Masih Belum Menyerah?

33 7 0
                                    

Entah apa yang ada di benak Rafa saat ini, yang jelas ia merasa seperti buronan aparat berwajib. Setelah seminggu kemarin hidupnya tenang tanpa teror dan fokus menjaga Bagus di rumah sakit, siang ini ketika selesai sholat Rafa mendapatkan pesan dari Fitri yang memintanya untuk menjemput di kampus dengan dalih motornya mogok di kampus.

Bukan Fitri namanya jika tidak ada udang dibalik batu. Setibanya Rafa di pelataran kampus, ia melihat fitri sedang berkumpul dengan teman-temannya. Rafa tak memanggil Fitri tapi ia membiarkan adiknya menghampirinya sendiri.

Betapapun besar usaha Fitri untuk mencarikan calon kakak ipar nya, sebesar itulah Rafa mengabaikannya. Seakan hal tersebut bukan suatu kewajiban.

"Bang, makan dulu, yuk. Temen-temen aku ngajakin makan," ajak Fitri pada Rafa.

"Kamu aja yang makan. Abang cuma nganterin. Habis ini abang masih harus cek di ruko cabang" ucap Rafa tanpa menoleh sedikitpun dan fokus ke hp nya.

Fitri mengerucutkan bibirnya, melihat kearah teman-temannya. "Ya udah. Abang antar aku aja ke tukang baso langganan aku" sepertinya ia akan memulai secara perlahan agar abangnya tidak kabur begitu saja.

Selama perjalanan, Fitri dan teman-temannya sibuk dengan obrolan mereka, sementara Rafa fokus dibalik kemudi. Tak lama, tibalah mereka ditempat baso yang terlihat ramai.

"Di sini 'kan?" tanya Rafa begitu mobil berhenti.

"Iya, Bang. Gak mau ikut makan, Bang? Baso nya enak lho" Fitri berusaha meyakinkannya.

"Nggaak. Kamu aja yang makan sama teman-temanmu. Abang mau buru-buru" ucap Rafa dengan cuek.

"Makasih banyak, ya, Bang Rafa. Lain kali sering-sering antar kita, ya!" seru teman-teman fitri yang duduk dibelakang.

"Insya Allah" singkat tanpa embel-embel senyuman. Begitulah Rafa.

Setelah ia menurunkan Fitri dan teman-temannya, Rafa bergegas pergi meninggalkan tempat tersebut menuju rukonya. Dan betapa terkejutnya, saat tiba di ruko sudah ada Gieta bersama dua orang temannya. Rafa mengerutkan keningnya menatap Gieta yang berdiri dan menghampirinya yang masih berada di dalam mobil.

"Dari mana, kak?" tanpa basa basi Gieta bertanya pada Rafa yang baru saja tiba.

"Habis antar Fitri sama teman-temannya," Rafa pun berlalu masuk ke dalam ruko.

"Bang! Sini dulu! Ini temen aku mau beli tas sama sepatu. Masa dicuekin, sih?" Gieta setengah berlari menghampiri abangnya yang masuk ke dalam.

"Pilih-pilih aja sendiri. Nanti biar Luna yang urusin. Abang mau cek laporan dulu"

Tak lama Rafa naik keatas menghampiri Rasyid yang tengah mengamati beberapa transaksi di monitor. Gieta mulai kesal dan pergi meninggalkan ruko bersama teman-temannya.

"Maaf ya, Nova. Abang aku gak pernah kenal sama cewek jadinya cuek gitu" jelas Gieta pada salah satu temannya.

"Justru yang begitu lebih keren, Gie. Karna itu menandakan tipe cowok yang setia" sahut seseorang disebelah Nova.

"Cuma abang ku alergi cewek ganjen" Gieta melirik kearah temannya tersebut.

"Gue bukan ganjen tapi lebih tepatnya gue usaha. Usaha cari jodoh sendiri. Hihihi" bela temannya.

"Dasar Asti tukang ngeles, padahal faktanya dia begitu, tuh" ledek Nova yang mengundang tawa semua.

"Ya udah. Kita lanjut besok aja usahanya biar gue cepet punya kakak ipar"

"Oke, deh" Nova dan Asti menjawab bersamaan. Merekapun pergi entah kemana. Menjauh dari ruko milik Rafa.

******

Rafa menghembus nafas kasar dibalik jendela setelah melihat Gieta dan teman-temannya pergi dari ruko. Ia merasa lega jika adiknya tak mengganggunya, terlebih itu untuk urusan perempuan. Bahkan, ia mampu melakukan hal teraneh untuk melarikan diri dari desakan adik-adiknya. Rasyid yang melihat pun merasa aneh dengan tingkah bosnya.

"Kenapa Bang? Gak kayak biasanya," Rasyid penasaran dengan reaksi Rafa yang terlihat menghindar.

"Itu Gieta. Udah pergi dia?" jawab Rafa.

"Semua karyawan abang juga tau kalo itu Gieta dan dia adik abang," Rasyid lebih tau apa yang dimaksud Rafa.

Rafa berdehem, "Biasa lah. Mereka suka iseng sama aku," terangnya sambil berbalik badan menuju ranjang yang tak jauh dari meja kerja Rasyid. "Rasanya lelah banget hari ini" keluhnya.

"Lelah? Lelah ditodong nikah ya, Bang? Aku ada calon nih, mau gak?" Rasyid tak sanggup menahan keisengan nya terhadap Rafa. Seketika Rafa menoleh dan melemparkan bantal kecil ke arah Rasyid.

"Kamu tuh karyawan aku, jangan coba-coba untuk dukung keluargaku dalam urusan itu" ancam Rafa.

"Duh, Bang. Semua orang pengen nikah, masa Abang gak mau?" sejenak Rasyid berpikir dan kemudian berisik, "Abang normalkan?"

Reflek Rafa terduduk dan langsung menoyor kepala Rasyid yang menggodanya. "kalo ngomong tu mikir dulu. Jangan asal ngomong"

"gue normal tapi belum mau nikah. Ingat, ya! B.. E.. L.. U.. M M.. A.. U.. di inget tuh, jangan sampe salah arti!" Rafa menegaskan kata belum mau dengan mata yang membulat. Bisa-bisanya dia bilang gue kagak normal, potong gaji baru tahu ni bocah, batin Rafa.

"Kenapa abang belum mau nikah? Abang kan udah mapan. Usaha maju, usia cukup. Cuma undangan yang belum datang nih" Rasyid terus menggoda Rafa dengan menaikturunkan alis.

"Sekali lagi kamu ngomong, aku potong gajimu!" ancam Rafa yang mulai kesal. Mengapa semua orang memaksanya untuk menikah?

"Aku sih gak masalah gaji dipotong. Toh, aku juga pengen lihat abang nikah." kali ini Rasyid berbicara dengan serius namun Rafa tak merespon keseriusannya.

"Nikah 'kan gak wajib, Syid"

"Tapi 'kan, menikah itu sunnah rosul, Bang. Dan dengan menikah juga kita menyempurnakan sebagian agama kita. Aku yakin Abang pasti tahu itu"

Rafa terdiam mendengar ucapan Rasyid. Kata-katanya berhasil menyentil hati Rafa, cukup sakit yang ia rasa.

Apakah ia bisa melawan semua rasa takut ini? Mengingat ia telah melewati hal terberat dalam hidup. Rafa hanya ingin, tak mengulangi hal itu lagi. Cukup sakit hingga saat ini.

"Aku mau tidur siang, Syid. Nanti sholat asar bangunin, ya," pinta Rafa. Tanpa menunggu lama Rafa terlelap dalam tidur siangnya.

******

Ditempat terpisah, Bunda, Gieta dan Fitri saling berkirim pesan, membicarakan rencana mereka yang gagal terhadap Rafa.

Gieta
Gimana nih? Abang malah cuekin gue

Fitri
Gue juga dicuekin. Padahal udah bawa geng juga


Gieta
Temen gue kagak dilirik-lirik cuy. Lempeng aja tu babang ke depan.

Fitri
Sadiiiiiiiiisss... Kayaknya Bang Rafa harus disekolahin lagi tuh biar gak sadis sama cewek


Bunda
Kalo disekolahin lagi, Bunda lama dong dapat mantunya.

Fitri
Hehehe 😁


Bunda
Nanti bunda coba buat jodohin dia sama anaknya teman Bunda. Biar dia gak kabur lagi

Gieta
Semoga berhasil Bunda 😘

Fitri
Semoga Bang Rafa gak nolak 😄


Bersamaan dengan itu, Rafa di rukonya masih duduk diam selepas sholat asar. Pikirannya menerawang jauh ke masa lalu yang menjadikan ia takut untuk menikah. Bukan menikahnya yang ia takutkan.

Rasa cinta dan kasih sayang yang ia takutkan...

Apa ia bisa merubah semua itu?
Menumbuhkan kembali rasa itu dalam dirinya setelah sekian lama tersakiti?

Jangan Takut Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang