Permintaan Mama Dan Papa

18 4 0
                                    

"Pagi, sayang," sapa sang mama menyambut kedatangan Shasa yang baru bangun dari tidur nyenyaknya.

"Pagi, Ma. Pagi, Pa"

"Kamu, tuh, anak perawan, kok baru bangun jam segini?" lirik Papa nya yang tengah membaca berita online pagi ini. "Gimana nanti kamu nikah? Bisa-bisa kamu dimarahin sama mertuamu kalo bangun siang begini."

Papanya berhasil menyerang Shasa dengan bom yang membuat suasana hati Shasa berubah. Apa hubungannya bangun tidur siang dengan nikah? Heran, main nyambung-nyambungin aja. Gumam Shasa.

"Gampang. Tinggal cari suami yang gak punya orangtua. Jadi, aku gak perlu pusing mikirin mertua," Shasa tak mau kalah menyerang balik papanya.

"Belum tentu juga ada yang mau nikah sama kamu," sanggah papanya.

Shasa mencebik kesal sembari mengambil tempat duduk disamping papanya. Mamanya sudah siap memasak nasi goreng dan tengah menyajikan makanan tersebut di atas meja.

"Masakan Mama memang the Best, deh," puji Shasa sembari menikmati aroma nasi goreng yang baru matang.
Tangannya mengambil nasi goreng tersebut sembari menyendoknya dengan menggunakan kerupuk dan memakannya.

Papanya menyentil tangan didepan Shasa, mengingatkannya. "Heh, Cuci tangan dulu sana! Sekalian cuci muka sama gosok gigi. Iler kamu bikin selera makan ilang"

"Vitamin alami, Pa," Shasa menyeringai memamerkan giginya yang rapi. Ketika Shasa hendak meraih sendok dan memulai makan, ia mendapati papanya yang sudah meraih piring makannya.

"Cepat ke kamar mandi. Papa gak suka!" perintah papanya. "Anak gadis masa jorok begini."

Shasa tampak mengerucutkan bibirnya ke depan dan beranjak dari duduknya menuju kamar mandi. Setelah melakukan ritual cuci muka, cuci tangan dan gosok gigi barulah ia keluar dan kembali menuju meja makan.

"Papa gak asik. Pagi-pagi udah ngajak berantem," gerutu Shasa seraya duduk dan merebut kembali piringnya yang berada disebelah papanya.

"Kamu kalau gak ditegasin nanti pasti susah jalani rumahtangga"

"Aku kan belum mau nikah," potong Shasa.

"Mau gak mau, ya kamu harus siap. Karena usia kamu sudah cukup untuk menikah," sanggah papanya.

"Walau dipaksakan juga, aku tetap gak mau. Karena aku masih pengen bebas," jawab Shasa.

"Kamu sudah dua puluh lima tahun, Shasa," Mama Shasa berkata cukup keras dan membuat tatapan Shasa beralih kepadanya. "Kalau gak dipaksa, nanti kamu pasti gak akan nikah dan terlalu menikmati kebebasanmu. Bisa-bisa nanti kamu nikah umur 40-an," ucap sang mama.

Shasa kembali menatap sarapan dipiringnya. Pikirannya melayang dan hatinya gamang. Ia masih belum terbiasa dengan aturan yang begitu terikat. Baginya menikah itu berarti dirinya akan dikekang dan tak bisa melakukan apapun yang ia inginkan. Melihat beberapa temannya yang selalu ijin kepada suami sebelum melakukan sesuatu. Bepergian dan belanjapun harus atas ijin suami.

Shasa merasa semua itu terlalu mengekangnya. Tak ada kebebasan yang akan ia rasakan jika ia menikah nanti.

"Kasih Shasa kebebasan untuk memilih kehidupan Shasa, Ma," ucap Shasa yang masih memandangi piringnya mencoba menahan air mata.

"Mama sama papa udah punya calon untuk kamu. Insya Allah, calon suamimu itu akan kasi kebebasan yang kamu inginkan," mama Shasa berusaha meyakinkannya.

Shasa mendongakkan mukanya dan menyipitkan mata menatap mamanya. Mencari kebenaran dalam ucapannya tadi.

"Jangan bilang, orang yang mau mama jodohin ke aku itu adalah orang yang aku kenal," semoga apa yang Shasa duga itu tidak benar.

"Menurutmu?" papanya mulai berkata dengan sinisnya.

Oh my god... Apa yang harus aku lakukan jika itu benar?

"Oke. Kasi Shasa waktu satu bulan untuk merenungkan semuanya," Shasa berusaha bernegosiasi pada mama dan papanya.

"Satu minggu," ucap papanya.

"Enggak. Satu bulan," paksa Shasa.

"Cuma satu bulan aja, Pa. Please. Biar Shasa bisa benahin diri juga," pinta Shasa.

"Oke. Deal," papanya setuju. "Dan setelah satu bulan kamu harus setuju dengan perjodohan ini."

"Gak masalah. Yang penting Shasa udah dikasih waktu," Shasa melahap sarapannya. "Kalau boleh tau, emang Aku mau dijodohkan ama siapa? Bukan sama orang gila, kan?" candanya ditengah sarapan. Semoga orang tersebut akan menyesal menikahiku yang lumayan keras kepala.

"Nanti juga kamu tahu sendiri siapa orangnya," papanya menjawab.

"Kayaknya pernah ketemu kamu beberapa kali," ujar mamanya.

Shasa mengernyit mengingat siapa yang dimaksud mamanya. Atau Jangan-jangan...

"Aku yakin, tuh cowok akan menyesal nikah sama Shasa," bangga Shasa.

"Yang ada, kamu tuh yang bakalan menyesal karena menunda nikah," serang papanya yang dibalas cibiran oleh Shasa.

Apa papa dan mamanya tahu bahwa Shasa menyimpan banyak rahasia dimasa lalu? Rahasia yang mungkin semua orang akan berpikir berulang kali jika mengetahuinya dan memaksakan kehendak mereka?

Setiap kali Shasa mengingat kejadian masa lalunya, ia akan jatuh sedalam-dalamnya hingga tak sadarkan diri. Sudah setahun ini terapi di salah satu rumah sakit. Berkonsultasi dengan salah seorang dokter. Beruntung dokter tersebut selalu mendampinginya disaat ia terpuruk.

Tak banyak yang Shasa harapkan, hanya perlu bersabar dan berdamai dengan keadaan di masa lalu dan di masa yang akan datang.

Jangan Takut Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang