarapan. Nanti abang urus administrasi sekalian mindahin kamu ke ruangan" ucap Rafa dan berlalu keluar ruangan.

Jangan Takut Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang