Sembilan belas💋

961 29 3
                                    

'Panggil aku S A Y A N G'

seketika Thalia berdiri dari duduk nya dan berjalan menjauh dari Bagas yang seketika itu juga menatap nya bingung.

"Kenapa?" Tanya Bagas.

"Tu_"

'Jika bang Bagas bilang kamu kekasih nya jangan membantah dia sedang Amnesia'

Ucapan Ricko kembali terngiang dalam pikiran nya.

'Drama apa lagi yang harus aku peran kan hah, rasa nya aku mulai muak dengan semua ini' batin Thalia.

"Kenapa Thalia sayang?" Tanya Bagas lagi.

"Ah gapapa kok tu.. eh sa..yang" ucap Thalia, entah kenapa dia menjadi gugup sekarang.

"Aku laper nih mau makan tapi kamu suapin ya" ucap Bagas memohon dengan mengeluarkan puppy eyes nya.

Entah dimana sekarang wajah dingin dan sikap cuek Bagas, bagai berputar seratus delapan puluh derajat semua yang ada didalam diri Bagas berubah total. Sikap dingin dan cuek nya kini berganti dengan sikap yang manja dan seperti anak kecil.

"Yaudah kalo gitu aku suapin bubur nya ya" ucap Thalia mencoba tersenyum padahal dalam diri nya ingin sekali menolak.

"Tapi aku gak mau makan bubur" ucap Bagas mencebik.

"Kamu lagi sakit biar cepet sembuh makan bubur dulu ya" sungguh rasa nya ia muak harus berlama lama akting menjadi gadis yang lugu dan penurut seperti ini.

"Yaudah iya sayang ku" ucap Bagas sambil tersenyum senang melihat gadis yang ia anggap kekasih nya.

"Kamu kenapa bisa inget aku pacar kamu? Padahal kata dokter dia bilang kamu Amnesia" tanya Thalia penasaran.

"Mungkin aku terlalu sayang sama kamu jadi gak bisa lupain kamu walaupun aku Amnesia" ucap Bagas sambil menerima suapan Thalia.

"Kamu inget sama Gladis?" Tanya Thalia.

"Aku inget dia itu cuma gadis licik yang mau misahin kita berdua aku benci banget sama dia" ucap Bagas yang seketika menjadi emosi saat mendengar nama Gladis.

'Jadi dia cuma inget Gladis ini wanita jahat, bagus ini membuat semua rencana ku makin mudah hhh' batin Thalia tersenyum jahat.

"Kok kamu bisa inget itu"

"Awal nya yang ada di ingetan aku itu cuma bayangan cewek yang selalu ngusir aku setiap aku mau ketemu kamu tapi itu cuma bayangan gak terlalu jelas. Tapi pas gadis itu tadi masuk dan ngaku sendiri aku jadi inget kalo ternyata gadis itu yang mau misahin kita"

"Yaudah sekarang kamu gausah mikirin itu ayo habisin bubur nya"

"Iya sayang ku"

'Geli gue lo panggil gitu dasar cowok kaku bodoh' batin Thalia jijik.

"Oh iya yang aku bingung setiap aku mau ketemu kamu dirumah kamu kenapa gadis itu selalu ngehalangin aku?" Tanya Bagas lagi.

"Karena itu bukan rumah aku, aku cuma jadi asisten rumah tangga dirumah Gladis" balas Thalia sambil menyuapi Bagas.

"Kamu kok mau sih kerja sama cewek kaya dia"

"Ya mau gimana lagi nenek dikampung butuh biaya buat hidup" ucap Thalia memelas.

"Kalo gitu kamu nikah aja sama aku biar aku yang biayain semua kebutuhan kamu dan nenek kamu dikampung" ucap Bagas serius.

'Pranngg'

Seketika mangkok yang ada di tangan Thalia langsung jatuh ke lantai dan itu membuat semua yang ada diluar berlari kedalam untuk mengetahui apa yang terjadi.

"Kamu kenapa sayang" ucap Bagas.

Semua nya hanya menatap mereka berdua dengan tatapan tak suka dan sedih. Tak suka karena melihat Thalia dan sedih karena mendengar Bagas memanggil Sayang pada Thalia.

"Ah gapapa kok"

"Kalian kenapa masih disini?" Tanya Bagas tak suka terlebih pada Gladis tatapan nya begitu tajam.

"Kita mau nunggu kamu bagas" suara lirihan mamih Ira.

"Memang nya siapa kalian mau menunggu saya? Kalian cuma orang yang menolong saya kan? Sekarang pacar saya sudah ada disini jadi kalian bisa pergi terima kasih atas bantuan kalian" ucap Bagas dan itu membuat Gladis dan Ira histeris seketika.

"Thalia bisa kita keluar!" ucap Ricko.

"Baik tuan"

"Ayo lebih baik semua nya keluar" ucap Bima yang sedari tadi hanya diam.

***
"Kamu bisa jelaskan pada Bang Bagas kalau kita ini keluarga dia?" Tanya Ricko pada Thalia.

"Apa tuan Bagas akan mendengarkan saya tuan?" Muak sungguh muak Thalia melakukan drama ini.

"Udah pasti bang Bagas bakal dengerin lo lah, lo kan pacar nya Bang Bagas" ucap Bima ketus sambil menyindir Thalia.

Seketika Thalia pun menundukkan wajah nya bukan karena dia takut atau sedih melainkan marah dan emosi yang dia rasakan sekarang. Hinaan yang mereka semua berikan membuat telinga nya seperti tuli dan muak.

"Kamu bisa kasih pengertian yang logis agar dia bisa mempercayai kalo dia memang keluarga kita" ucap Ricko.

"Baik tuan saya akan berusaha"

Akhirnya Thalia kembali masuk ke ruang rawat Bagas.

"Mereka bilang apa tadi sama kamu?" Tanya Bagas tak sabaran saat mengetahui kalau Thalia sudah kembali. Pasal nya dia takut kalau kekasih nya ini dimarahi oleh orang orang tadi terlebih pada Gladis Gladis itu yang sangat benci seperti nya pada Thalia.

"Aku mau ngomong sama kamu" ucap Thalia.

"Kamu mau ngomong apa? Ngomong aja sini duduk" ucap Bagas sambil menyuruh Thalia duduk di kursi samping Brankar nya.

"Kalo aku bilang mereka itu keluarga kamu, apa kamu bakal percaya sama aku?" Ucap Thalia.

"Kamu gausah bercanda sayang mana mungkin lah mereka keluarga aku" ucap Bagas terkekeh.

"Tapi mereka emang bener keluarga kamu"

"Sayang jangan becanda"

"Aku gak bercanda, kamu masih inget kan nama lengkap kamu?"

"Nama lengkap aku Bagas Andino Pradipta"

"Itu maksud aku kamu itu anggota keluarga Pradipta, wanita tua tadi itu nyonya Pradipta"

"Kamu serius?"

"Aku serius"

"Tapi siapa cewek yang nama nya Gladis itu?"

"Dia Gladis adik kamu"

"Gak mungkin, mana mungkin aku punya adik jahat kaya dia"

"Tapi emang kenyataan nya gitu kalian saudara kandung"

"Gak gak mungkin gak mungkin gak gak mungkin arrghh" seketika Bagas histeris dan memegang kepala nya seperti orang yang kesakitan.

"DOKTER"

Cukup sekian
Aku mau tanya dong pendapat kalian tentang cerita aku ini gimana sih? Tolong kasih jawaban dan alesan kenapa kalian suka baca cerita aku ya thank:)
Jangan lupa vote and comen
Love you all😘😘

Love Story (Slow Update!!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang