'Gladis hamil'
Ucap Gladis yang tiba tiba keluar dari dalam kamarnya. Seketika itu pula suasana menjadi hening mereka sibuk dengan pikiran nya masing masing.
"Pih mamih gak salah dengerkan?" Ucap mamih Ira tak percaya kepada sang suami yang ada disamping nya.
"Gladis kamu gak bercanda kan?" Tanya bang Bima yang seperti nya akan heboh.
"Gladis gak becanda kok dia emang lagi hamil tadi pagi kita udah cek ke dokter" ucap Ricko mencoba menegaskan ulang.
"Kak Gladis aahhhh aku seneng banget bentar lagi aku bakal punya ponakan" ucap Claudia sambil berlari ke arah Gladis yang masih setia berdiri dan langsung memeluk nya.
"Claudia ati ati nanti perut kak Gladis sakit" ucap Ricko memperingati setelah itu dia menuntun Gladis untuk duduk disebelah nya.
"Hehhe maap bang terlalu seneng" ucap Claudia cengengesan.
"Mamih bakal punya cucu pih, kita bakal punya cucu Tar" ucap Mamih Ira berbinar dan terharu.
"Iya Ra kita bakal punya cucu" balas bunda Tari tak kalah terharu nya sampai sampai mereka menitikkan aie mata.
Prangg
Suara gelas dan nampang yang terjatuh membuat semua nya menoleh pada Thalia yang baru saja keluar dari dapur.
"Kamu kenapa Thalia?" Tanya Bagas yang langsung menghampiri Thalia dan itu membuat mereka semua curuga.
"Hah.. Maaf tuan maaf semua nya saya tidak sengaja tersandung karena melamun maka nya saya menjatuhkan gelas nya maaf" ucap Thalia berbohong karena yang membuat nya menjatuhkan gelas adalah kabar kehamilan Gladis.
"Biar saya bantu kamu" ucap Bagas
"Bagas" ucap Papih Johani sambil menatap anak nya.
"Tidak usah tuan ini pekerjaan saya biar saya yang membersihkan nya" ucap Thalia karena semua keluarga sedang menatap nya dan Bagas yang sudah berjongkok didepan nya secara otomatis Thalia ikut berjongkok memegang tangan Bagas yang hendak memegang pecahan gelas tersebut.
"Gapapa saya cuma mau bantuin"
"Tapi tuan saya bisa sendiri lagian lihat semua nya sedang menatap kita"
"Saya cuma mau ban_"
'Awhh' suara Thalia membuat Bagas menghentikan jemari nya memungut pecahan gelas.
Tangan Thalia tergores oleh pecahan gelas tersebut. Dengan secara otomatis Bagas langsung memegang jemari Thalia dan mengemut jari itu agar darah nya keluar dan berhenti. Semua nya tertegun dan menatap tak percaya pada apa yang mereka lihat.
"Bagas cukup, kita pulang sekarang" ucap Johani tegas tak terbantah.
"Tapi pih dia terluka" ucap Bagas memelas.
"Gak ada tapi tapian ayo kita pulang papih mau bicara sama kamu" sungguh saat ini Johani terlihat menyeramkan karena marah seperti itu.
Setelah mengucapkan itu Johani pamit kepada Ricko dan Gladis lalu mencium putri bungsu nya diikuti oleh Ira yang juga melakukan hal yang sama. Seperti nya Ira sangat terkejut melihat pemandangan yang baru dia lihat tadi.
"Maaf tuan saya tidak bermaksud membuat tuan dimarahi nanti" ucap Thalia.
"Tidak papa ini bukan salah kamu" ucap Bagas sambil tersenyum dan berlalu.
Semua nya sudah pulang kini hanya tinggal Ricko, Gladis dan Thalia yang berada diruang tamu.
"Kamu ada hubungan apa sama Bang Bagas?" Tanya Gladis sinis.
"Saya tidak punya hubungan apa apa dengan tuan Bagas nyonya" ucap Thalia tetap santai meski menunduk sungguh saat inu dia muak sekali ingin rasa nya dia mencabik mulut Gladis yang menghina harga diri nya seperti ini.
"Kalian itu sangat berbeda jadi jangan harap kamu bisa dengan Bang Bagas" ucapan pedas Gladis membuat tangan Thalia mengepal.
"Sayang udah kamu gak boleh ngomong kasar kaya gitu" ucap Ricko menengahi.
"Kamu inget ya disini kamu itu cuma pembantu jadi jangan berani godain abang saya" peringat Gladis.
"Tapi saya tidak pernah menggoda siapa siapa nyonya" Thalia tetap tenang meski sekarang hati nya sangat emosi wajah nya memerah karena ucapan Gladis.
"Sudah sudah Thalia sebaik nya kamu pergi ke kamar atau dapur kerja kan pekerjaan yang belum selesai" ucap Ricko akhir nya.
"Baik tuan"
"Kita ke kamara sekarang aku mau bicara sama kamu" ucap Ricko sambil menggandeng tangan Gladis.
****
"Sebegitu rendah nya gue sampe mereka bilang gue gak pantes sama Bagas" ucap seorang gadis didepan cermin kamar nya sambil menahan emosi.
"Kalian semua gak tau siapa sebenernya gue"
"Kalian menilai gue gak pantas sama Bagas karena gue seorang pembantu"
"liat nanti akan gue tunjukan siapa sebenernya Thalia bahwani...prangg" bunyi kaca pecah tidak terdengar sampai kamar Ricko dan Gladis karena kamar mereka yang lumayan jauh jarak nya.
"Gue denger apa tadi? Lo hamil anak Ricko?" Ucap gadis itu sambil menatap foto Gladis dan Ricko yang sudah tak terlihat jelas karena disana terdapat banyak tusukan pisau dan juga warna merah seperti darah entah itu terbuat dari darah seseorang atau hanya lipstik saja.
"Gue gak akan biarin itu aja, lo liat kan tadi abang lo milih bantuin gue dari pada ngedengerin penjelasan tentang kehamilan lo" ucap nya meremehkan.
"Liat aja nanti apa yang bakal gue lakuin sama anak yang ada dikandungan lo" suara nya masih bermonolog sendiri.
"Saat nya kita bermain main sayang" ucap Thalia dengan senyum sinis dan menancapkan belati pada foto Gladis.
****
"Apa yang tadi papih liat Bagas?" Tanya Johani setelah sampai rumah.
"Aku cuma bantuin Thalia doang kok pih"
"Bantuin? Kamu pikir papih bodoh selama ini kamu gak pernah bantuin mamih kamu kenapa sekarang kamu bantuin pembantu itu" amarah Johani tak tertahan.
"Thalia pih dia punya nama"
"Ada apa dengan kamu Bagas kenapa kamu?" Tanya Ira lembut pada anak nya.
"Aku_"
"Jawab yang bener"
"Jawab nak"
"Kamu itu Ceo di perusahaan pradipta Bagas jangan buat papih malu sama semua rekan kerja papih" ucap Johani sedikit melembut.
"Tapi pih_"
"Tapi apa hah?" Ucap Johani yang mulai tersulut kembali.
"Aku cinta sama dia"
Cukup sekian
Maap kemaren aku gak nepatin janji buat up dan terima kasih buat kalian yang masih setia baca tulisan aku.
Love you all😘😘

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story (Slow Update!!)
Fiksi UmumGausah pake acara deskripsi kalo tertarik tinggal lirik oke gaess wkwkwk:v